Orang-orang di Balik Sinau Aksara Jawa

REKAYOREK.ID Aksi nyata kebudayaan, terkait dengan upaya pelestarian Aksara Jawa di Surabaya, tidak terlepas dari peran tim pengajar, yang ternyata berlatar belakang berbeda.

Kegiatan Sinau Aksara Jawa, yang diselenggarakan oleh komunitas Puri Aksara Rajapatni di Museum Pendidikan Surabaya di Jalan Genteng kali 10 Surabaya ini masih berlangsung kelas gelombang (Rombongan Belajar) ke dua.

Kelas pertama sudah purna dan berlangsung dalam lima kali pertemuan selama bulan Januari dan Februari 2024.

Kini sedang memasuki Kelas kedua, yang berjalan dalam bulan Maret hingga April 2024. Pada Sabtu, 30 Maret adalah pertemuan ketiga. Kegiatan ini untuk sementara libur karena libur lebaran dan akan berlanjut pada 20 April untuk pertemuan keempat.

Sedangkan pertemuan terakhir pada 27 April adalah kegiatan sosial edukasi. Proyek sosialnya adalah setiap peserta membuat banner bertuliskan Aksara Jawa, yang selanjutnya dipasang di rombong atau lapak penjual makanan atau minuman.

“Bannernya bertuliskan usaha dagang penjual, yang disertai misalnya nomor HPnya”, terang Ita Surojoyo, Pendiri Puri Aksara Rajapatni.

Dalam proyek ini, setiap peserta memilih dan mengusulkan sendiri pedagang di lingkungannya. Setelah dapat nama, maka dia diminta menuliskan sendiri dalam Aksara Jawa. Kemudian nama nama usulan, yang telah ditulis dalam Aksara Jawa itu, diperiksa bersama oleh tim pengajar, setelah dikoreksi benar tidaknya, maka dilakukan pencetakan secara kolektif. Pada hari H, 27 April 2024 dilakukan pemasangan bersama sama.

Tim Pengajar

Selama ini kegiatan Sinau Aksara Jawa ini dibina oleh tim pengajar yang berlatar belakang berbeda, namun sama sama memiliki keterampilan dalam beraksara Jawa.

Ita Surojoyo, pendiri dan pengajar. Foto: nanang

 

Pertama, Ita Surojoyo, S. Pd., M. Pd., pendiri Puri Aksara Rajapatni. Dalam keseharian, Ita Surojoyo adalah pengajar Bahasa Inggris di sebuah lembaga konsultan pendidikan Luar Negeri dan Kursus spesialis Bahasa Inggris, yang mempersiapkan pelajar untuk pendidikan lanjutan ke luar negeri. Lulusan Sarjana dan Pascasarjana Bahasa Inggris ini sudah lama mencintai Aksara Nusantara, termasuk Aksara Jawa.

Tidak hanya mempelajari aksaranya tetapi juga beraktivitas dalam memperjuangkan pelestarian Aksara Jawa dan mempelajari sejarah Aksara Jawa.

Ginanjar (kiri) mendampingi John Pierce di kelas gelombang ke dua. Foto: nanang

 

Kedua, Ginanjar Wijaya Laksono, S.Pd, dalam keseharian adalah guru Bahasa Jawa di SMK Negeri 7 Surabaya. Ginanjar juga mengajarkan Aksara Jawa kepada murid muridnya. Komitmen dalam pelestarian Aksara Jawa, khususnya di Surabaya, ditunjukkan dengan kreativitas membuat channel youtube, yang berisi konten tentang edukasi dan informasi Aksara Jawa.

Wiji Utomo (kiri) mendampingi tamu Australia. Foto: nanang

 

Ketiga, Wiji Utomo, S.Sn, adalah guru dan Seniman budayawan. Wiji selama ini beraktivitas tidak hanya dalam pengajaran Aksara Jawa, melainkan berkesenian dan berkebudayaan yang berbasis pada Aksara Jawa. Wiji juga dikenal sebagai pelukis Surabaya, yang karya karyanya terinspirasi oleh Aksara Jawa.

Perjalanan berkesenian dan berkebudayaan menjadi langkah mantap dalam pelestarian Aksara Jawa. Karenanya, di setiap karya lukisnya selalu ada sosok Aksara Jawa, yang memancarkan makna dalam goresan lukisannya.

Wiji juga membuat permainan seperti scrabble (permainan susun kata) dalam Aksara Jawa. Permainan ini menjadi bagian dalam kreativitas mengajar Aksara Jawa.

Rama (kanan) mendampingi salah seorang peserta. Foto: nanang

 

Keempat, Endar Fajar Ramadhan, M. Pd. dalam keseharian adalah guru di SMK Negeri 1 Surabaya yang mengajar Mata Pelajaran (mapel) Bahasa Jawa. Pria asal Trenggalek (kawasan Mataraman) Jawa Timur ini bergelut dengan Aksara Jawa di lingkungan sekolah yang tidak lepas dari pelajaran Bahasa Jawa, dimana di dalamnya ada Aksara Jawa.

Setiap guru memang dituntut kreatif dan inovatif dalam memberikan pelajaran. Rama, panggilan akrabnya, menghadirkan Aksara Jawa, yang tidak lepas dari Bahasa Jawa.

Asyikul (kiri) mendampingi seorang peserta. Foto: nanang

 

Kelima, Asyikul Hasan, adalah mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jurusan Bahasa Jawa. Dari pengetahuan praktis di lingkungan keluarga dan kerabatnya membuat dirinya menekuni budaya Jawa, khususnya Bahasa dan Aksara Jawa. Dalam kegiatan Sinau Aksara Jawa oleh Puri Aksara Rajapatni, Cikul, demikian ia dipanggil, menjadi pendamping para pembelajar.

Sinau Aksara Jawa, yang dikelola oleh Puri Aksara Rajapatni ini, menjadi wadah bagi mereka dalam berbagi ilmu dan menjadi upaya bersama dalam melestarikan Aksara Jawa. @nanang