Diputar di Surabaya, Syuting Film HOL Dibuat Saat Herman Lantang Hidup Hingga Meninggal

Film dokumenter HOL sempat mau dihentikan oleh sutradara, karena Sang Tokoh, Herman Lantang meninggal dunia saat proses syuting sedang berjalan.

REKAYOREK.ID Setelah diputar di Jakarta, film dokumenter Herman O Lantang (HOL) akhirnya diputar di Surabaya, Sabtu (23/10/2021). Tepatnya di kantor Harian Disway, Jalan Walikota Mustajab No.76, Surabaya.

Film dokumenter HOL berdurasi 1 jam 40 menit ini menceritakan sosok Herman O Lantang, seorang pendaki gunung sekaligus pendiri Mapala UI (Universitas Indonesia). Herman O Lantang meninggal dunia pada usia 80 tahun. Mantan aktivis di zaman Soekarno ini lahir di sudut kota kecil Tomohon, Sulawesi Utara pada tanggal 2 Juli 1940.

Ressy Elang Andrian, sutradara film HOL mengatakan sebelum diputar di Surabaya, film HOL sempat diputar di Jakarta dan mendapat respon sangat baik.

“Kita tayang perdana (gala premiere) pada Sabtu 22 Mei 2021 di Auditorium Syahida Inn Lt 2, Kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta. Jumlah penontonnya banyak. Sampai kita bikin tiga gelombang atau tidak pemutaran. Setiap pemutarannya penontonnya mencapai 300 orang,” kata Ressy, Sabtu (23/10/2021).

Di Surabaya, Ressy juga membagi pemutaran film HOL menjadi tiga gelombang dengan kapasitas masing-masing gelombang 50-100 orang.

“Untuk gelombang pertama yang datang undangan. Ya, kita undang teman-teman. Untuk gelombang kedua dan ketiga, baru penonton yang teregistrasi,” tuturnya.

Sebenarnya persiapan pemutaran film HOL di Surabaya, kata Ressy, relatif singkat. “Kita cuma persiapan dua minggu. Jadi tidak banyak yang bisa lakukan di Surabaya. Padahal semestinya jika persiapan lebih matang lagi, kita bisa mempersiapkan yang lebih bagi penonton. Atau bahkan bisa memutarnya tidak di satu lokasi saja.”

Setelah di Surabaya, rencananya pada Minggu (24/10/2021), pemutaran film HOL akan dilanjutkan di Kota Batu Malang.

“Dari Surabaya, kita langsung ke Malang,” jelas Ressy.

Ressy Elang Andrian, sutradara film HOL. Foto: repro

Mengenai film HOL, Ressy menyebutkan bahwa film dokumenter produksi Elang Bayu Production tersebut tidak terprogram secara rapi. Yang dimaksud ‘tidak rapi’, film ini muncul karena berawal dari sebuah obrolan ringan di toko outdoor bernama high peak membahas konten video Youtube.

“Kita awalnya membahas konten Youtube. Kita mau datangi pendaki senior. Kita mikir siapa yang pertama narasumbernya. Saat itu saya dekat almarhum Herman. Di situ kita siapkan tamunya termasuk persiapan skripnya. Dalam persiapan itu saya sempat riset soal Herman Lantang. Kemudian saya mikir lagi, bahwa skrip 15 menit tidak cukup untuk membuat konten Youtube. Sementara sosok Herman Lantang dikenal sebagai legenda,” kata Ressy.

Karena ketertarikannya dengan sosok Herman Lantang, Ressy kemudian berinisiatif untuk membuat film dokumenternya. Namun Ressy awalnya sangsi dapat membikin film fdokumenter dalam durasi panjang.

“Saya tidak pernah bikin film dokumenter panjang. Biasanya cuma durasi pendek. Saya yang mengajukan film, selain teman-teman kaget, saya sendiri juga kaget. Tapi kita tanpa pikir panjang akhirnya sepakat untuk membikinnya. Pokoknya bismillah aja,” kenang Ressy.

Sebelum film digarap, Ressy dan tim mulai melakukan riset sejak 2018 sampai 2019.

“Saya tidak bilang riset setahun cukup. Karena banyak hal mengenai Herman Lantang yang belum kita ketahui. Tapi kita melakukannya sesuai dengan kapasitas kita. Artinya semua dibuat sesuai dengan rasa kita. Jadi jangan dipaksain. Jangan dibuat-buat.”

Dikatakan Ressy, setelah semua persiapan sudah matang, naskah pun dibuat dan mulai proses syuting tahun 2019 atau tepatnya saat pemakaman Rudy Badil. Tokoh yang turut membentuk grup Warkop bersama Nanu Mulyono, Kasino Hadiwibowo, Wahjoe Sardono, dan Indrodjojo Kusumonegoro sebelum terkenal dengan nama “Warkop DKI”.

“Saat itu pengambilan gambar, saya ingat waktu pemakaman pak Rudi Badil. Saat itu saya mikir, pasti di pemakaman pak Rudi Badil ada Om Herman. Kita bertemu di sana. Di situ kita pun mulai mengambil gambar Om Herman. Itulah pertama kali saya mengambil gambar almarhum,” ceritanya.

Ressy Elang Andrian (kanan) sutradara film HOL usai pemutaran film di kantor Harian Disway, Sabtu (23/10/2021). Foto: rekayorek

 

Namun di saat proses syuting sedang berjalan, kabar mengejutkan datang dari Herman Lantang. Pada tahun 2020, Herman Lantang meninggal dunia.

“Ini membuat kita shock. Om Herman meninggal. Padahal film sudah kita edit. Sementara film ini dibuat semasa Om Herman masih hidup. Di film HOL ini banyak sisi lain yang bisa digali, termasuk sosok Herman Lantang yang gemar mendaki gunung. Dengan meninggalnya Om Herman, maka cerita film HOL akan berubah sebab ada pesan yang berubah.” tukas Ressy.

Meski film HOL sempat nyaris dihentikan karena tokohnya meninggal, Ressy menyebut proses syuting bagaimana juga harus tetap dilanjutkan.

“Memang awalnya saya mau stop. Mungkin karena saya masih sedih. Tapi kemudian saya pikir ulang, film ini banyak pesan yang harus disampaikan. Jadi saya mikir banyak sisi positif dari Herman Lantang. Film pun saya teruskan lagi. Alhamdulillah, meski pusing bongkar sana sini dan syuting lagi, kita tetap dalam melanjutkan film HOL,” tandasnya.

Setelah film HOL selesai, respon penonton cukup mengejutkan. Pasalnya, film ini dibuat saat Herman Lantang masih hidup hingga meninggal.

“Film ini sangat berasa sekali. Setidaknya itulah respon dari orang-orang yang sudah menonton,” demikian Ressy.[]

Film HOLHerman LantangRessy Elang Andrian