Mahasiswa Asing Akan Dokumentasikan Peneleh

REKAYOREK.ID Kampung Peneleh, kelurahan Peneleh, kecamatan Genteng, Surabaya kian menarik perhatian publik. Bukan saja dari Surabaya, tapi manca negara. Setelah dikunjungi konsultan cagar budaya Belanda, Petra Timmer dan Max Meijer, pada bulan November lalu, kemudian disusul wisatawan Italia, dan baru saja pada 27 Desember 2022, akademisi School of Polytechnic Singapura menengok Peneleh. Mereka adalah Dr. Merry Chin dan Mark Lu.

Mereka didampingi oleh Kepala Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) Universitas Airlangga, Titik Puji Rahayu, S.Sos., M.Comm., Ph.D. dan Ratih Puspa S.Sos., M.A.., Ph.D. Tidak ketinggalan turut mendampingi adalah dosen dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair, Kukuh Yudha Karnanta S.S., M.A.

Di Peneleh mereka menuju ke Lodji Besar, yang menjadi sekretariat perkumpulan pegiat sejarah dan budaya Surabaya, Begandring Soerabaia. Dari tempat inilah mereka menggali informasi tentang sejarah Surabaya.

Kedatangan Dr. Merry Chin dan tim ini diterima Kuncarsono Prasetyo, pendiri Begandring Soerabaia.

“Kami selalu welcome kepada siapa pun, yang ingin menggali sejarah Surabaya untuk tujuan tujuan dan kepentingan mereka. Kami siap membantu”, ujar Kuncarsono di sela sela menyambut tamu asal Singapura ini.

Ia menambahkan kawasan Peneleh tidak hanya menyimpan sejarah kota Surabaya, tapi juga menjadi awal peradaban kota yang mengandung nilai sosial dan budaya. Ia menjelaskan bahwa di Pandean I ada jejak peradaban masa lalu dari abad 15 di masa Kerajaan Hindu Majapahit.

Dr. Merry mengatakan bahwa kedatangan mahasiawanya pada Juni 2023 nanti akan merekam jejak peradaban Surabaya serta perkembangan dan peran warganya dalam proses itu. Dari kegiatan survey pada Selasa, 27 Desember, mereka berencana akan mendokumentasikan Kampung Peneleh, dengan mengangkat peran Komunitas Begandring Soerabaia dalam merawat dan mengembangkan potensi lokal. Sementara kampung lainnya adalah Kampung Nelayan Kejawen Lor, yang menjadi sentra produksi ikan di Surabaya.

Proyek film dokumenter ini menjadi sarana edukasi yang menguntungkan bagi kota Surabaya karena disana ada sudut pandang orang lain (manca negara) mengenai Surabaya, yang sekaligus menjadi bahan promosi Surabaya ke manca negara, khususnya Singapura.

Belum lama ada kedatangan wisatawan Singapura dengan Kapal Pesiar, Genting Dream, yang mengangkut lebih dari 1000 wisatawan Singapura. Ada sekitar 900 wisatawan turun dari kapal dan menjelajahi kota Surabaya dan sekitarnya.

Diharapkan film dokumenter tentang Surabaya yang diproduksi mahasiawa politeknik Singapura ini bisa memberi kontribusi informasi kepada warga Singapura, khususnya mereka
yang akan berpelesir ke Surabaya.

Nanang Purwono, Ketua Begandring Soerabaia, turut mendampingi dosen dosen Singapura dan Universitas Airlangga dalam survey lokasi yang akan dijadikan obyek film dokumenter.

Nanang berharap hasil dari produksi film itu bisa menambah wawasan warga Singapura, khususnya yang akan bepergian ke Surabaya.

“Film itu akan memberi background of knowledge warga Singapura sebelum mereka berangkat ke Surabaya untuk kegiatan wisatanya”, jelas Nanang yang menjadi salah satu pemandu wisata (guide) ketika 900 wisatawan Singapura datang dengan Kapal Pesiar Genting Dream pada Selasa, 20 Desember 2022 lalu.

Selama di Lodji Besar, rombongan akademisi School of Polytechnic Singapore dan Universitas Airlangga mendapat gambaran tentang peran komunitas Begandring Soerabaia. Pajangan informasi berupa foto foto dan peta peta Surabaya, serta artefak artefak arkeologi, serta buku buku yang menjadi sarana perpustakaan Lodji Besar menambah pemahaman Tim gabungan Singapura dan Universitas Airlangga yang akan mendokumentasikan peran Begandring Soerabaia dalam mengelola dan memanfaatkan potensi sejarah dan budaya kota Surabaya.

Selama di kawasan Peneleh dalam waktu yang singkat itu mereka diajak berkeliling kawasan Peneleh, misalnya: Makam Belanda Peneleh, Sumur kuno “Jobong” dan lingkungan kampung dengan satu kuburan di tengah tengah kampung. Tidak ketinggalan kuliner klasik Peneleh, martabak mi.

“Kegiatan pendokumentasian ini akan memberi wadah bagi mahasiswa kami untuk berinteraksi dengan warga setempat dengan segala perbedaan yang ada antara budaya dan kebiasaan orang Surabaya dan Singapura. Mereka akan mewawancari warga lokal untuk mendapatkan kisah kisah untuk memperkuat konten dokumentasi” terang Dr. Merry Chin sebelum mensurvey tampat tempat lainnya di Surabaya.

Mereka berkunjung dan melihat pasar Pabean, kawasan Kota Tua Surabaya dan kampung Nelayan di Kejawan Lor. Dari hasil survey itu, diputuskan bahwa yang menjadi lokasi dokumenter adalah Kampung Peneleh dan Kampung Kejawan Lor.@Tim

Komentar (0)
Tambah Komentar