REKAYOREK.ID Tuntas sudah proses produksi film dokumenter drama (dokudrama) Soekarno oleh TVRI Jawa Timur. Pengambilan gambar terakhir di Lodji Besar pada Minggu, 31 Juli 2022, difokuskan pada adegan berpacaran dan pernikahan Soekarno dengan Oetari, yang tidak lain adalah Puteri HOS Tjokroaminoto.
Yang menarik pada cerita Soekarno dewasa (19 tahun) ketika menikahi Oetari tahun 1920 adalah pemeran Soekarno dan Oetari. Soekarno diperankan oleh Hendra Agung Setyawan, seorang Carik Desa Gemekan, Kecamatan Suko, Kabupatan Mojokerto. Sementara Oetari diperankan oleh Rizma Pujatirta, cucu keponakan Roeslan Abdulgani.
Roeslan Abdoelgani, semasa hidupnya, dikenal mempunyai hubungan dekat dengan presiden Soekarno. Tak heran bila di rumahnya terpampang foto foto dirinya dengan Soekarno. Roeslan memiliki gelar Jendral TNI Kehormatan Bintang Empat, Bintang Mahaputra.
Karena dokudrama ini menceritakan riwayat Soekarno, sehingga ada 4 orang dari beragam usia memerankan Soekarno.
Soekarno bayi, yang ketika itu bernama Koesno, diperankan oleh bayi berusia tiga bulan yang bernama Langit Tuai Tawa, putera pasangan pegiat sejarah Abigail Nindy Anindya dan Felix Gamaliel yang sekaligus memerankan orang tua Soekarno: Srimben dan Soekeni.
Lalu Soekarno kecil, yang ketika berganti nama dari Koesno ke Soekarno diperankan oleh Alang Dwipantara. Soekarno dewasa diperankan Hendra Agung Setyawan, seorang Carik Desa Gemekan, kecamatan Suko, kabupaten Mojokerto. Sedangkan Soekarno Presiden didapuk oleh Walikota Surabaya Eri Cahyadi.
Rizma Pujatirta (18), cucu keponakan Roeslan Abdulgani dipercaya memerankan Oetari. Rizma dilahirkan di rumah lahir Roeslan Abdulgani di kampung Plampitan VIII Surabaya.
Di sela sela kegiatan syuting, Rizma mengatakan bahwa adalah kebanggaan bagi dirinya bisa memerankan sosok Oetari yang menjadi isteri Bung Karno pertama. Bagi gadis, yang baru lulus dari SMAN 2 Surabaya ini, kesempatan memerankan Oetari adalah emas karena ia bisa berseni peran sambil belajar sejarah.
“Bagi saya ini sebuah pelajaran sejarah yang efektif “ kata Rizma, Puteri pasangan Djarot dan Rahma (keponakan Roeslan Abdoelgani).
Kesan yang sama juga dimiliki oleh Hendra Agung yang langsung datang dari Kabupaten Mojokerto.
“Ada kesulitan dalam mengekspresikan gesture Soekarno baik secara body language, mimik maupun intonasi dalam berpidato”, kata Hendra yang sehari hari berdinas di Desa Gemekan sebagai Carik.
Bagi Hendra dan Rizma, keterlibatan dalam produksi film dokudrama yang diproduksi secara kolaboratif antara TVRI Jatim, FIB Unair dan Begandring Soerabaia telah memberi pengalaman baru.
“Penjiwaan sosok Soekarno dalam film ini membuat saya menghayati apa yang menjadi tugas tugas saya sebagai aparat pemerintah di tingkat desa”, pungkas Hendra.
Jejak Romanza
Jembatan Peneleh yang menghubungkan kawasan alun alun Contong (barat Kalimas) dan kampung Peneleh (timur Kalimas) adalah saksi bisu romanza pasangan Soekarno dan Oetari. Jembatan ini langsung menghadap kampung Peneleh VII (timur sungai) dimana rumah HOS Tjokroaminoto berada.
Jembatan Peneleh menjadi fakta sejarah yang menjadi lokasi adegan Soekarno ketika kali pertama menyatakan cintanya kepada Oetari. Selain jembatan Peneleh, rumah HOS Tjokroaminoto juga menjadi latar dimana Soekarno pulang setelah sekolah.
Sementara setting pernikahan dilakukan di Lodji Besar di jalan Makam Peneleh 46. Bersumber dari literasi dan foto pernikahan Soekarno dan Oetari, maka pengambilan gambar adegan disesuaikan dengan sumber sumber yang ada.
Penyesuaian penyesuaian berdasarkan sumber sumber inilah yang harus dilakukan dengan tepat dan cermat, termasuk perangkat dan aksesoris yang digunakan. Salah satunya adalah kamera photo yang digunakan untuk mengabadikan momen pernikahan Soekarno dan Oetari.
Ada 3 jenis dan model kamera foto yang akhirnya didapatkan tim periset. Berdasarkan keputusan, maka salah satu kamera dengan jenis TLR dengan viewfinder lebar pada bagian atas menjadi pilihan.
“Kamera ini yang pas dan sesuai”, pungkas Kuncarsono Prasetyo.@Nanang