Kelas Kolaborasi Jelajah Sejarah

Kolaborasi antara komunitas dan universitas dalam proses belajar mengajar telah diinisiasi antara FIB Unair dan Forum Begandring Soerabaia.

REKAYOREK.ID Surabaya Urban Track (Subtrack) dengan design khusus untuk mahasiswa telah terwujud berkat kolaborasi antara Forum Begandring Soerabaia dengan pihak akademisi, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya. Tracking berorientasi di kawasan Peneleh dan Pandean. Kawasan ini sangat cocok untuk mahasiswa karena kawasan ini menyimpan ragam sejarah mulai dari era klasik, kolonial hingga seputar periode kemerdekaan.

Ada 20 peserta dari berbagai program studi di FIB Unair (ilmu sejarah, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa dan Sastra Indonesia dan Ilmu Kejepangan). Mereka didampingi dua dosen.

Menurut salah satu dosen, Gesang, kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi pengalaman baru dalam proses belajar mengajar kepada mahasiswa. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh wawasan nyata yang dapat digunakan sebagai bahan berkomunikasi dan berinteraksi dalam proses pembelajaran.

“Bahasa, seperti bahasa asing dan bahkan bahasa Indonesia, adalah alat pengantar dalam proses komunikasi. Sedangkan pesan komunikasi adalah ide dan konten yang menjadi bahan berkomunikasi. Dengan pengalaman baru dalam proses belajar mengajar melalui jelajah sejarah ini, mahasiswa memiliki gagasan atau bahan yang bisa dipakai dalam berkomunikasi dan berinteraksi”, demikian jelas Gesang.

Kegiatan jelajah sejarah Subtrack tidak hanya menambah wawasan tentang sejarah masa lalu, tapi juga realita pada masa sekarang. Sebab sejarah sendiri adalah realita dan fakta. Apa yang terjadi pada masa sekarang adalah fakta yang kelak menjadi bagian dari sejarah.

Peserta Subtrack dalam jelajah sejarah di Peneleh misalnya dapat menguak tokoh tokoh yang diistirahatkan di pemakaman Belanda Peneleh sejak abad 19. Salah satu misalnya seorang Gubernur Jendral Hindia Belanda, Pieter Merkus yang diriwayatkan melalui nisan bajanya bahwa ia meninggal di Huiz van Simpang (sekarang gedung negara Grahadi) pada 1844. Tapi ia dimakamkan di pemakaman Belanda Peneleh pada 1847.

Fakta data ini menarik untuk disimak dan sekaligus menimbulkan pertanyaan dan rasa keingin tahuan untuk menelisik dengan pertanyaan: dimanakah jasad Pieter Merkus selama 3 tahun?

Munculnya rasa ingin tahu ini menjadi sifat intelektual dan rasa ingin tahu adalah karakter yang layak dimiliki oleh kalangan akademisi. Ada 18 nilai pendidikan karakter bangsa, yang salah satu diantaranya adalah Karakter Rasa Ingin Tahu. Sikap Rasa Ingin Tahu ini adalah tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

Jelajah Sejarah Subtrack menawarkan aktivitas itu kepada peserta, baik peserta umum maupun khusus seperti mahasiswa FIB Unair. Jelajah sejarah dengan berjalan kaki selama kurang lebih dua jam menyusuri kampung kampung dan berhenti pada spot spot penting mengajak mahasiswa mengamati realita di sepanjang tracking, mendengarkan penjelasan pemandu sejarah. Ringkasnya kegiatan ini melibatkan 5 panca indera mereka untuk melakukan observasi lapangan.

Mereka melihat ragam visual, mereka mendengarkan pemandu sejarah dan apa pun suara suara di sekitar dan di sepanjang perjalanan (suara anak kecil menangis, suara alunan musik yang didengarkan warga dll). Mereka mencicipi makanan atau minuman yang ditemui ketika tracking, misalnya ada peserta yang berhenti dan membeli es dawet. Mereka mencium bau mangga masak yang harum ketika berkunjung ke makam Peneleh.

Pelibatan 5 panca indera ini juga menjadi bagian dalam proses pembelajaran secara langsung yang pada akhirnya memberi mereka pengalaman nyata yang berkontribusi terhadap kontstruksi gagasan dan ide sebagai bahan berinteraksi dan berkomunikasi.

Peserta Subtrack Kelas Kolaboratif ini sengaja diajak untuk mengeksplorasi lingkungan yang melibatkan panca indera mereka dan mengembangkan karakter pendidikan bangsa (Rasa Ingin Tahu). Karenanya di akhir kegiatan, diadakan klas interaktif dimana setiap peserta diminta untuk berbagi cerita dari apa yang mereka alami selama perjalanan.

Semua peserta mampu bercerita tentang pengalannya masing masing. Masing masing peserta mengakui bahwa setelah jelajah sejarah, pengetahuan mereka bertambah. Bertambahnya wawasan dan pengetahuan (khususnya terkait dengan obyek sejarah di lingkungan Peneleh Pandean) dapat diamati dari sesi pra jelajah dan pasca jelajah.

Pada pra jelajah, setiap peserta diminta untuk menuliskan persepsi mereka tentang daerah dan obyek penjelajahan pada secarik kertas yang kemudian dimasukkan ke dalam amplop. Pada pasca jelajah, setiap peserta diminta untuk membuka amplopnya masing masing dan membandingkan pesan yang telah ditulis dengan wawasan yang telah mereka dapatkan. Kemudian mereka bercerita secara bergantian. Wawasan mereka terlihat berkembang dari yang awalnya singkat dan bahkan tidak mengetahui (sebagaimana yang ditulis di kertas masing masing) menjadi lebih mengetahui tentang kawasan Peneleh Pandean.

Tidak cukup berhenti pada sesi berbagi cerita, mereka juga masih diajak untuk memfollow up dari apa yang telah mereka dapatkan. Ada yang mengatakan bahwa mereka akan menuliskan pengalaman mereka di medsosnya, ada yang mengatakan bahwa di kemudian hari akan balik berkunjung ke Peneleh Pandean, ada yang mengatakan bahwa mereka akan menceritakan pengalamannya ke saudara dan masih ada lagi bentuk follow up kegiatan oleh masing masing peserta.

Jelajah sejarah Subtrack di Penelah Pandean ini mengunjungi Makam Belanda Peneleh, Masjid Jami’ Peneleh, Rumah HOS Tjokroaminoto, Jembatan Besi Peneleh, Rumah Lahir Bung Karno dan Sumur Kuno Jobong.[]

sejarahsurabaya
Komentar (0)
Tambah Komentar