BUYA HAMKA (Bagian Satu)

Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar
Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka dan duka kita hadapi
Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu
Ke mana lagi, Natsir ke mana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi
Dan aku pun masukkan
Dalam daftarmu…

Puisi ini dibuat Hamka tanggal 13 November 1957, sesaat setelah mendengar sahabatnya Muhammad Natsir berpidato di ruang sidang Kontituante. Natsir yang juga tokoh Masyumi tegas mengkritik konsep Nasakom yang diusung Presiden Sukarno kala itu. Semangat puisi itu ditiupkan kembali seorang santri di sebuah Pondok Pesantren. Di pinggir danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Tempat itu bernama Pondok Pesantren Buya Hamka. Ide pendirian Pondok muncul tahun 1977. Kala itu Buya Hamka bertemu Presiden Suharto dan menyampaikan ide mendirikan Qutub Qonaah atau perpustakaan di Minanjau.

Gayung bersambut, Suharto malah mengusulkan pendirian Pondok Pesantren dan menjajikan bantuan uang 52 juta rupiah. Tapi bantuan itu tak kunjung datang, bahkan hingga Hamka wafat tahun 1981.

Pondok Pesantren baru berdiri tahun 1989 berkat usaha sejumlah sahabat Hamka, letaknya mula-mula di Batu Nanggai. Gempa hebat tahun 2009 memporak-porandakan pondok, sehingga harus mengungsi ke lokasinya yang sekarang di Jurang Kukuban.

***

Ribuan kilometer dari Danau Maninjau, berdirilah taman kanak-kanan Al Azhar. Tempat ini juga bagian dari warisan Buya Hamka. Taman kanak-kanak Al Azhar berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Al Azhar yang di gagas Buya Hamka.

Awal berdiri tahun 1963 berupa Madrasah Satu kelas dengan 20 murid, sekolah Al Azhar kini lebih 103 cabang dari tingkatTK, SD, SM hingga SMU. Cabangnya tersebar hingga ko kota lain seperti Semarang, Cilacap, Solo, Makasar dan Riau. Jika ditotal jumlah siswanya mencapai 26 ribu orang, alumninya sudah ratusan ribu orang. Tahun 2000 didirikan Universitas Al Azhardengan Enam Fakultas.

Nama Al Azhar mengingatkan pada sebuah Universitas kondang di Mesir, tempat para santri dari Nusantara belajar ilmu agama, dan nama masjid atau lembaga pendidikan ini memang tak lepas dari Al Azhar. Masjid Al Azhar didirikan oleh 14 tokoh Masyumi, yang mulai dibangun tahun 1953 dan baru selesai 5 tahun kemudian.

Mulanya bernama masjid Agung Kebayoran, karena letaknya di kawasan Kebayoran, sebuah kota elit baru di Jakarta kala itu. Berasitektur perpaduan Masjid Hij – Arab Saudi dan Masjid Qibtiyah, Masjid Kebayoran sempat menjadi satu-satunya Masjid termegah di Jakarta.

Tahun 1961, Rektor Universitas Al Azhar Kairo Mesir Profesor Mahmoud Syaltout menjadi tamu negara. Profesro Syaltout yang juga sahabat Hamka sempat sholat di Masjid ini. Terkesan dengan arsitektur yang megah, Syaltout kemudian memberi nma Al Azhar. Bersamaan dengan itu, Rektor Syaltout pun merestui Hamka menjadi Imam besar pertama masjid Al Azhar Jakarta.

Sebagai Imam Masjid, Hamka menginisiasi banyak kegiatana dakwah. Yang melegenda adalah kuliah Subuh. Tapi jamannya juga orang-orang sibuk dan harus pergi bekerja. Hamka pun merumuskan ceramah agama berdurasi sekitar tujuh menit saja. Sejak itu, kita mengenal istilah kultum. Atau kuliah tujuh menit.

Di tangan Hamka, masjid tak hanya jadi tempat mengaji, juga belajar ilmu pengetahuan. Tapi sesungguhnya, warisan Buya Hamka bukan hanya Pesantren di pedalaman Minangkabau, lembaga pendidikan, atau Masjid megah di kawasan elit Jakarta.

Sumbangan terbesar Hamka adalah pemikiran yang maju, tidak anti perubahan. Hamka menolak umat Islam menjadi jumud. Umat Islam harus bergerak untuk mencapai kemajuan.

Lalu dari mana Buya Hamka Memperoleh semua pandangan itu? (bersambung)

Komentar (0)
Tambah Komentar