REKAYOREK.ID Lelah? Ya! Capek? Ya! Memang gak gampang menghadirkan minoritas di belangga mayoritas. Butuh upaya. Termasuk upaya menghadirkan Aksara Jawa di belantara modernisasi yang super heterogen Surabaya.
Hanya tekad dan niat yang kuat menjadi moda yang kelak, cepat atau lambat, bisa menghantarkan Aksara Jawa ke gerbang kejayaan. Bagaimana Gerbang Kejayaan itu?
Gerbang kejayaan adalah pintu masuk ke sebuah ruang dimana di dalamnya sebuah tatanan suatu peradaban dan sistem sudah menunggu.
Memang, menjadi suatu harapan bahwa kelak masyarakat (Jawa) akan kembali dekat dengan peradaban literasi tulisnya. Yaitu Aksara Jawa. Sekarang, Aksara Jawa menjadi sosok asing yang lebih asing daripada Aksara asing. Suka atau tidak suka, percaya atau tidak percaya, itu adalah ꦥ꦳ꦏ꧀ꦠ fakta di depan mata.
Sekelompok pegiat Aksara Jawa Surabaya, yang tergabung dalam komunitas budaya Puri Aksara Rajapatni, sedang menitih jalan melestarikan Aksara Jawa. Mereka terus berkampanye memperkenalkan dan mengajarkan Aksara Jawa kepada masyarakat melalui ruang dan waktu dengan tiada henti.
Cara yang mereka tempuh sangat melelahkan. Tapi mereka setia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dengan penuh bahagia. Meski di balik kebahagiaan itu, menetes cercah duka lara demi sang Aksara.
Tangis bahagia pun mewarna hati mereka. Pada Sabtu sore, 29 Juni 2024, di bumi dimana peradaban Jawa dan Madura pernah bercahaya, pegiat Aksara Jawa itu menyerahkan spanduk usaha dagang kecil PKL untuk warga yang membuka dagangan sebagai PKL. Mereka berjualan makanan kecil untuk memenuhi kebutuhan pengunjung Kota Lama Surabaya akan makanan dan minuman.
Ya, pegiat itu berkampanye edukatif dan positif. Mereka turut membantu warga setempat, termasuk para pedagang kaki lima (PKL) yang buka lapak di Jalan Gelatik dan Mliwis. Penyampaian Aksara Jawa dikemas dalam narasi sejarah Kota Lama Surabaya.
Bukan tanpa alasan. Di kawasan Kota Lama Surabaya yang menyajikan zona Eropa, Pecinan, Melayu dan Arab, terhampar etnis Jawa dan Juga Madura. Hingga sekarang etnis Jawa dan Madura masih mewarnai kawasan Kota Lama Surabaya.
Dasar historis itulah yang menjadi latar belakang memperkenalkan peradaban Jawa dengan Aksara Jawanya kepada warga etnis Jawa dan Madura. Para Pedagang Kali Lima ini adalah warga yang tidak tersebut dalam zona zona etnis di kota lama. Semoga etnis lokal itu tidak terpelanting dari panggung pertunjukan Kota Lama Surabaya.
Ada empat banner usaha dagang yang diberikan oleh pegiat Aksara Jawa Puri Aksara Rajapatni. Hadir dalam kamanye Aksara Jawa ini adalah Ginanjar, Wiji Utomo, Riri, Retno dan Nanang. Secara simbolis banner diserahkan kepada Ricky Setiono, Ketua RT 03/RW 10 Kelurahan Krembangan Selatan. Selanjutnya, masing masing banner diberikan kepada penjual di depan masing masing lapak.
Diharapkan lapak lapak di jalan Mliwis dan Gelatik ini bisa terus mendukung hadirnya Kota Lama Surabaya. Selanjutnya, melalui mereka, Aksara Jawa benar benar riuh dalam keriuhan.@nan