Ditemukan Tengkorak Manusia Berusia 130 Tahun di Makam Peneleh

Yang tadinya saya kira sebuah helem baja, ternyata sebuah tengkorak, kepala manusia. Tidak hanya tengkorak kepala, tetapi ada fragmentasi tulang belulang lainnya. Diduga adalah tulang tulang bagian kaki dan lengan. Sementara fragmentasi tulang yang kecil kecil tidak terlihat dari luar. Mungkin tertimbun tanah.

REKAYOREK.ID Sudah berkali kali saya masuk ke area Makam Eropa Peneleh, Surabaya dalam program jelajah sejarah Surabaya Urban Track (Subtrack), yang diselenggarakan oleh Begandring Soerabaia.

Setiap kami masuk area makam ini, saya selalu melihat makam makam yang sudah berlobang. Dalam benak, saya berpikir, siapa tau saya melihat penghuni makam yang telah beristirahat selama puluhan dan bahkan ratusan tahun. Tapi tidak satupun yang “menyapa” dari balik lobang.

Menurut penjaga makam, Irul, lobang lobang pada makam itu adalah jalan untuk mengambil kerangka yang selanjutnya dibawa oleh ahli warisnya. Ada yang dipindahkan ke makam lain dan ada pula yang dibawa ke Belanda. Bahkan tidak sedikit warga setempat yang mengatakan lobang lobang pada makam itu akibat penjarahan pada periode tertentu ketika makam ini seolah tak bertuan.

Karuan saja, setiap saya melihat lobang lobang menganga pada makam, saya tidak pernah bertemu dengan penghuninya.

Baru baru ini, ketika ada jelajah sejarah ke makam Eropa Peneleh yang membersamai peserta Subtrack dalam Festival Peneleh pada Sabtu, 8 Juli 2023, saya pun masih menyempatkan mengamati satu lobang ke lobang lainnya. Baru kali ini saya “disapa” penghuni kubur. Kaget? Ya!

Hii.. ngeri, seperti apa rupanya?

Awalnya saya berfikir, apa yang saya lihat adalah benda lama yang berupa helem baja peninggalan era perang kemerdekaan. Setelah saya amati dengan seksama dengan menyesuaikan pupil mata di dalam kegelapan liang kubur, akhirnya rongga ini terlihat lebih jelas.

Yang tadinya saya kira sebuah helem baja, ternyata sebuah tengkorak, kepala manusia. Tidak hanya tengkorak kepala, tetapi ada fragmentasi tulang belulang lainnya. Diduga adalah tulang tulang bagian kaki dan lengan. Sementara fragmentasi tulang yang kecil kecil tidak terlihat dari luar. Mungkin tertimbun tanah.

Setelah difoto, semakin terlihat bagian bagian lainnya di dalam liang kubur. Misalnya sepasang handel peti mati yang berhias bunga bunga indah. Termasuk struktur dalam liang kubur dimana terdapat rolag untuk meletakkan peti mati sehingga tali yang digunakan untuk memasukkan peti mati ke dalam liang kubur dapat ditarik dengan mudah (tidak tertindih peti).

Identifikasi awal letak artefak dalam liang kubur. Foto: nanang

 

Atas temuan itu, kemudian saya sampaikan ke tim Begandring Soerabaia secara terbatas setelah mengidentifikasi benda benda (artefak) pada posisinya dalam kubur.

Selain itu, penemuan artefak dalam kubur ini menjadi laporan ke Lurah Peneleh, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Surabaya dan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XI Jawa Timur.

Penulis dan penemu (kiri) bersama dr. Jimmy (kakan) yang mengajak Hans, wisatawan dari Swedia. Foto: Begandring

 

Dugaan awal, setelah artefak tulang itu ditemukan, bersama anggota Tim Begandring Soerabaia yang berprofesi sebagai seorang dokter, dr. Jimmy Taruna, ada dugaan dugaan yang menyimpulkan bahwa mungkin tulang tulang dalam kubur itu adalah korban pembunuhan.

Namun setelah ada analisa dan penelusuran lebih lanjut oleh Begandring Soerabaia berdasarkan pengamatan fisik, hasilnya diduga kuat adalah fragmentasi itu adalah milik seorang warga Eropa yang meninggal.

Dari pengamatan langsung itu, menurut dr. Jimmy Taruna yang pernah terlibat dalam tim dokter forensik Polda Jatim, fragmentasi tulang tulang itu adalah struktur biologis orang Eropa. Tulangnya terlihat panjang panjang.

Penelusuran Identitas

Dari analisa awal sebagaimana disampaikan oleh dr. Jimmy Taruna, kemudian Tim Begandring Soerabaia melakukan penelusuran data melalui laman yang dibuat oleh keluarga Krancher yang pernah meneliti Makam Eropa Peneleh. Laman itu bernama Krancher.com.

Sumber alat penelusuran: krancher.com dan peta registrasi makam Eropa Peneleh. Foto: Begandring

 

Krancher.com adalah laman yang dapat digunakan oleh ahli waris untuk mencari keberadaan leluhurnya yang dimakamkan di Makam Eropa Peneleh di era kolonial. Makam Eropa Peneleh ini dibuka pada Desember 1847 dan ditutup pada kisaran tahun 1940-an. Sejak itu makam Eropa Peneleh tidak menerima pemakaman baru.

Melalui laman Krancher.com, hanya dengan mengetik (memasukkan) nama keluarga si mati, seperti misalnya Pietermaat (nama Residen Surabaya), maka akan tertampilkan data seperti: nomor registrasi, nama depan, tahun kelahiran dan kematian.

Selain dengan menggunakan laman Krancher.com, masih ada lagi satu alat untuk pencarian letak dimanakan makam dengan nomor registrasi itu berada. Yaitu menggunakan sebuah peta registrasi letak makam. Dari peta itu dapat diketahui dimanakan letak makam Pietermaat.

Melalui laman dan peta letak makam, maka dapat diketahui dimana posisi kuburan Pietermaat, Residen Surabaya yang dikenal sebagai pejabat Hindia Belanda yang membangun Masjid Kemayoran pada 1848 itu.

Andai kita tidak tau dimana letak makam Pietermaat, mana cukup dengan memasukkan nama keluarga familiename) “Pietermaat”, pada laman pencarian makam, akhirnya dapat diketahui dimana letaknya.

Hasilnya adalah sebagai berikut.

Kolom isian dalam laman krancher.com. Foto: Begandring

 

Detail data Pietermaat yang ditampilkan oleh krancher.com. Foto: Begandring

 

Dengan mengetahui Grafnumber N ½ Vak E, lantas dilihat melalui peta daftar registrasi, akhirnya dapat diketahui dimana letak makam Pietermaat.

Hal serupa juga dilakukan Begandring untuk mengetahui siapa nama dan registrasi jasad yang tulangnya ditemukan oleh Tim. Begandring.

Artefak tulang itu adalah:

Detail data dari pemilik tulang yang ditemukan di Makam Eropa Peneleh. Foto: doc krancher

 

Atas temuan artefak dan setelah melalui penelusuran data, ternyata orang Eropa yang bernama Maria van den Bolck itu lahir pada 1803, meninggal 1 Juli 1888 dalm usia 85 tahun. Artinya dia beristirahat selama 130 tahun (1888-2023). Meski sudah bersemayam selama 130 tahun, namun tulang tulnagnya masih utuh.

Selanjutnya, temuan ini dilaporkan ke pihak kepolisian Polsek Genteng, Kota Surabaya.@nanang