Eri Cahyadi Berkomitmen Meluruskan Sejarah Surabaya

REKAYOREK.ID Wali kota Surabaya, Eri Cahyadi, dalam program talkshow TVRI Jawa Timur “Ruang Publik” (7/10/2022) mengatakan bahwa dirinya bersama pegiat sejarah Surabaya berkomitmen akan terus meluruskan sejarah Surabaya.

Melalui film dokumenter drama (doku drama) “Koesno, Jati Diri Soekarno” yang diproduksi secara kolaboratif oleh Pemerintah Kota Surabaya, TVRI Jawa Timur, Begandring Soerabaia dan rekan serta Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga telah menegaskan bahwa Soekarno lahir di Surabaya, bukan di Blitar. Film ini adalah upaya penegasan atas koreksi tempat lahir Soekarno.

Atas terpilihnya film Koesno dalam daftar nominasi Film Pendek Terbaik FFI 2022, pesan film bahwa Soekarno lahir di Surabaya bisa terkabarkan secara nasional.

Kepala Stasiun TVRI Jatim, Asep Suhendar mengatakan bahwa pesan tentang kelahiran Soekarno ini juga bisa terkabarkan secara internasional karena progam TVRI bisa diakses melalui jaringan internet.

Film “Koesno, Jati Diri Soekarno” adalah cara dalam upaya pelurusan dan koreksi sejarah. Yaitu mengoreksi tentang tempat kelahiran Soekarno, yang sebelumnya dituliskan bahwa ia lahir di kota Blitar, ternyata berdasarkan sumber sumber sejarah yang valid dan otentik, Soekarno Presiden RI pertama lahir di Surabaya.

Kepala Stasiun TVRI Jatim, Asep Suhendar, dan Wali kota Surabaya, Eri Cahyadi. Foto: nanang

 

Begandring Soerabaia, yang selama ini getol melakukan penelusuran sejarah Surabaya, juga menemukan sejarah kota lainnya yang perlu dikoreksi. Temuan ini sangat fundamental bagi pemerintah kota Surabaya dan rakyat Surabaya. Semua hasil temuan ini berdasarkan kajian kepustakaan dan penelusuran lapangan (empiris) yang didukung bukti bukti otentik.

Tentu temuan temuan itu harus dikaji keabsahannya secara ilmiah dalam upaya mengoreksi sejarah Surabaya yang selama ini sudah diyakini. Selain itu kajian ulang juga perlu dilalukan terhadap sejarah kota yang selama ini sudah diyakini.

Ada tiga sejarah kota Surabaya yang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan koreksi. Yaitu tentang Hari Jadi Kota Surabaya, nama Hujunggaluh yang diidentikkan dengan nama lama Surabaya serta penyematan kembali sesanti Surabaya “Sura ing Baya”.

Selain itu juga perlu ada kajian untuk mengidentifikasi secara formal dan ilmiah tentang dimana asal usul Surabaya. Surabaya ada tidak langsung menjadi sebuah kota sebesar ini. Surabaya tentu berawal dari suatu tempat yang masih sederhana dan kecil. Dimanakah tempat itu?

Ini menarik untuk diteluauei. Sebetulnya sudah ada petunjuk baik secara literasi (kepustakaan), prasasti dan arkeologi yang mengarah pada suatu tempat di Surabaya dari mana Surabaya ini bermula. Namun demikian, tempat ini perlu mendapatkan konsensus dari tim yang nantinya mengkaji asal usul Surabaya.

Sejarah sejarah kota sebagaimana disebut diatas, adalah menyangkut ruh kota Surabaya sebagai zat yang menginspirasi dan memotivasi warga Surabaya untuk masa depannya. Oleh karena itu, perlu keberanian dalam pelurusan dan koreksi sejarah.

“Data dan fakta sebagai bahan pelurusan sejarah sudah terkumpul, tinggal difollow up”, kata Nanang Purwono, Ketua Begandring Soerabaia, jurnalis senior mantan Wakil Pimpinan Redaksi Jawa Pos Media Televisi (JTV).

Empat narasumber dalam talkshow “Ruang Publik” TVRI Jatim. Foto: nanang

 

Jika pada hari ini diketahui ada sesuatu yang kurang tepat atau bahkan salah, maka siapapun yang tau harus berani mengoreksinya demi kebenaran karena ini akan menyengkut masa depan Surabaya.

Mengoreksi tentu akan banyak membutuhkan beaya atau dana. Tapi apalah artinya dana dibanding dengan nyawa ketika arek arek Surabaya mempertahankan kebenaran tentang kedaulatan bangsa.

Pun demikian dengan hari ini, ketika arek arek Surabaya mengetahui kebenaran tentang sejarah Surabaya, maka mereka pun berani mempertahankan kebenaran meski mahal beayanya.

Ada sesanti “Jer Basuki Mawa Bea”, setiap keinginan, cita-cita, dan kebahagiaan pasti membutuhkan biaya, baik bentuknya berupa uang, tenaga, pikiran, atau pengorbanan lain seperti sesanti yang dimiliki oleh Propinsi Jawa Timur.

Dulu, arek arek Surabaya berani mati demi tegaknya fakta sejarah bahwa Indonesia telah merdeka pada 17 Agustus 1945.

Sekarang, arek arek Surabaya (Begandring Soerabaia) juga berani mengoreksi atas kekurang tepatan sejarah kota Surabaya berdasarkan sumber sumber yang ada (literasi, prasasti dan arkeologi).

Untuk itu, Begandring Soerabaia bermaksud akan menyampaikan Nota Pelurusan Sejarah Kota Surabaya kepada walikota Surabaya, Eri Cahyadi.

“Ini wujud tanggung jawab kami dalam menjaga dan memelihara sejarah Surabaya. Kami menyampaikan karena kami tau. Kalau kami tidak tau, maka kami tidak akan menyampaikan ini”, kata Nanang.

Tahun lalu (2021) dalam rangka peringatan Hari Jadi Kota Surabaya, diadakan diskusi publik di Loji Besar, markas komunitas Begandring Soerabaia yang membahas tentang sejarah hari jadi kota Surabaya, yang hasilnya diserahkan kepada Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji. Saat itu Armuji juga hadir mengikuti jalannya diskusi yang memaparkan temuan temuan terkait sejarah kota Surabaya.@Nanang