Bahasa Sansekerta di Nusantara

REKAYOREK.ID Motto beberapa institusi di Indonesia berasal dari dan menggunakan bahasa Sansekerta. Diantaranya adalah Bhirawa Anoraga milik TNI AD Kodam V Brawijaya dan Jalesveva Jayamahe milik Armada Timur (Armatim). Bahkan motto bangsa ini, yang berbunyi Bhineka Tunggal Ika, juga berasal dari bahasa Sansekerta.

Bahasa Sansekerta merupakan bahasa asing pertama yang masuk Nusantara. Diperkirakan bahasa, yang pernah digunakan di India ini, masuk ke Nusantara pada awal abad ke-5 Masehi, yang ketika itu dibawa oleh pendeta dari India.

Bahasa ini cukup berpengaruh terhadap perkembangan bahasa di Nusantara. Bukti bukti pernah adanya bahasa Sansekerta di Nusantara adalah inskripsi pada prasasti Wurare, yang dikenal dengan Arca Joko Dolog. Prasasti ini ada di Surabaya. Ditulis dalam aksara Jawa Kuna dengan bahasa Sansekerta. Arca Joko Dolog berasal dari era Kerajaan Singasari abad 13 akhir.

Pada masa masa sebelumnya juga ada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan kuno yang bercorak Hindu, seperti kerajaan Kutai, kerajaan Tarumanegara, dan Mataram Kuno.

Salah satu contohnya adalah Prasasti Yupa, yang ada di Kutai, Kalimantan Timur dan kurang lebih berasal dari abad ke-5 Masehi.

Kala pada awal awal masuk ke wilayah Nusantara, Bahasa Sansekerta menjadi bahasa resmi agama Hindu dan Budha. Itulah mengapa pada bukti bukti pasasti peninggalan Kerajaan Hindu di Nusantara ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dalam aksara Pallawa.

Melalui aksara Pallawa inilah kemudian berproses dan bermodifikasi secara lokal menjadi aksara Jawa Kuna atau Aksara Kawi. Karena Bahasa Sansekerta menjadi bahasa resmi agama Hindu dan Buddha, maka bahasa ini muncul pada catatan catatan kuno yang berbentuk prasasti. Salah satunya yaitu prasasti Wurare pada arca Joko Dolog, yang sekarang ada di kota Surabaya.

Sebuah buku tentang bahasa Sansekerta “Sanskrit in Indonesia” ditulis oleh Dr. J. Gonda, seorang Professor Linguistik Bahasa Sansekerta dan Indonesia dari Uttrech, Belanda, pada tahun 1952.

Soedarsono, Duta Besar Indonesia untuk India waktu itu (1952), menuliskan kata pengantar yang diantaranya mengatakan bahwa suatu bahasa diciptakan, lalu ada dan berkembang semata mata untuk melayani manusia, bangsa dan masyarakat pada umumnya.

Ketika bahasa Sansekerta hadir di Nusantara, maka terjadilah kontak kontak sosial dalam berbagai urusan termasuk urusan agama. Dari urusan itulah terjalin hubungan antar manusia antar bangsa.

Bahasa Sansekerta pada masa sekarang memang sudah tidak digunakan tetapi bahwa bahasa Sansekerta menjadi bagian dari sejarah antara Nusantara dan India, menjadi makna kekinian dalam kaitan hubungan antara dua negara (bilateral).

Konsul Kehormatan India di Jawa Timur, Manoj Bhat, pemerintah India melalui skema program pendidikan mengatakan:

“Yes. ITEC has courses but we can even send a student to learn Sanskrit as a S1 graduation course. Later they can teach once they return” (Ya. ITEC punya kursus, tetapi kami bahkan bisa mengirim mahasiswa untuk belajar bahasa Sansekerta untuk jenjang kelulusan S1. Nanti mereka bisa mengajar setelah kembali).

Komentar Manoj Bhat ini membuka peluang kerjasama di bidang pendidikan dan budaya, dimana Bahasa Sansekerta sebagai objek yang menyatukan manusia dan bangsa. Hal ini sebagaimana sejarahnya ketika bahasa Sansekerta sebagai bahasa pengantar resmi agama Hindu dan Budha.@PAR/nng