SARMI: Ombak Pasifik dan Ramahnya Mama Papua

Sarmi: Sorbey, Armati, Rumbuai, Manirem, Isirawa. Berada di 350 kilometer arah Barat Jayapura, Papua. Ke sanalah. Ombak-ombak dari Samudera Pasifik mampir di pantainya. Juga, keramahan Mama Papua.

“Hei, Mama Papua mau belanja,” seorang ibu mengajak bersenda gurau saat melihat orang baru, di pagi hari awal bulan Maret 2016.

Di pinggiran kota Sarmi, dekat laut, pasar rakyat dibuka. Sayur-mayur dari gunung, ikan segar dari pantai. Bumbu dan lada, sebagian dari luar pulau.

Butuh 10 jam perjalanan dari ke Kabupaten Sarmi dari Jayapura 350 kilometer. Ini adalah salah satu kabupaten pemekaran dari Kabupaten Jayapura pada tahun 2002.

Letaknya di pesisir utara Pulau Papua, dan memiliki 87 bahasa suku bangsa!

Nama Sarmi diberikan oleh Van Kouhen Houven, seorang antropolog Belanda yang telah lama mempelajari keanekaragaman budaya wilayah ini. Luas wilayahnya, 35.587 kilometer persegi.

Perjalanan menuju Sarmi, adalah perjalanan keindahan bagi para penikmat alam yang perawan. Masih banyak burung Kakak Tua terbang rendah di udara. Burung Cenderawasih, juga Kakak Tua Raja di antara pepohonan tinggi hutan Papua.

Tentu, ada pula segerombolan babi hutan yang menyebrang jalan.

Jalanan dari Jayapura menuju Sarmi tidak mulus. Desa Nibokrang, terletak 40 kilometer dari Jayapura, adalah desa terakhir dari Jayapura. Penduduknya ramah. Di sini, mereka yang akan ke Sarmi biasa melepas lelah. Berhenti, atau menyiapkan perbekalan.

Karena, itulah desa terakhir. Setelah itu: hutan rimba.

Menuju kota Sarmi/rekayorek.id

 

Jika perjalanan normal, kira-kira empat jam baru bertemu desa lagi. Namanya Desa Bonggo. Sama seperti Nibokrang, desa ini juga ramah penduduknya. Yang berbeda, di desa ini 70 persen penduduknya berasal dari Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Dari desa ini, perjalanan makin menantang. Ada banyak jembatan kecil yang hanya terbuat dari gelondongan kayu. Rata-rata, panjang jembatan gelondongan kayu itu sekitar 60 meter. Jadi hanya bisa dilintasi satu kendaraan roda empat saja.

“Jembatan ini kadang hilang terbawa arus kalau hujan turun terus,” kata seorang warga.

Jembatan terpanjang mencapai 90 meter. Ini merupakan jembatan terakhir. Setelah itu, barulah sampai di kota Sarmi, ibukota Kabupaten Sarmi.

Sarmi kota yang tenang dan ramah. Penduduknya beraneka bahasa dan suku bangsa. Di tengah kota Sarmi, bagi penyuka keindahan alam dan aroma segar udara pantai, Sarmi adalah tempat terindah.

Pasar sore di kota ombak Sarmi, Papua. Foto: rekayorek.id

 

Begitu juga bagi penikmat laut dan langitnya. Di pinggir pantai Kota Sarmi, terhampar luas cakrawala sejauh mata memandang. Itulah Samudera Pasifik.

Datanglah ke Sarmi, keindahan dan keramahan, begitu menyatu di sana. @nja

papuasarmi
Komentar (0)
Tambah Komentar