REKAYOREK.ID Surga Aksara Jawa. Itulah kesan Ketika berada di Yogyakarta. Tak heran kalau selanjutnya Daerah Istimemewa ini disebut sebagai Kota Hanacaraka. Dimana mana memang banyak ditemukan tulisan aksara Jawa, baik produk yang lama maupun yang baru. Tulisan Aksara Jawa tulisan lama umumnya terdapat pada benda benda peninggalan dan cagar budaya.
Namun, jangan ditanya jika keberadaan Aksara Jawa itu ada di dalam Kraton. Di sana, Aksara Jawa masih menjadi tradisi literasi tulis bagi warga Keraton hingga sekarang.
Aksara Jawa juga ditemui diuar Keraton. Di dekat gapura kuno menuju alun alun selatan (kidul), tepatnya di depan Museum Sonobudoyo, terdapat dua pucuk meriam dengan inskripsi beraksara Jawa.
Sepasang meriam kuno ini berukuran panjang sekitar 2,5 m. Di Seberang jalan berdiri sebuah bangunan, yang tertulis aksara Jawa “Trikora 1”, yang menunjukkan alamat dimana gedung kuno itu berdiri. Pun demikian signage beraksara Jawa di depan Gedung cagar budaya Gedung Bank BNI 46.
Aksara jawa kuno lainnya di luar Kraton adalah pada Monumen Tugu Jogja, yang menjadi salah satu titik Sumbu Filosofi yang membujur dari selatan ke utara: Laut Selatan, Kretaton, Tugu Jogja hingga ke Gunung Merapi. Sumbu ini telah diakui oleh Unesco sebagai warisan tak benda (WTB).
Sementara penulisan Aksara Jawa yang baru terdapat, salah satunya, di Kawasan jalan Malioboro. Selain tertulis pada papan nama jalan, juga terdapat pada nama nama toko. Diantaranya Toko Ayodya dan Batik Terang Bulan. Penulisan penulisan baru ini untuk memaknai Yogyakarta, yang sudah disebut sebagai Kota Hanacaraka. Masih ada lagi di tempat lain dalam memaknai Kota Hanacaraka.
Senang bisa melihat banyak inskripsi beraksara Jawa. Maklum, budaya tulis beraksara Jawa adalah kebiasaan sehari hari di kalangan keluarga, kerabat dan abdi dalem keraton. Kini ada upaya dalam pembiasaan penggunaan Aksara Jawa dalam keseharian.
Setidaknya kebudayaan Jawa di Keraton ini dapat mengilhami warga untuk turut melestarikan budaya literasi tulis aksara Jawa. Atau Aksara Jawa bisa hilang dari pusat kebudayaan Jawa dan kalah dari aksara lain, Latin jika tidak ada upaya untuk pelestarian. Dorongan moral dan kultural ini membuat masyarakatnya lebih menyadari pentingnya pelestarian Aksara Jawa.
Diskusi Budaya
Pada Minggu sore, 14 April 2024, komunitas lintas propinsi berdiskusi awal di komplek bertembok Kekratonan Yogyakarta Hadiningrat. Dari Jawa Timur ada perwakilan komunitas Puri Aksara Rajapatni. Di Yogyakarta ada komunitas alumni Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi) yang berkegiatan di kawasan Keraton bertembok.
Mereka berembuk sebuah gagasan pembuatan film dokumenter tentang Aksara Jawa. Dipercaya bahwa Aksara Jawa tidak sekedar baca dan tulis, tapi di balik itu ada nilai budaya dan ruh kebangsaan.
Rembugan ini tepatnya bertempat di Ndalem Pakunigratan, Yogyakarta, di kediaman Nikendaru, Ketua eks Alumni Asdrafi Yogyakarta. Nikendaru adalah sepupu Pakubuwono X. Ayah Nikendaru (almarhum) adalah saudara PB X, setunggal ayah dengan PB IX. Para aktivis Aksara Jawa ini terdiri dari sineas, sastrawan, pelukis, dramawan, akademis, musisi dan pemerhati.
Karenanya dari gagasan awal, film ini akan bersifat edukatif dan filosofis untuk memberikan makna nasional bahwa Aksara menjadi Gelang Nusantara.
Secara filosofis, Aksara Jawa tidak hanya bermakna bagi orang orang Jawa, tetapi berlaku bagi kehidupan dunia dimanapun orang orang tinggal di belahan manusia menjejakkan kakinya.
Gagasan pembuatan film dokumenter tentang Aksara Jawa, bagi kota Surabaya, adalah bentuk implementasi Surat Edaran Sekretaris Kota Surabaya atas nama Walikota Surabaya yang terbit pada 19 September 2023 dan Kongres Aksara Jawa I pada tahun 2021.@nanang