Dari Sinau Aksara Jawa Melangkah ke Ekonomi Kreatif

REKAYOREK.ID Serangkaian kegiatan literasi Sinau Aksara Jawa oleh Puri Aksara Rajapatni, yang didukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur di Kota Lama Surabaya, usai sudah (13/7/24). Kegiatan ini dipungkasi dengan ikutsertanya pelajar setingkat SMA antar kota. Ada pelajar dari St. Louis Surabaya, SMK Negeri 1 Surabaya, SMK Pawiyatan Surabaya dan pelajar SMK dari Bangkalan, Madura.

Sebagian besar adalah pelajar asal Madura dan kehadiranya ke Kota Lama ini adalah kali pertama. Sambil melihat Kota Lama, mereka kembali mengenal Aksara Jawa. Pelajar Madura mengenal Aksara Jawa?

Adalah pertanyaan yang sekilas mengagetkan. Pelajar Madura kok diajak mengenal Aksara Jawa. Ya. Tidak salah dan sesungguhnya tidak pula mengagetkan karena meskipun beda etnis tapi mereka menggunakan aksara yang sama. Yaitu Carakan atau Hanacaraka atau Aksara Jawa.

Kelas pungkasan Sinau Aksara Jawa yang didukung BPKW XI Jatim. Foto: nanang

 

Aksara sama tapi berbeda dalam pengucapan. Madura dengan aksen Madura. Sementara Jawa dengan aksen Jawa.

Hal ini dinyatakan oleh pelajar asal Madura. Salah satunya adalah Novi Oktaviani, yang mengatakan bahwa ketika masih SD dan SMP, ia mendapatkan pelajaran Aksara Jawa. Novi menulis aksara Jawa.

Pun demikian dengan Yuliana Sari. Pelajar lainnya dari Madura. Yuliana mengatakan bahwa dia mendapat pelajaran Carakan (Aksara Jawa) di bangku sekolah. Ia menulis aksara Jawa dalam bahasa Madura.

Pelajar Madura belajar aksara Jawa. Foto: nanang

 

Dalam kelas Sinau Aksara Jawa di Kota Lama Surabaya ini, 12 pelajar dari beberapa sekolah terlebih dahulu mendapat perkenalan mengapa diadakan kegiatan literasi aksara Jawa di Kota Lama Surabaya. Dijelaskan oleh Ketua Puri Aksara Rajapatni, Nanang Purwono, bahwa di kawasan dimana Kota Lama Surabaya berada dulunya adalah tempat dimana komunitas Jawa dan Madura pernah bermukim.

“Ini pas sekali ada pelajar asal Madura. Bahwa di kawasan ini, sebelum datangnya bangsa Asing, terlebih dahulu telah bermukim warga pribumi. Ada perkampungan Jawa. Ada juga perkampungan keluarga  pangeran Sumenep, yang tidak lain adalah komunitas Madura”, jelas Nanang Purwono.

Adalah langkah yang bijak jika sejarah setempat diperkenalkan sebagai latar belakang memperkenalkan Aksara Jawa.

Para pelajar lintas kota dan lintas sekolah ini terlihat antusias belajar kembali Aksara Jawa. Dalam kegiatan yang bersifat pengenalan aksara Jawa ini, para pelajar ini secara praktis dan singkat kembali teringatkan pada Aksara Nusantara, khususnya Jawa yang sekarang menjadi langka.

Foto group pungkasan di kelas Sinau aksara Jawa di Kota Lama Surabaya. Foto: Ricky for Rajapatni

 

Untuk melanjutkan kegiatan aksara Jawa bagi mereka, Nanang Purwono, mengundang kelompok pelajar antar kota yang dikoordinir oleh Malindra Octavianto dan Kiki Galuh Candrayanti untuk mengikuti kelas reguler yang diadakan setiap Sabtu di Museum Pendidikan Surabaya.

Menurut Malindra, pelajar binaannya ini tidak sekedar hadir dalam kelas aksara Jawa tetapi juga siap mendukung kegiatan literasi yang dikelola oleh Puri Aksara Rajapatni.

“Kami siap mendukung kegiatan Rajapatni. Karenanya, kami membawa alumni pelajar SMK Negeri 1 Surabaya yang magang di tempat kami untuk membantu mendesain gambar yang dibutuhkan dalam kegiatan Rajapatni”, jelas Malindra.

Hal ini disambut positif oleh Rajapatni karena memasuki wadah Kota Lama Surabaya setidaknya bisa mengambil peluang dengan menghasilkan karya karya kreatif dan ekonomis untuk memenuhi kebutuhan pengunjung.

Nantinya, sambil mengikuti kegiatan Sinau Aksara Jawa di Museum Pendidikan Surabaya, mereka diajak berkreasi ekonomi yang hasilnya bisa dipasarkan di Kota Lama Surabaya.

Usaha kreatif ini sudah dibicarakan dengan RT setempat sebagai bentuk kolaborasi yang mutual (mutual cooperation). Ketua RT setempat mendukung langkah positif ini guna meramaikan Kota Lama Surabaya.@Tim