Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Oleh: Nanang Purwono

KAMIS, 10 November 2022 diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional. Hari Pahlawan ini berlatar belakang peristiwa besar bangsa Indonesia yang terjadi di Surabaya 77 tahun lalu. Pejuang dan arek arek Surabaya berani mati melawan Sekutu dalam pertempuran Surabaya yang pecah pada 10 November 1945 demi menjaga kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Mereka bersemboyan “Merdeka atau Mati”.

Di era pemerintahan Wali kota Surabaya Tri Rismaharini, muncul istilah Pahlawan ekonomi. Pahlawan Ekonomi adalah UMKM yang bergerak. Mereka bisa menarik tenaga kerja hingga UMKM baru. Pahlawan Ekonomi memberikan pengalaman sekaligus semangat untuk bertarung dan berjuang demi hidup sekarang dan masa depan.

Di era Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, ia berkomitmen melanjutkan program Pahlawan Ekonomi sebagai upaya pemberdayaan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Berbekal dengan semangat kepahlawanan untuk sesama, Pahlawan Ekonomi melangkah ke depan dari sektor UMKM.

Ini adalah salah satu solusi dalam menghadapi masalah ekonomi yang berfokus pada pemberdayaan ibu rumah tangga dari keluarga prasejahtera di Surabaya. Pahlawan Ekonomi sengaja membidik perempuan (istri) sebagai potensi menggerakkan mesin kedua perekonomian dalam keluarga.

Masih ada persoalan persoalan lain di kota ini yang membutuhkan solusi. Misal persoalan persoalan di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan lainnya. Jika masing masing menemukan solusi yang tepat, maka aman dan sejahteralah warganya. Tidak hanya untuk penyelesaian pada saat sekarang, tapi juga untuk menghadapi masa mendatang.

Adalah mereka putera Puteri Surabaya yang harus bisa menemukan solusi untuk menghadapi berbagai persoalan sekarang dan mendatang. Di pundak merekalah masa depan bangsa ini bertumpu. Karenanya mereka harus tangguh dan visionir, yang didasari oleh sifat sifat kejuangan dan kepahlawanan, khususnya bagi generasi muda kota Surabaya.

Dalam peringatan Hari Pahlawan tahun ini (2022) dan seterusnya, sudah saatnya generasi muda dan seluruh lapisan masyarakat Surabaya, juga bangsa Indonesia, diingatkan bahwa peringatan Hari Pahlawan adalah tonggak pengingat untuk menatap masa depan.

Api Perjuangan Yang Tidak Boleh Padam

Monumen Tugu Pahlawan adalah tetenger perang besar bangsa Indonesia di Surabaya yang pecah pada 10 November 1945. Saking besarnya, maka dibangunlah sebuah monumen kepahlawanan yang disebut Tugu Pahlawan. Di Tugu Pahlawan ini terukir simbol Api Perjuamgan yang tidak boleh padam.

Tugu Pahlawan identik dengan Hari Pahlawan. Hari Pahlawan identik dengan Surabaya. Hari Pahlawan diperingati secara nasional, maka dari Surabaya ada persembahan untuk bangsa Indonesia.

Surabaya harus memberi makna mendalam dalam peringatan Hari Pahlawan. Selain makna penghormatan kepada jasa jasa para pahlawan yang telah gugur dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa, makna lain yang tidak kalah pentingnya adalah makna dalam mengisi kemerdekaan untuk hidup masa depan.

Sekarang, kita hidup menuju masa depan. Masa depan adalah tujuan kita untuk melangkah dari hari ini. Dari hari ini kita tidak melangkah mundur. Di belakang, yang penuh jejak para pahlawan, adalah semangat sebagai dasar dalam melangkah menuju masa depan.
Presiden Soekarno berpesan “Beri saya 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia. Beri saya 1000 orang tua, niscaya akan kucabut gunung Semeru dari akarnya”.

Adalah petikan semangat Soekarno untuk bekal manusia Indonesia hari ini yang harus berestafet dalam melanjutkan perjuangan bangsa, mengisi kemerdekaan.
Semangat dalam mengisi kemerdekaan ini sesungguhnya sudah terukir dan terpatri pada batang tubuh Tugu Pahlawan.

Wujudnya adalah untaian segitiga berwarna emas yang tidak lain adalah simbol Api Perjuangan. Api perjuangan yang tidak boleh padam hingga masa depan.

Dalam gunungan segitiga ini tergambar penciptaan manusia yang tangguh dan visioner untuk melambangkan putera dan Puteri Indonesia dalam mengisi kemerdekaan demi meraih cita cita bangsa, wujud harapan para pendahulu bangsa.

Adalah relief Padmamula (rahim) dan Stamba (penis), kemudian lahirlah Cacra (pusaka Krisna) dan Trisula (pusaka Siwa). Konstalasi simbol ini adalah ajakan kepada generasi sekarang untuk hadir sebagai generasi tangguh yang visionir untuk membangun masa depan. Juga sebagai ajakan generasi tua untuk menaklukkan gunung suci, Semeru, rumah beribu dewa yang menjadi alas dan pengayom generasi muda dalam melanjutkan estafet pembangunan bangsa.

Karenanya mulai hari ini, saatnya kita mengetahui simbol dan pesan masa depan bangsa di Tugu Pahlawan, yang sudah ada sejak pendirian dan peresmiannya oleh Presiden Soekarno pada 10 November 1952.@

*) Ketua Begandring Soerabaia

Komentar (0)
Tambah Komentar