Selamatkan Garuda Barter Presidential Threshold 0 Persen

REKAYOREK.ID Ada yang aneh dari sikap Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Mereka meminta gajinya dihentikan.

Adalah Komisaris maskapai Garuda Indonesia Peter F Gontha, yang rela gajinya sebagai komisaris tidak dibayar mulai Mei 2021.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan dirinya terhadap perseroan, yang diketahui keadaan keuangannya kian lama semakin bertambah kritis.

Perihal pemberhentian pembayaran gaji ini diutarakan Peter melalui Surat Anggota Dewan Komisaris dengan nomor: GARUDA/ANGGOTA-DEKOM-/2021 tanggal 2 Juni 2021.

“Maka kami memohon, demi sedikit meringankan beban perusahaan, untuk segera mulai bulan Mei 2021 yang memang pembayarannya ditangguhkan, memberhentikan pembayaran honoratorium bulanan kami sampai rapat pemegang saham mendatang,” jelas Peter Gontha tertulis dalam surat tersebut.

Tidak bisa dipungkiri, kondisi keuangan maskapai pelat merah itu kian terpuruk akibat hantaman pandemi Covid-19. Krisis membuat anjloknya jumlah penumpang. Di sisi lain, utang perseroan terus menumpuk hingga mencapai Rp 70 triliun dan diperkirakan terus bertambah Rp 1 triliun tiap bulannya.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo pun buka-bukaan tentang kondisi keuangan terkini PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Beban biaya maskapai penerbangan pelat merah ini mencapai 150 juta dolar AS per bulan. Namun, pendapatan yang dimiliki Garuda Indonesia hanya 50 juta dolar AS.

Artinya perusahaan merugi 100 juta dolar AS atau sekitar 1,43 triliun (kurs Rp 14.300 per dolar AS) setiap bulannya.

Saat ini manajemen Garuda Indonesia terus melakukan upaya-upaya dalam rangka memastikan risiko solvabilitas dapat dimitigasi dengan sebaik-baiknya. Ada empat opsi Kementerian BUMN untuk menyelamatkan Garuda Indonesia. Opsi tersebut didapat dari hasil tolak ukur (benchmarking) dengan yang dilakukan oleh pemerintah di negara-negara lainnya.

Pertama, penyelamatan Garuda Indonesia yakni pemerintah terus mendukung dengan memberikan pinjaman atau suntikan ekuitas.

Kedua, menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan untuk merestrukturisasi Garuda Indonesia. Hal ini dilakukan dengan menggunakan legal bankruptcy process untuk merestrukturisasi kewajiban mencakup utang, sewa, dan kontrak kerja. Namun catatannya yakni masih belum jelas apakah undang-undang kepalilitan Indonesia mengizinkan restrukturisasi.

Ketiga, merestrukturisasi Garuda Indonesia dan mendirikan perusahaan maskapai nasional baru. Nantinya Garuda Indonesia akan dibiarkan melalui restrukturisasi, namun di saat bersamaan mulai didirikan perusahaan maskapai penerbangan domestik baru.

Keempat, Garuda Indonesia dilikuidasi dan sektor swasta dibiarkan mengisi kekosongan. Lewat opsi melikuidasi Garuda Indonesia, maka pemerintah akan mendorong sektor swasta untuk meningkatkan layanan udara, misalnya dengan pajak bandara atau subsidi rute yang lebih rendah.

Keempat opsi ini memang belum terbukti ampuh. Tapi setidaknya ada rekam jejak jika Garuda Indonesia pernah diselamatkan.

Yah, adalah ekonom senior Rizal Ramli yang pernah menyelamatkan Garuda Indonesia dari kebangkrutan di tahun 2000. Saat itu, Garuda terlilit utang hingga 1,8 miliar dolar AS.

Saat menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli sebenarnya mengaku telah mengambil dua langkah saat awal masuk kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakni meminta agar pembelian pesawat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk secara jor-joran dikaji ulang dan mengkaji program 35 ribu megawatt (MW).

Rizal bercerita, Garuda Indonesia pernah bangkrut tahun 2000. Saat itu, Garuda terlilit utang 1,8 miliar dolar AS. Jika tidak dibayar, konsorsium bank Eropa yang memberi pinjaman akan menarik pesawat-pesawat Garuda.

Kala itu, mantan Menteri Koordinator Perekonomian dan Industri era Presiden Gus Dur ini memberi sikap tegas kepada konsorsium bank Eropa yang memberi pinjaman kepada Garuda.

Pemerintah, saat itu mengancam konsorsium bank ke pengadilan karena pesawat yang dibeli Garuda merupakan hasil penggelembungan atau mark up. Mark up tersebut sudah dilakukan sejak zaman Orde Baru. Kejahatan serupa juga terjadi pada BUMN lainnya seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Di tangan Rizal, odious debt justru menjadi senjata dalam bernegosiasi terhadap pihak kreditor. Strategi itu berhasil, karena jika diungkap ke pengadilan internasional maka akan mempermalukan institusi terkait, bahkan akan mendapat hukuman karena masuk dalam ranah pidana. Akhirnya konsorsium bank meminta damai dan terkuak bahwa kondisi Garuda tak akan jadi masalah jika tidak ada praktik mark up dalam pembelian pesawat.

Rizal sendiri pernah menjelaskan, Garuda Indonesia akan terus mengalami kerugian jika manajemen tidak ditata dengan baik. Ia mencatat pada 2014 Garuda rugi USD 399,3 juta. Pada tahun lalu juga mencatatkan kerugian USD 213,4 juta.

Menurut Rizal, masalah utama yang membuat Garuda terus mengalami kerugian adalah manajamen yang tidak benar. Pengangkatan direksi Garuda tidak berlandaskan kompetensi. Selain itu jumlah direksi terlalu banyak.

Selain itu, manajemen juga tidak berani mengambil keputusan untuk pembatalan dan rescheduling pembelian pesawat-pesawat yang tidak diperlukan.

Dengan berbagai ongkos operasional yang cukup tinggi, seharusnya manajemen terutama direksi Garuda harus berani pemotongan biaya via cross cutting, cross the board. Sayangnya, hal tersebut tidak dilakukan.

Cara yang dijalankan justru melakukan pemotongan anggaran di sektor training. Hal tersebut justru membahayakan. Padahal bisnis penerbangan intinya adalah safety-nya ini.

Di luar itu, maskapai yang bernaung di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut juga memiliki strategi marketing yang amburadul.

Nah, kerugian ini sebenarnya bisa dihilangkan jika ada rumusan strategi yang bagus.

Dengan pengalaman menyelamatkan Garuda Indonesia, Rizal meyakini kondisi Garuda Indonesia saat ini masih bisa diselamatkan.

“Bisa ndak sekarang diselamatkan lagi? Bisa banget dan harus. (Garuda Indonesia) Kebanggan nasional,” kata Rizal.

Namun demikian, penyelamatan maskapai penerbangan plat merah itu tak bisa dilakukan dengan sembarangan. Pasalnya beban utang Garuda mencapai Rp 70 triliun ini tidak bisa diselesaikan dengan cara konvensional.

“Tapi tidak pakai cara-cara konvensional. Caranya harus inovatif dan out of the box, bukan business as ussual,” jelasnya.

Pernyataan Rizal yang juga diunggah di akun Twitter pribadinya itu lantas menuai respons positif dari warganet.

Warganet sangat yakin Rizal mampu menyelamatkan Garuda Indonesia seperti Tahun 2000.

Salah seorang warganet pun memberi usul agar Rizal membantu pemerintah, namun dengan syarat.

“Demi harga diri bangsa, DPR dan pemerintah minta bantuan RR selamatkan Garuda. Barter dengan PT (presidential threshold) 0%. Libatkan MK. Saya yakin bang RR mau,” kata akun @rimbunpamenan.

Sontak, usulan tersebut pun disambut positif oleh Rizal Ramli.

“Usul canggih. Barter dengan Threshold 0%. Ok banget tuh,” demikian RR diakhiri dengan emoticon jempol dan senyum.[]

garuda indonesiarizal ramli
Komentar (0)
Tambah Komentar