Mengenal Sejarah Rebo Wekasan dan Sendang Sono

Di tengah kebingungan mencari sumber mata air, Syekh Jamaluddin Malik kemudian berkonsultasi dengan Sunan Giri. Dalam konsultasinya kepada gurunya itu, Syeh Jamaluddin Malik diminta untuk pergi ke sebelah utara desa yang ditinggali bersama para santrinya.

REKAYOREK.ID Setiap hari Rabu di akhir bulan Syafar sesuai penanggalan Hijriah, masyarakat Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, hingga kini masih melestarikan dan menjaga tradisi Rebo Wekasan (Rabu pungkasan atau terakhir), sebuah tradisi yang telah ada sejak zaman Sunan Giri.

Sejarah Rebo Wekasan bermula dari keberadaan Sendang Sono sebuah telaga yang pertama kali ditemukan oleh Putri Dewi Retno Suwari yang kemudian dikenal dengan nama Siti Fatimah Binti Maimun saat beristirahat di Desa Suci.

Konon berdasarkan ceritanya, rombongan Putri mencari sumber air untuk mensucikan diri karena hendak melakukan sholat. Setelah melakukan pencarian, akhirnya menemukan Sendang Sono. Disebut Sendang Sono, karena di sekitar banyak pohon Sono.

Setelah sumber air Sendang Sono ditemukan, 12 tahun kemudian ada seorang santri Sunan Giri bernama Syeh Jamaluddin Malik. Sedang berkunjung ke Desa Suci, karena diutus Sunan Giri untuk menyebarkan agama Islam.

Akhirnya Syeh Jamaluddin Malik mendirikan pondok dan surau (Masjid), sebagai sarana menyebarkan agama Islam di Desa Suci. Saking banyaknya santri, Syeh Jamaluddin Malik jadi kebingungan untuk mencukupi kebutuhan air. Sebab, lokasi yang ditempatinya airnya kian menipis atau berkurang.

Sendang Sono telaga yang memiliki sejarah dalam penyebaran agama Islam di era Sunan Giri. Foto: joss

 

Di tengah kebingungan mencari sumber mata air, Syekh Jamaluddin Malik kemudian berkonsultasi dengan Sunan Giri. Dalam konsultasinya kepada gurunya itu, Syeh Jamaluddin Malik diminta untuk pergi ke sebelah utara desa yang ditinggali bersama para santrinya.

Petunjuk Sunan Giri, jika ada pohon besar di situ pasti ada sumber mata air. Akhirnya setelah melakukan pencarian ditemukanlah Sendang Sono yang sebelumnya telah ditemukan Siti Fatimah Binti Maimun.

Menurut Tokoh Masyarakat Desa Suci, Sahid, dengan ditemukannya Sendang Sono, Syekh Jamaluddin Malik lalu memindahkan pondok dan suraunya di kawasan mata air itu. Lokasi Surau atau yang saat ini menjadi Masjid bernama Mambaut Thoat berada di Jalan Pandanarum Desa Suci.

Pasca ditemukanya sumber Sendang Sono, Sunan Giri pun memerintahkan santrinya Syeh Jamaluddin Malik untuk melakukan tasyakuran dan tabarrukan. Sebagai wujud syukur atas barokah yang diberikan oleh Allah SWT atas air itu.

Bentuk tasyakuran dan tabarukan yang dilakukan oleh Syeh Jamaluddin Malik dan para santrinya kala itu. Yakni, dengan cara mandi malam di Sendang Sono tujuannya untuk mensucikan diri dari hadas kecil maupun besar, kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan sholat malam.

Masjid Mambaus Thoat yang dibangun Syeh Jamaluddin Malik di depan Sendang Sono. Foto: joss

 

Tradisi yang kemudian identik dengan kegiatan tahunan ini, hingga kini masih terjaga dan ada beberapa masyarakat yang masih melaksanakan atau meneruskan sesuai apa yang sebelumnya dilakukan pendahulu (leluhur) Desa Suci. Meski, tradisinya sedikit berubah dan menjadi tempat keramaian layaknya pasar malam.

Karena, di sepanjang jalan raya Desa Suci setiap memperingati Rebo Wekasan yang jatuh pada hari Rabu di akhir bulan Syafar ini. Kini selalu dipenuhi oleh ratusan pedagang berbagai macam barang, yang memanfaatkan momentum tahunun itu.

Sendang Sono, menurut Samsul Hadi (70) salah seorang warga Desa Suci dahulu menjadi tempat pemandian atau persucian Syeh Jamaluddin Makik bersama murid atau santrinya. Namun, sampai sekarang juga masih dijadikan tempat mandi oleh warga setempat.

“Sendang Sono ini di dalamnya juga terdapat banyak ikannya dan tetap dijadikan lokasi mandi warga sini. Mulai, anak-anak, remaja hingga orang dewasa banyak yang mandi. Bahkan, orang-orang dari luar daerah sini yang mengerti sejarahnya sering kesini untuk sekedar mandi. Istilahnya ngalap berkah,” katanya, Rabu (21/9/2022).

Sebenarnya, ada lima tempat pemandian di Sendang Sono ini. Yakni, Sendang wadon tempat Ibu-ibu atau perempuan, Sendang Sumber Lanang untuk Laki-laki dan Sendang Guyangan untuk memandikan ternak sapi, kuda hingga sapi.

Kemudian, Sendang Blumbang tempat mandi untuk keluarga dan bersuci saat hendak melaksanakan sholat. Yang terakhir Sendang yang mengaliri ke sawah-sawah warga Desa Suci. Tapi sekarang sudah tidak ada, karena sawahnya sudah tidak ada berubah jadi tempat tinggal (rumah). Tapi dulu di tahun 1990 sampai 1999 an, masih ada,” tuturnya.

Seiring dengan perubahan zaman, tambah Samsul Sendang Sono kurang terjaga dengan baik. Padahal memiliki nilai sejarah (histori) yang harus dipahami oleh generasi selanjutnya untuk tetap dipertahankan. “Saya sebagai warga Suci berharap ada perhatian dari pemerintah daerah khususnya, untuk berupa melakukan pelestarian dan menjadikan Sendang Sono ini sebagai tempat yang dilindungi (cagar budaya),” imbaunya.

Pasar Tumpah yang selalu ada dalam peringatan Rebo Wekasan di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Foto: joss

 

Sedang Sono memiliki luas sekitar 10 persegi, dengan kondisi air yang cukup melimpah. Jika dirawat dengan baik dan dipoles menjadi lokasi wisata alternatif oleh pemerintah desa (pemdes) Suci. Tentu akan memiliki nuansa yang menarik dan ada kesan tersendiri bagi pengunjungnya, karena lokasinya selalu dijadikan tempat perayaan tradisi Rebo Wekasan yang indentik dengan keramaian.

Sejarah Rebo Wekasan ini, juga memiliki sinkronisasi dengan situs-situs dari orang-orang yang pertama kali menemukan telaga atau Sendang Sono. Karena lokasi hanya berjarak beberapa kilometer saja dengan areal Makam Siti Fatimah Binti Maimun, yang berada di Desa Leran, Kecamatan Manyar.

Perayaan Rebo Wekasan, biasanya berlangsung selama 4 hari. Mulai hari Minggu sampai Rabu (18-21/9/2022), begitu pula ditahun kedepannya juga akan sama. Dengan rangkaian kegiatan yang diawali Khotmil Qur’an (membaca Al Qur’an 30 Juz), dilanjutkan Tahlilan dan baca doa hingga Solat Malam di Masjid Mambaul Thoat (Masjid yang didirikan Syeh Jamaluddin Malik saat menemukan Sendang Sono).

Kemudian kegiatan diakhiri dengan Kirab Tumpeng Agung, yang diikuti oleh seluruh warga Desa Suci yang juga sebagai pertanda hari jadi Desa Suci yang ke 631 di tahun 2022 ini. Diakhir kirab masyarakat akan menikmati makanan dari tumpeng agung secara bersama-sama.@joss

Komentar (0)
Tambah Komentar