REKAYOREK.ID “Kauman”. Nama Kauman umumnya identik dengan keberadaan masjid di suatu kawasan tata ruang klasik Jawa. Misalnya ada kampung Kauman di Yogyakarta, Semarang, dan Surakarta.
Sementara itu, di Jawa Timur, juga terdapat kampung Kauman di beberapa kota. Misalnya di Pasuruan, Bojonegoro, Jombang, Magetan, Ponorogo, Tulungagung, Blitar, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Gresik, Ngawi, dan Blitar.
Banyak yang tidak berpikir bahwa di Surabaya juga punya kampung kampung yang bernama Kauman. Kampung kampung ini pertanda keklasikan kota Surabaya yang modern. Ada Kemayoran Kauman di wilayah Krembangan dan ada Grogol Kauman di Wilayah Peneleh.
Kemayoran Kauman
Kita tahu bahwa Krembangan dan Peneleh adalah kawasan tua kota Surabaya. Di suatu tempat di ke dua wilayah itu, pernah menjadi suatu tempat administrasi klasik bangsa Jawa.
Secara fisik, yang masih kelihatan tanda tanda pernah adanya konsentrasi administrasi Surabaya pada saat itu, adalah Kemayoran Kauman. Kampung Kemayoran Kauman ini sangatlah kecil, hanya terdapat beberapa unit rumah saja. Lokasinya persis di barat masjid Kemayoran.
Kala itu di pertengahan tahun 1800-an, setelah pembangunan pada tahun 1840-an , masjid Kemayoran adalah Masjid Kabupaten Surabaya. Persis di Timur masjid pernah ada lapangan alun alun Kabupaten. Sementara gedung kapubatennya sendiri, yang sekaligus kediaman Bupati, adalah tempat yang sekarang berdiri gedung Kantor Pos Besar Surabaya.
Bangunan Kabupaten kala itu adalah kediaman Bupati Surabaya, yang dibangun se jaman dengan pembangunan masjid Kemayoran. Pada tahun 1881, bupati Surabaya menempati kediaman baru di Tegalsari.
Sejak 1881, gedung kabupaten ditempati sekolah Hoogere Burgerscbool (HBS) dimana Soekarno (Presiden RI pertama) pernah bersekolah. Namun sejak 1928 di tempat itu dibangun gedung baru untuk Kantor Pos Besar Surabaya. Sedangkan HBS pindah ke gedung baru di Ketabang, yang sekarang menjadi SMA Komplek (SMA 1, 2, 5 dan 9) Surabaya.
Di kawasan Krembangan itulah administrasi klasik kota Surabaya tempo dulu. Hingga sekarang penanda pernah adanya pusat administrasi klasik Surabaya adalah Masjid Kemayoran, Kampung Kauman, Gedung Kantor Pos (dulu pernah berdiri rumah kediaman Bupati) dan lapangan alun alun yang telah berubah menjadi area sekolah SMA Tamiriyah dan SMPN 2 Kepanjen Surabaya.
Grogol Kauman
Kauman lainnya di Surabaya adalah di lingkungan kelurahan Peneleh. Peneleh, yang secara fisik dikelilingi oleh sungai Kalimas dan Pegirian dengan batas Utara jalan jagalan (dulunya adalah kanal, Oud Soerabaia), dimana di tengah tengahnya terdapat kampung Grogol Kauman.
Tidak banyak penanda fisik jika dibandingkan dengan Kemayoran Kauman sebagai pusat administrasi. Tetapi di kawasan Peneleh perkembangan agama Islam sangat kental dan apalagi di kawasan ini masih dijumpai nisan nisan dan rumah rumah yang berlabel nama nama bangsawan. Yaitu Raden dan Raden Ayu atau Rara.
Tidak jauh dari Kampung Grogol, ada sebuah rumah dengan arsitektur klasik dan berhias naga layaknya simbol simbol di kawasan Kekratonan.
Naga dalam budaya Jawa sering digunakan sebagai hiasan gamelan, pintu candi dan gapura serta rumah, sebagai lambang penjaga. Sementara dalam kepercayaan agama-agama dari India (Hindu dan Buddha), naga adalah ras makhluk gaib, yang bermukim di dunia bawah tanah.
Di salah satu rumah di pemukiman dekat Grogol Kauman ini berhias ular naga pada bagian atapnya. Rumahnya sederhana. Tapi hiasannya adalah sebuah pertanda sejarah Surabaya.
Nama kampung Kauman muncul pada masa kesultanan Jawa. Biasanya, kampung kampung ini terletak di dekat masjid agung dan alun-alun keraton. Pembentukan Kampung Kauman pun biasanya dilatarbelakangi oleh kebijakan kerajaan dalam menyediakan tempat tinggal untuk abdi dalem urusan keagamaan (Islam).
Kauman adalah sebutan untuk wilayah yang dihuni oleh masyarakat, yang mayoritas beragama Islam. Nama “Kauman” berasal dari kata “Pakauman” yang berarti tempat tinggal para “kaum” atau masyarakat yang beragama Islam.
Ternyata Kota Surabaya yang sudah beradministrasi kota modern di masa Hindia Belanda, masih memiliki tanda tanda fisik dan toponimi kota Jawa klasik. Siapa mengira? @PAR/nng