REKAYOREK.ID Kota Lama Surabaya, khususnya zona Eropa, menarik perhatian jurnalis dari salah satu media besar di Belanda, de Volkskrant. Ia adalah Charles Noel Van Bemmel, yang dalam tugasnya di Indonesia menjabat sebagai Kepala Biro. Ia datang ke Surabaya bersama fotografer Hendra Eka.
Mereka tiba di Surabaya dari Bali pada Kamis malam (23/8/2024) dan langsung menuju salah satu hotel di kawasan Kota Lama untuk menginap. Ini pilihan yang tepat karena secara langsung mereka bisa mengikuti perubahan waktu harian berikut suasana yang menyertainya di kawasan itu.
Setelah menginjakkan kaki di kawasan kota lama pada Kamis malam, kemudian pada Jumat pagi mereka mulai menapaki jantung Pecinan menuju ke zona Eropa dengan melewati jembatan historis dan legendaris, Jembatan Merah alias Roode Brug.
Sinar pagi, yang menerpa pagar gedung raya yang berderet di tepi barat jalan Jembatan Merah, menambah cerah gedung gedung kolonial yang telah direvitalisasi dalam konsep Kota Lama Surabaya. Suasana lebih bertambah indah dengan dukungan alami langit yang biru.
Seduhan kopi racik panas di kedai Baladewa di deretan bekas stan parkir tempo dulu menjadi penghangat dan semangat dua krew de Volkskrant. Mereka dipandu oleh pegiat sejarah dan budaya Nanang Purwono dari komunitas Puri Aksara Rajapatni. Turut mendampingi adalah Ita Surojoyo (pendiri Rajapatni) dan Ricky Setiono (Ketua RT 03 RW 10 Kelurahan Krembangan Selatan).
Di Kedai Baladewa di tepian sungai Kalimas, sambil minum kopi racik panas, mereka mulai membuka cerita tentang Kota Lama Surabaya untuk menjawab rasa keingintahuan Noel sebagai jurnalis senior tentang Kota Lama Surabaya.
“Saya sudah wawancara Duta Besar Belanda untuk Indonesia dan ibu Yulia Lukito”, jelas Noel yang menceritakan sebagian cerita tentang angle liputannya di Surabaya .
Baru baru ini Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lamberts Grijns, memang datang ke Surabaya dalam rangka menghadiri agenda ICAS ke-13 dan meninjau project heritage bersama antara komunitas Begandring Soerabaia dan TiMe Amsterdam.
Dalam kunjungan itu Grijns juga melihat Kota Lama Surabaya dan dia kagum atas hasil revitalisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Kota Lama Surabaya secara resmi dibuka sebagai Daerah Tujuan Wisata Sejarah Surabaya pada 3 Juli 2024. Sedangkan Lambert Grijns berkunjung ke Kota Lama Surabaya pada 29 Juli 2024.
Bahkan ketika Lambert bertemu walikota Surabaya, Eri Cahyadi, di kantor Balai Kota pada 29 Juli 2024, keduanya setuju munculnya gagasan tentang kerjasama dalam konsep Sister City Surabaya-Rotterdam. Sebuah gagasan yang baik.
Kota Lama Surabaya, khususnya, zona Eropa, layak sebagai simbol Sister City Surabaya-Rotterdam karena menyimpan banyak peninggalan gedung gedung berarsitektur kolonial yang menyimpan perkembangan kota Surabaya.
Gedung dan arsitektur kolonial di kota Surabaya dan khususnya di kawasan kota Lama Surabaya memang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Gedung gedung kolonial adalah keindahan, keunikan yang menyimpan nilai edukasi. Pengakuan itu dinyatakan oleh warga kota yang berkunjung ke Kota Lama pada Jumat, 23 Agustus 2024. Mereka adalah anak sekolah, mahasiswa, warga setempat, komunitas line dance hingga sepasang calon pengantin yang sedang melakukan pengambilan foto prewedding.
Selain mereka juga masih ada pemuda pemudi tangguh dari Banten yang datang menikmati Kota Tua Surabaya.
Semua kesan tentang suasana bangunan kolonial di zona Eropa Surabaya ini bernada positif dan baik. Sayang fakta ini berbeda dari fakta yang terjadi di negeri Belanda, dimana para generasi barunya bertendensi tidak menyukai peninggalan dari masa kolonial.
“Mereka merasa bersalah dan malu atas penjajahan oleh nenek moyang mereka di Indonesia”, jelas Noel yang nenek moyangnya berasal dari Jawa.
Dalam tugas liputan tentang Kota Lama Surabaya ini, Noel memang ingin tau bagaimana persepsi mereka tentang nilai nilai kolonial.
“Yang lama ya lama. Yang baru ya baru. Sekarang yang penting adalah bagaimana kita bisa bekerja sama saling menguntungkan”, kata seorang penari line dance.
Pada kesempatan kunjungan ke Kota zona Eropa, Noel bersama fotografer Hendra Eka didampingi oleh Ricky dari satu rumah kuno ke rumah lainnya. Diantaranya adalah rumah rumah berpilar model Indiesche. Noel dan Hendra Eka diajak Ricky menjelajah gedung Siropen dan kediaman Ricky sendiri yang letaknya bersebelahan.
Noel, ketika mampir ke pabrik Siropen, sempat membeli sirup klasik dalam kemasan botol yang dibungkus kertas karton. Sebelumnya ia mengamati ruang ruang produksi sirup yang lengkap dengan guci guci olahan sirup. Untuk melengkapi isi liputannya, tim de Volkskrant Belanda untuk biro Indonesia ini harus melanjutkan kegiatannya sampai Sabtu (24/8/2024).@PAR/nng