REKAYOREK.ID Kali Pandegiling, yang melintas di jalan Pandegiling (dulu Tamarinde laan) jika dilihat dari peta peta lama Surabaya seolah membagi kawasan rural (barat sungai) dan kawasan urban (Timur sungai). Sekarang di kedua kawasan ini terlihat sama, menjadi kawasan urban Surabaya. Penuh dan padat penduduk.
Mengamati peta peta lama Surabaya sebagaimana dilansir oleh old maps online, wajah Pandegiling jelas sekali berbeda antar keduanya. Barat sungai terwarnai hijau. Timur sungai berwarna coklat dan berpetak petak menggambarkan bangunan bangunan yang tertata rapi.
Jalan Tamarinde laan (kini jalan Pandegiling) membujur ke timur hingga jalan Dinoyo di kawasan Keputran, yang juga merupakan kawasan ramai pada masanya hingga sekarang. Disana pernah terdapat tempat hiburan Bioskop yang bernama Bioskop Darmo atau Dana. Bioskop ini berada di sisi Timur setelah memotong jalan Raya Darmo (Darmo Boulevard).
Dari berbagai informasi pemberitaan koran, yang dihimpun oleh web www.delpher.nl, semua memberitakan dinamika pada kawasan urban. Ini terlihat pada iklan iklan koran yang menginformasikan aktivitas ekonomi dan administrasi di kawasan itu.
Misalnya ada iklan toko bunga Cherry, jasa rekrutmen petugas pemadam kebakaran (PMK) “Alang Alang Brandje”, hingga jasa perbaikan jalan “Particuliere Landerijen”. Ini semua berada di kawasan Timur Sungai (Kali Pandigiling).
Pun demikian dengan nama nama jalan di sana, yang menggunakan nama para pejabat Pemerintah pusat Hindia Belanda. Misalnya ada nama Van Hogendorp, Daendels, Heutz, Coen dan Altings. Nama nama pejabat Hindia Belanda ini menunjukkan kemewahan kawasan itu. Secara fisik beberapa bangunan juga masih dapat diamati kemewahannya.
Kawasan ini bertolak belakang dari kawasan di barat kali Pandigiling. Kala itu ketika kawasan Timur sudah ramai (peta 1930), di kawasan barat masih berupa lahan agraris perkebunan alias masih kosong, tidak ada bangunan.
Ini dapat diamati bahwa di era modern ini, di kawasan itu, jarang dijumpai rumah rumah lama kolonialan. Kalau toh ada, maka arsitekturnya seperti gaya tahun 1950-an. Ini terlihat sekarang di sepanjng jalan Pandegiling di sebelah barat Kali Pandegiling.
Kecuali di ujung Barat jalan Pandegiling, dimana terdapat bangunan pasar yang sekarang sudah mangkrak. Jika melewati jembatan layang Kupang, lingkungan bangunan Pasar Kupang ini bisa dilihat dari atas. Sayang pasar, yang menjadi aset PD Pasar ini, terbengkalai (tidak dimanfaatkan).
Pasar menunjukkan adanya dinamika potensi ekonomi suatu kawasan. Di sana ada sirkulasi jual beli. Bisa jadi komoditas yang dijual belikan adalah produk produk lokal seperti pisang, ketela pohon atau kacang kacangan yang tumbuh di lahan rural yang subur. Setidaknya ini terjadi sebelum masa kemerdekaan.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan kota Surabaya, kawasan rural Pandegiling menjadi kawasan urban kota Surabaya, yang padat penduduk. Namun, tahukah warga setempat tentang riwayat lingkungannya? @PAR/nng