Nilai Kepahlawanan Gubernur Soerjo Dalam Film Animasi

REKAYOREK.ID Focus Group Discussion (FGD) pembuatan film animasi sejarah tokoh pejuang Gubernur Jawa Timur RMTA Soerjo di Malang selama tiga hari (17-19 Maret 2022) sudah berakhir.

Dari serangkaian diskusi yang membedah cerita sosok dan perjuangan RMTA Soerjo, yang lahir di Magetan pada 9 Juli 1896 dan gugur di Mantingan pada 1948, ternyata patut dikenang dan nilai nilai karakter yang dimilikinya pantas dilestarikan sebagai modal pembangunan.

Nilai nilai karakter itulah yang diharapkan dapat digali melalui diskusi, dan kemudian dapat divisualkan dalam bentuk film animasi sebagai media pendidikan dan pendokumentasian.

Dari paparan para pemateri seperti Sri Sutjiatiningsih, Penulis buku Gubernur Soerjo; Dr. Reza, Universitas Negeri Malang; Dr. Wisnu, Unesa; Indra Fibiona, BPNB Jogja; dan Muries Subiyantoro, keluarga RMTA Soerjo bahwa sejarah sejarah Gubernur Soerjo begitu panjang dan luas.

Lantas melalui FGD ini diharapkan, bahwa selain membedah sejarah RMTA Soerjo, juga mencoba membuat batasan batasan yang sekaligus mencari dan menentukan poin poin penting dalam sejarah perjalanan Gubernur Soerjo yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan film animasi Gubernur Soerjo.

Menurut produser film animasi dari Mocca Studio yang ditunjuk sebagai produser animasi, bahwa durasi film animasi ini berkisar 30 menit. Mengingat sejarah Gubernur Soerjo yang panjang, sementara estimasi durasi yang relatif pendek, maka diperlukan kesepakatan atas kisah kisah sejarah mana saja yang patut dimasukkan ke dalam storyline konten film animasi.

Selain plot plot sejarah Gubernur Soerjo yang dianggap penting sebagai konten film animasi, ada juga karakter atau sifat sifat Gubernur Suryo yang patut ditauladani. Diantaranya adalah berani, rela berkorban, tanggung jawab, semangat kebangsaan, cinta tanah air dan kerja keras.

Nilai nilai itu harus divisualkan dalam film animasi. Begitu pula sebaliknya, ada hal hal yang perlu dihindari atau tidak dimasukkan dalam konten animasi.

“Saya berharap kematian Eyang Soerjo yang begitu tragis tidak divisualkan dalam konten dan cerita yang masih bersifat kontroversi agar tidak dimasukkan. Misal tentang kematiannya”, ungkap Muries Suboyantoro, yang ditunjuk oleh keluarga besar RMTA Soerjo sebagai juru bicara.

Muries juga berharap agar diadakan FGD lanjutan untuk mendiskusikan hasil produksi animasi sebelum dirilis.

Muries Subiyantoro beri pandangan tentang konten animasi. Foto: nanang

 

“Saya berharap sebelum film itu dirilis, perlu ada FGD kedua untuk mengevaluasi hasil produksinya agar kami tau dan kami bisa ikut bertanggung jawab karena kami mewakili keluarga besar eyang Soerjo terlibat dalam FGD”, tambah Muries.

Perlunya Sosialisasi Hasil Produksi

Ada harapan agar pembuatan film animasi sejarah perjuangan Gubernur Soerjo tidak sebatas proyek pembuatan film, tapi bagaimana film animasi itu dapat di tonton publik sehingga pesan moral melalui karakter Gubernur Soerjo dapat dipahami sebagai modal optimisme pembangunan.

Nilai nilai kejuangan dan kepahlawanan sosok Gubernur Soerjo harus menjadi optimisme publik sebagai modal pembangunan masa depan.

Harapan ini sesungguhnya apa yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Timur, Sunarto, S.Kar., MM dalam sambuat pembukaan FGD pada 17 Maret 2022 lalu.

Wakil Raka Raki Jawa Timur asal Malang, Gloria Vincentia Riyadi, berharap agar film animasi Gubernur Soerjo ini benar benar menjadi sarana edukasi buat generasi muda, utamanya para pelajar.

“Kami sebagai duta Jawa Timur siap membantu memperkenalkan film animasi ini. Saya sangat menghargai upaya Disbudpar Provinsi Jatim yang telah berinisiasi memproduksi film animasi tokoh pahlawan. Meski sebetulnya media film animasi ini terhitung terlambat. Tapi sudah lebih bagus daripada tidak sama sekali”, terang Gloria Vincentia Riyadi, Raki Jatim tahun 2020.

Gloria Vincentia Riyadi, Raki Jawa Timur asal Malang. Foto: nanang

 

Sebagai duta Jawa Timur, Gloria menyadari bahwa di era yang semakin moderen serta penetrasi budaya asing yang semakin mendesak budaya lokal, menjadikan budaya dan nilai nilai lokal menjadi terdegradasi.

“Kalau tidak ada upaya yang sungguh sungguh melindungi budaya lokal dan mengembangkannya, maka cepat atau lambat budaya lokal bisa punah”, analisa Gloria.

Sementara Muries Subiyantoro berharap ada upaya mensosialisasikan film animasi Gubernur Soerjo secara terencana, sistematis dan masif sehingga film itu memberi dampak yang maksimal kepada masyarakat.

“Misalnya film animasi itu bisa diagendakan bisa ditonton bersama pada Haul RMTA Soerjo dan pada peringatan HUT Propinsi Jawa Timur”, saran Muries Subiyantoro.[nanang]

film animasiGubernur Soerjosejarah Gubernur Soerjo