Tengkorak Maria van den Bolck Menarik Perhatian

REKAYOREK.ID Dua artikel tentang penemuan tengkorak di Makam Eropa Peneleh (8/7/2023), yang telah terbit sebelumnya di media ini (Kamis, 13 Juli dan Jumat, 14 Juli 2023), mendapat tanggapan dari beberapa pembaca. Tentu terima kasih patut disampaikan karena telah memberikan atensi pada konten yang dimuat. Semua mengatakan bahwa lumrah saja menemukan tengkorak di area pemakaman Eropa Peneleh.

Memang lumrah, karena Makam Eropa Peneleh adalah tempat dimana mayat mayat meninggalkan tulang tulang setelah daging yang membungkusnya hancur kembali ke tanah.

Umumnya, secara natural, manusia mati dan dikubur akan mengalami penguraian dalam waktu kisaran 10 tahun, yang akhirnya menyisakan tulang (Direktur Pusat Antropologi Forensik di Texas State University Daniel Wescott). Sementara kuburan kuburan di Pemakaman Eropa Peneleh, rata rata sudah lebih dari 100 tahun. Makam Peneleh dibuka pada Desember 1847.

Tentu yang tersisa adalah tulang belulang di masing masing liang kubur atau bahkan di liang kubur sudah tidak ada tulang tulangnya. Sebagian tulang belulang sudah diambil oleh ahli waris. Sebagian lainnya sudah terurai dan bahkan ada sebagian lagi yang telah diambil (dicuri) orang untuk digunakan tujuan tertentu.

Warga setempat yang tidak mau disebut namanya mengatakan bahwa dulu pernah ada orang orang yang mencari batok kepala untuk digunakan sebagai tempat minum burung dara. Akibatnya kuburan kuburan menjadi berlobang karena menjadi pintu masuk ke liang kubur.

Ada alasan lain mengapa orang masuk ke liang kubur. Alasannya adalah mereka sengaja mencari dan mencuri harta benda yang dibawakan serta dengan sang mayat. Hans, wisatawan asal Swedia ketika ditemui saat mampir ke Makam Eropa Peneleh mengatakan bahwa ada kebiasaan orang Eropa ketika meninggal, barang barang kesukaannya dibawakan serta.

Di sisi lain adalah karena alasan usia dan proses dekomposisi (penguraian). Tulangnya hilang karena hancur lebur kembali menjadi tanah. Cepat dan lambatnya penghancuran organisme tergantung dari masing masing treatment organisme pada saat proses penguburan. Ada yang dimasukkan ke dalam peti mati, yang tentunya lebih awet jika dibandingkan dengan yang tidak dimasukkan ke dalam peti.

Dilansir dari Explore Forensics, tubuh yang dikubur tanpa peti di kedalaman 1,8 meter pada tanah dengan kondisi normal biasanya membutuhkan 8 hingga 12 tahun untuk sepenuhnya terurai hingga menyisakan tulang belulang.

Sementara, profesor dari Stasiun Penelitian Osteologi Forensik di Western Carolina University Nicholas Passalacqua mengatakan jasad yang dimakamkan tanpa peti hanya membutuhkan waktu lima tahun untuk terurai.

Sedangkan pembalseman terhadap mayat biasanya akan membantu mengawetkan organisme (mayat). Kecuali tulang yang akhirnya memfosil. Namun fosil sangat jarang ditemukan karena sebagian besar sisa jasad organisme akan terurai ketika mati. Termasuk tulang. Jika tulang terkubur, umumnya tulang akan berubah menjadi mineral dan lebur dengan tanah juga.

Sedangkan fosilisasi terjadi karena, biasanya, tubuh jasad tertutupi sedimen langsung setelah mati. Sedimen bisa merupakan campuran dari pasir, lava, bahkan tar dan resin alami yang lengket. Sedimen ini akan membantu organisme dan tumbuhan mengalami fosilisasi. Oleh karena itulah, fosil yang ditemukan umumnya tidak utuh, hanya berupa fragmen.

Tulang Utuh

Tengkorak yang ditemukan di Makam Eropa Peneleh dengan nomor registrasi B 1143 atas nama Maria van den Bolck terbilang utuh. Yang nampak dari penglihatan di luar kubur (atas) adalah batok kepala, tulang kaki, tulang panggul dan lengan masih utuh. Bagian bagian tulang yang kecil kemungkinan tertimbun tanah sehingga tidak kelihatan.

Kondisi fragmentasi tulang belulang itu masih utuh. Usianya, jika dihitung dari kematiannya,

sudah 130 tahun. Maria van den Bolck meninggal pada 1 Juli 1888. Ketika tulang tulangnya ditemukan, tertanggal 8 Juli 2023.

Menurut dr. Jimmy Taruna, anggota Begandring yang sehari hari berdinas di RSUD dokter Soewandi, tulang dengan usia kematian lebih dari 100 tahun, umumnya sudah mengalami dekomposisi (penguraian).

Melihat kondisi tengkorak yang masih utuh dalam usia 130 tahun, ia pun menyarankan agar melaporkan ke pihak kepolisian untuk meyakinkan apakah tulang manusia itu adalah korban pembunuhan atau tidak.

Sebelumnya Tim Begandring, melalui risetnya, berhasil mengungkap bahwa fragmentasi tulang belulang itu adalah milik warga Eropa di Surabaya yang hidup di abad 19. Namanya Maria van den Bolck, berdasarkan penelusuran via laman Krancher.com, ia meninggal pada 1 Juli 1888.

Karenanya artefak ini menarik sebagai benda yang layak untuk tujuan tujuan pendidikan, ilmu pengetahuan dan penelitian. Karena berasal dari Makam Eropa Peneleh, yang saat ini menjadi salah satu obyek pengembangan di kawasan kelurahan Peneleh, maka artefak ini memungkinkan sebagai penunjang pengembangan Wisata sejarah Peneleh.

Namun demikian pendapat berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk gagasan gagasan revitalisasi Makam Eropa Peneleh dengan memanfaatkan temuan tulang tulang sebagai pendukung Pengembangan Kampung Wisata Peneleh.

Tulang Kekal

Di antara tulang tulang manusia, ada satu jenis tulang yang paling awet dan bahkan bersifat kekal. Yaitu tulang ekor atau biasa disebut coccyx atau tulang sulbi. Setiap manusia memiliki tulang sulbi. Alquran dan hadits bahkan mengungkap mengenai tulang sulbi.

Dalam Surah Ath-Thaariq ayat 5-7 berbunyi: “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang dipancarkan. Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan”.

Dijelaskan bahwa saat manusia mati, seluruh bagian dari tubuhnya akan hancur, kecuali satu organ tubuh yang tidak akan hancur sampai hari kiamat, yaitu tulang sulbi. Dari tulang ini manusia diciptakan dan kelak dibangkitkan kembali.

Berdasarkan hadist di atas, maka diketahui jika keistimewaan tulang ekor manusia ini sudah disebutkan oleh Rasulullah sejak 1400 tahun lalu. Di era modern ini, ternyata keistimewaan tulang sulbi sendiri sudah bisa dibuktikan secara ilmiah dan hasilnya sesuai dengan hadist nabi.

Mengutip Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, pada tahun 2002, Shaikh Abdul-Majid Az-Zindani mencoba membakar lima tulang ekor (coccyx) hingga berwarna merah dan menghitam.

Dia menemukan bahwa hanya otot, jaringan, dan sel-sel sumsum tulang yang terbakar, sedangkan tulang ekor (tulang sulbi) tidak terpengaruh oleh proses pembakaran tersebut.

Bahkan ia mencoba melarutkannya secara kimiawi dalam asam terkuat, melalui pembakaran, hentakan, dan dengan memberikan berbagai jenis radiasi namun ditemukan jika bagian itu tidak pernah mati total.

Tulang orang mati dalam kubur memang bisa lebih awet bila ada pembalseman pada mayat sebelum dimasukkan ke dalam liang kubur. Namun suatu hari, waktu akan menentukan akan kehancuran tulang tulang itu.

Untuk sementara tulang belulang Maria van den Bolck memang awet dalam usia 130 tahun. Pertanyaannya, apakah Maria van den Bolck dibalsem ketika dikubur pada 1 Juli 1888?@nanang