REKAYOREK.ID Pada Kamis (27/4/2025) ketika Kementerian Kebudayaan RI mengadakan diskusi secara hybrid bersama komunitas pegiat aksara Nusantara dengan topik “Aksara Nusantara Menuju Nominasi Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO”, di Surabaya muncul institusi sekuritas, yang menunjukkan kepeduliannya terhadap Aksara Jawa.
Pada hari Kamis (27/4/2025) lembaga sekuritas tersebut mengajak komunitas Aksara Jawa Surabaya, Puri Aksara Rajapatni, untuk bersama mengenalkan (mengajarkan) aksara Jawa kepada 40 nasabah premium sebagai bentuk penghargaan atas loyalitas mereka kepada institusi dan penghargaan ini sekaligus sebagai penghormatan kepada leluhur, yang menghasilkan karya peradaban intelektual tertinggi. Yaitu aksara Jawa.
Salah satu tim marketing sekuritas tersebut mengatakan bahwa 40 nasabahnya yang akan diikutsertakan dalam pengenalan aksara Jawa adalah nasabah prioritas. Yaitu klien terpilih yang domisilinya di Surabaya.
“Meskipun jumlahnya terbatas, acara ini ditujukan khusus untuk klien dengan profil finansial tinggi, dan pengalaman budaya seperti ini akan menjadi nilai tambah yang sangat mereka hargai”, kata tim marketing.
Sekuritas Peduli Budaya Menjaga dan melindungi budaya, contohnya aksara, tidak bisa dilakukan sendiri sendiri. Tetapi harus bersama dengan penuh kesadaran. Kepala Bappedalitbang Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad, pernah mengatakan bahwa dalam upaya melestarikan Aksara Jawa harus ada kolaborasi secara pentahelix. Yaitu kolaborasi yang melibatkan lima unsur pemerintah, swasta, komunitas, media dan akademisi. Setidaknya dengan ajakan dari pihak Sekuritas untuk mengajarkan aksara Jawa, sudah ada 4 unsur dalam menjaga aksara Jawa. Yaitu pemerintah, swasta, komunitas dan media.
rajapatni.com adalah media yang selama ini selalu menyuarakan dan mengabarkan pemajuan aksara Jawa di Surabaya. Rajapatni.com mendukung upaya pemajuan aksara Jawa, termasuk aksara Nusantara dan pada hari Kamis (17/4/2025) bersama pegiat aksara Nusantara lainnya berupaya memboyong aksara Nusantara mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari UNESCO.
Pengakuan itu tidak mungkin bisa diperoleh jika di tingkat lapangan tidak ada peran aktif dari masyarakat (komunitas). Dari kota besar Surabaya muncul Goodwill dari kalangan swasta. Ini terhitung swasta pertama dalam bersama memajukan aksara Jawa di Surabaya.
“Kami percaya bahwa aksara Jawa adalah warisan budaya yang sangat berharga dan patut dikenalkan kembali, khususnya dalam suasana eksklusif, yang mengedepankan nilai-nilai lokal dan keanggunan tradisi. Melalui pengenalan aksara Jawa kepada klien kami, kami ingin menghadirkan pengalaman, yang tidak hanya berkelas secara visual dan cita rasa, tapi juga bermakna secara budaya, membawa nasabah kami merasakan kekayaan warisan leluhur”, jelas tim marketing
Seiring dengan kemajuan kota Surabaya, Surabaya memang tidak boleh lepas dari bumi Surabaya. Surabaya adalah kota yang humanis dan kultural. Salah satu wujud ya adalah sifat gotong royong.
Tim marketing menambahkan bahwa pengenalan aksara Jawa kepada klien ini bertujuan untuk memperkuat koneksi emosional antara nasabah dengan warisan budaya lokal melalui pendekatan yang elegan dan kontemporer.
“Kami ingin mereka merasa terhubung dengan identitas budaya yang kaya dan mendalam, sambil tetap berada dalam nuansa acara premium yang kami hadirkan”, tambah tim yang mendapat informasi tentang Rājapatnī dari akun Nulis Jawa.
Para nasabah, yang mendapat reward mengenal aksara jawa, mayoritas berusia pada rentang 35 hingga 40 tahun. Mereka adalah profesional, pemilik usaha dan produktif.
Ditanya tentang adanya keterkaitan budaya ini dengan institusi sekuritas, dijelaskan bahwa sebetulnya institusi sekuritasnya tidak ada keterikatan. Hanya perhatian dan apresiasi untuk turut melestarikan budaya bangsa. (PAR/nng).