REKAYOREK.ID Saat ini dan mendatang Indonesia harus dijaga oleh orang orang yang benar benar nasionalis, sangat nasionalis, super nasionalis dan bahkan ultra nasionalis seperti pada penggalan masa di era Kerajaan Dhaha, Singasari dan Majapahit.
Mereka memiliki orang orang, pejabat negara yang berilmu Bhairawa Tantra, Ilmu bela negara yang ultranasionalis. Indonesia sekarang dan mendatang perlu pejabat negara dengan jiwa ultra nasionalis atau akan selalu digarong oleh orang orang yang berjiwa koruptoris. Negeri ini terlalu banyak koruptor. Terakhir yang terungkap tidak hanya merugikan negara tetapi juga merugikan rakyat secara langsung akibat Pertamax oplosan.
Berikut catatan Deddy Endarto, pengelola Museum Online Wilwatikta tentang Ilmu Bela Negara, yang di masa kerajaan Dhaha, Singasari dan Majapahit, dikenal dengan Bhairawa Tantra. Berikut pemahaman Deddy Endarto tentang Bhairawa Tantra dan Ilmu Belanegara.
Deddy Endarto
Sepanjang yang saya ketahui dan pahami, Bhairawa Tantra Memang secara literatur merupakan suatu sekterian keagamaan “Hindu”, yang melakukan pemujaan secara khusus atau bahkan berlebihan kepada “hanya salah satu ornamen dewa/dewi”, menganggapnya sebagai bagian yang dapat menolong kehidupan dari sang pemuja. Kedudukan dewa/dewi yang dipuja secara khusus itu diletakkan jauh lebih tinggi diatas kedudukan dewa/dewi lainnya.
BHAIRAWA sendiri mempunyai makna kosa kata : Raksasa, tetapi itu dalam arti kias atau perlambang. Sebab yang dimaksud adalah tata kelola nafsu dan keinginan mahluk, yang mampu kemudian dirubah menjadi sangat besar diluar kewajaran. Nafsu atau keinginan yang berubah menjadi besar atau meraksasa itulah sang BHAIRAWA.
Di Dalam prakteknya yang banyak ditemukan pada era DHAHA – SINGHASARI – MAJAPAHIT, ada beberapa pemahaman baru tentang sekterian BHAIRAWA ini. Kalau umumnya kekuatan BHAIRAWA digunakan demi kepentingan perorangan atau golongan keagamaan itu sendiri, maka di masa ke 3 kerajaan yang saya sebut diatas, kekuatan BHAIRAWA telah dikelola menjadi bagian “Dharma Ksatrya”.
Pendidikan bela negara atau militerisme yang kuat pada era itu, telah memasukkan BHAIRAWA sebagai bagian kurikulum wajib upaya belanegara. Karena sifatnya yang sangat keras, kejam dan ekstrem pada lingkungannya (disebabkan sang penganut merasa sebagai alat dewa / dewi yang dipuja), maka ilmu ini hanya diajarkan secara terbatas di lingkungan, yang dipilih oleh sang guru.
Orang umum yang tahu keperkasaannya tetapi tidak memahami inti ajarannya bahkan menganggap sebagai aliran sesat yang harus dijauhi (mereka sadar kekuatan mereka juga tidak bisa melenyapkan keperkasaan BHAIRAWA yang jauh diatas mereka).
Bila saja kita masuk sedikit pada inti ajarannya, “TERNYATA ADA KEWAJIBAN TENTANG BELA TANAH AIR” yang dibebankan di pundak penganut BHAIRAWA Tantra. Karena ada sebagian kekuatan fisik dan spiritualnya diserap dari Pertiwi (bumi) dan itu adalah ibu sumber kekuatan, yang pantang untuk dikhianati, apapun alasannya. Kekuatan penganut BHAIRAWA secara fisik sangat luar biasa apalagi secara spiritual saat mereka mampu berkolaborasi dengan alam semesta.
Sebagai “Dharma Ksatrya”, yang mengarah pada kedigdayaan dan bela negara inilah yang menyebabkan para bangsawan dan raja kerajaan DHAHA – SINGHASARI – MAJAPAHIT menganut BHAIRAWA Tantra. Kalau dilambangkan dalam penggolongan, saya bisa menyebut penganut BHAIRAWA Tantra adalah golongan ULTRA NASIONALIS, yang berani mempertaruhkan segalanya, termasuk hidupnya demi membela kepentingan ibunya Pertiwi.
Setiap tetes darah lawan dan setiap daging lawan yang tercabik oleh senjatanya, memberikan mereka kekuatan ketika menjalankan dharma BHAIRAWA nya. Ini menakutkan bagi lawan ataupun orang sekelilingnya yang tidak paham, menelan mentah ajaran sanepan BHAIRAWA yang seakan pengikutnya harus meminum darah dan memakan daging lawannya guna mencapai perkasa.
Ketika ilmu ini jatuh ketangan manusia yang salah, maka akan amat fatal akibatnya, merusak lingkungan di sekelilingnya. Maka dibuatlah struktur atau pembagian tingkatan, dimana bila ada penyelewengan ilmu oleh penganut BHAIRAWA, tingkat diatasnya yang harus turun untuk “memusnahkannya”.
Dimusnahkan karena memang tidak ada lagi kamus menyerah diantara para BHAIRAWA, bahkan mati adalah bagian penentu yang membuka gerbang kehidupan selanjutnya.
Kalau anda pernah datang ke wilayah seputar kerajaan DHAHA – SINGHASARI – MAJAPAHIT, maka akan ditemukan banyak artefak berupa arca yang menunjukkan suburnya ilmu BHAIRAWA di seputaran gunung Wilis pada khususnya. Berbagai aliran BHAIRAWA yang ada disana, diantaranya : DURGA, GANESHA, dan yang tertinggi adalah SYIWA.
SYIWA BHAIRAWA ini lebih bersifat ekseklusif dan tertutup, diajarkan pada lingkungan bangsawan tertinggi dan pemuka sekterian itu sendiri. Mereka meyakini bahwa dirinya adalah alat dan bagian dari SYIWA dalam menertibkan dunia dan menghancurkan musuh musuhnya.
Sri Kertanegara dan Adityawarman adalah contoh penganut SYIWA BHAIRAWA yang kehadirannya sempat menggetarkan Nusantara.
Sekarang kita berada di Nusantara baru. Bisakah dan adakah pejabat negara memiliki jiwa ultra nasionalis yang ber Bhairawa Tantra demi ibu Pertiwi?@PAR/ded/nng