Revan, Si Bocah Yang Gemar Sinau Aksara Jawa

REKAYOREK.ID Kegiatan Sinau Aksara Jawa yang diselenggarakan oleh komunitas budaya literasi Puri Aksara Rajapatni di Kota Lama Surabaya digelar dalam dua Minggu. Pada Minggu pertama berlangsung selama 4 hari berturut turut (4-7 Juli 2024). Demikian pula pada Minggu ke dua mulai 10 hingga 13 Juli 2024.

Satu peserta dari kelompok belajar pada Minggu pertama adalah pelajar Sekolah Dasar Negeri (SDN) Krembangan Selatan I, baru kelas 3 yang naik ke kelas 4. Usianya masih 9 tahun. Namanya Azriel Revano Syahputra, tinggal di lingkungan RT1/RW10 Krembangan Selatan.

Dari awal pertemuan di tanggal 4 Juli, ia terlihat antusias dan ceria dalam mengikuti kegiatan. Rajin dan selalu lengkap membawa peralatan Sinau. Buku, pensil, penghapus, penggaris dan pulpen selalu dibawanya. Ia sering bertanya jika ada yang kurang jelas dengan penulisan aksara.

Di dalam kelas, Revan di antara peserta ꦣꦺꦮꦱ dewasa yang bahkan sudah berusia lanjut usia (manula). Revan mengaku bahwa ia mendapat pelajaran aksara Jawa di sela sela pelajaran bahasa Jawa di sekolah. Pengalaman mendapatkan pelajaran aksara Jawa ini membuatnya percaya diri dalam mengikuti kegiatan literasi Sinau Aksara Jawa di lingkungan rumahnya.

Kemampuannya itu membuat ia ceria. Bahkan Revan selalu menyapa para pengajarnya sebelum kelas dimulai ketika bertemu di luar kelas. Yaitu di luar rumah bergaya Indische tempat kegiatan Sinau diadakan. Ada teman sebayanya yang mengikuti kelas Sinau Aksara Jawa ini.

Revan satu satunya bocah di tengah peserta dewasa. Foto: nanang

 

Menulis aksara Jawa adalah tidak asing bagi Revan. Meski gaya goresannya masih pada umumnya anak SD. Belum bagus dan belum rapi. Tetapi sudah terlihat bentuk masing masing aksaranya. Baginya yang baru dalam pelajaran Sinau Aksara Jawa ini adalah pasangan pasangan. Ketika menulis kata “Jembatan Merah” misalnya, ada aksara N (ꦤ) yang harus berpasangan dengan M (ꦩ), baginya ini baru karena belum diajarkan di sekolah.

Menurutnya yang sudah diajarkan di sekolah adalah menulis kata kata tunggal. Misalnya pada kata “sekolah”. Di sana tidak ada pasangan. Yang ada adalah sandangan. Sa (ꦱ) menjadi Se (ꦱꦼ) pada kata ‘sekolah’, dibutuhkan sandangan (^) pepet. Ka (ꦏ) menjadi Ko (ꦏꦺꦴ) dibutuhkan taling-tarung. Maka jadilah (ꦱꦼꦏꦺꦴꦭꦃ). Begitu seterusnya.

Mendapat materi baru yang belum diajarkan di sekolah ini membuat Revan senang.

“Di sekolah belum ada pasangan. Hanya ada sandangan”, jelasnya dengan senyum bangga.

Meski kelasnya dalam gelombang pertama sudah berakhir pada Minggu, 7 Juli 2024, namun Revan masih hadir dengan seperangkat alat tulisnya pada kelas gelombang kedua pada 10-13 Juli 2024. Ia pun dipersilahkan bergabung meski sifatnya perulangan karena pada kelas gelombang kedua materinya sama seperti gelombang pertama.

Di salah satu kelas pada gelombang kedua ini adalah kelas untuk staf dan jajaran Kelurahan Krembangan Selatan, yang juga dihadiri oleh lurah Sumadalana. Revan tetap mengikuti jalanan pelajaran meski itu adalah perulangan.

“Ga papa biar tambah pinter”, jawabnya dengan ceria.

Melihat antusias si bocah Revan yang gemar belajar aksara Jawa menjadi perhatian Tim Rajapatni untuk terus memberikan pendampingan Sinau aksara Jawa. Karena sifatnya individu, nantinya keberlanjutan Sinau aksara Jawa untuk Revan bisa dilakukan secara mobile. Yakni berpindah pindah tempat secara fleksibel dari satu tempat ke tempat lainnya. Misalnya dari satu warung ke warung lainnya yang masih berada di lingkungan tempat tinggalnya mengingat Revan masih membantu orang tua yang buka warung di sana.@Nanang