Di Mana Letak “Curabhaya” Dalam Prasasti Canggu 1358?

Curabhaya tidak lain adalah Surabaya. Kala itu, sebagaimana tersebut dalam prasasti Canggu 1358 M, Curabhaya bukanlah sebuah kota seperti sekarang. Lalu di manakah letaknya?

REKAYOREK.ID Kota Surabaya sudah sangat tersohor namanya, tidak hanya di Nusantara tapi hingga Mancanegara. Secara historis, kota ini memang sudah tercatat sebagai kota penting di bidang perdagangan dan maritim.

Di era Majapahit, Surabaya sudah dikenal sebagai kota bandar pelabuhan laut yang menjadi koneksi antara kota raja Majapahit dengan negara negara lain. Apalagi sekarang, kota Surabaya sudah menjadi kota Bandar internasional untuk wilayah Indonesia Timur.

Konon, untuk kali pertama nama Surabaya ini tersebut dalam sebuah prasasti yang berangka tahun 1358 M. Yakni pada prasasti Canggu atau Trowulan I. Prasasti ini ditemukan di daerah Canggu, Kabupaten Mojokerto. Wujudnya berupa lempeng tembaga yang bertulis aksara Jawa Kuna.

Pada saat ditemukan, prasasti ini terdiri atas lima lempeng tembaga. Namun, kini tertinggal satu lempeng saja. Prasasti ini dikeluarkan oleh Hayam Wuruk. Isinya mengatur kedudukan desa-desa di tepian Sungai Brantas dan Bengawan Solo yang menjadi tempat penyeberangan (Naditira Pradeca).

Prasasti berangka tahun 1358 M yang ditemukan di daerah Canggu, Kabupaten Mojokerto. Wujudnya berupa lempeng tembaga yang bertulis aksara Jawa Kuna. Foto: Ist

 

Terkait dengan penyebutan nama Surabaya, di sana tertulis “i Gsang, i Bkul, i Curabhaya”.

Ketiga nama Naditira Pradeca ini diduga sangat kuat berada di wilayah administratif kota Surabaya. Desa desa penyeberangan sungai ini berderet berada di tepian sungai Surabaya yang selanjutnya bermuara di selat Madura.

Yang paling selatan, dikenal ada Naditira Pradeca i Gsang yang sekarang diduga kuat adalah daerah Pagesangan. Selanjutnya ke utara ada i Bkul yang selanjutnya diduga kuat daerah Bungkul. Semakin ke utara, terakhir ada i Curabhaya yang sekarang dikenal dengan Surabaya.

Jika i Gsang dan i Bkul sudah teridentifikasi sebagai daerah Pagesangan dan Bungkul di wilayah kota Surabaya, lantas dimanakah letak Naditira Pradeca Curabhaya? Ini pertanyaan menarik yang perlu dikuak.

Di Manakah Letak i Curabhaya?

Curabhaya tidak lain adalah Surabaya. Kala itu, sebagaimana tersebut dalam prasasti Canggu 1358 M, Curabhaya bukanlah sebuah kota seperti sekarang. Melainkan suatu daerah atau desa yang memiliki peran sebagai desa tambangan yang menghubungkan kawasan di kedua sisi sungai.

Sementara menurut budayawan dan wartawan GH Von Faber dalam buku “Er Werd Een Stad Geboren” bahwa Surabaya berlokasi di kawasan Pengampon, Semut, Bunguran dan Jagalan yang dibuka oleh Raja Kertanegara pada 1275 dan dipakai untuk menampung para Jawara yang telah berhasil membantu Raja Kertanegara dalam menghentikan pemberontakan Kemuruhan pada 1270 M. Para Jawara ini adalah mereka yang sebelumnya tinggal di kawasan Pinilih – Pandean.

Peta Curabhaya tidak lain Surabaya yang menunjukkan lokasi Surabaya. Foto: Ist

Kawasan Pinilih Pandean berada di delta kali yang merupakan percabangan Kali Surabaya dan kali Pegirian. Sementara kawasan baru yang dibuka oleh Raja Kertanegara pada 1275 M berada di utara kawasan Pinilih Pandean. Yaitu di kawasan Pengampon, Semut, Jagalan dan Bunguran.

Kala itu, menurut hipotesa Von Faber, kawasan Pengampon, Semut, Jagalan dan Bunguran adalah kawasan yang dikelilingi oleh air (sungai). Di barat ada Kalimas (kali Surabaya), di timur ada Kali Pegirian, di selatan ada kanal yang menghubungkan Kalimas dan Pegirian yang sekarang menjadi jalan Jagalan dan di sebelah utara ada kanal yang juga menghubungkan Kalimas dan Kali Pegirian yang sekarang menjadi jalan Stasiun Kota.

Di kawasan Semut inilah tergambar ada sebuah dermaga sungai yang terhubung dengan Kalimas. Sekarang di kawasan bekas dermaga kali ini terdapat sebuah kampung yang bernama Semut Kalimeer. Selain itu di kawasan Pengampon dan Bunguran juga terdapat dermaga kali yang berada di Kali Pegirian. Deskripsi alami ini adalah pada 1275 M, sebelum masa kerajaan Majapahit.

Memasuki masa kerajaan Majapahit, khususnya di era Hayam Wuruk (1350-1389) ketika ia menyebut desa desa tambangan, Naditira Pradeca (1358), tersebut nama i Curabhaya, yang letaknya di utara i Bkul (Bungkul).

Menurut peta 1677 yang menggambarkan peta pertahanan Trunojoyo dan kehadiran Laksamana Cornelis Spelman dalam upaya perebutan Surabaya, tergambar dalam peta tersebut bahwa Sourabaya (Surabaya) berada di kawasan Tugu Palawan sekarang.

Kalau ditarik garis lurus, kawasan Sourabaya (1677) ini persis di barat kawasan Surabaya yang dibuka oleh Kertanegara pada 1275. Interval dari 1275 hingga ke 1677 atau 402 tahun adalah waktu yang cukup lama, 4 abad, yang sangat memungkinkan terjadinya banyak perubahan. Termasuk perubahan dan perkembangan Surabaya yang asalnya berkalang sungai, lalu berkembang ke seberang sungai, khususnya ke arah barat, di kawasan yang sekarang adalah kawasan Tugu Pahlawan.

Dalam peta 1677, terdeskripsi sebuah tempat, yakni di Johar atau Sulung, terdapat sebuah bangunan peninggalan Pangeran Lama sebelum memasuki era Kasunanan (Mataram) yang di rekontruksi kembali oleh Trunojoyo. Di kawasan inilah kemudian tumbuh dan berkembang termasuk hadirnya sistim pemerintahan lokal (pribumi) yang kawasannya bernama Surabaya.

Di abad yang sama, abad 17, dan kemudian berlanjut ke abad 18, kehadiran bangsa Belanda melalui Kongsi Dagang VOC mulai membangun kawasan (kampung) Belanda yang lokasinya di seberang kawasan Pecinan. Kini kita kenal dengan kawasan Jembatan Merah. Kawasan kampung Eropa ini berada di utara Sourabaya, kampung pribumi.

Pada pertengahan abad 18, tepat nya pada 1743 hingga 1787, kawasan kampung Eropa ini berkembang pesat menjadi sebuah kota sebagaimana konsep kota kota di Eropa dan oleh VOC kawasan kampung Eropa ini diberi nama “STAD VAN SOURABAYA”, yang kalau diterjemahkan menjadi Kota Surabaya.

Kota Surabaya (Stad VAN Sourabaya) ini berbeda dari Sourabaya kawasan pribumi yang kini dikenal di kawasan Tugu Pahlawan. Di kawasan pribumi Sourabaya ini tumbuh dan berkembang sistim pemerintahan pribumi mulai kadipaten hingga kabupaten yang di kawasan ini ditandai adanya Paseban dan pendopo Kasepuhan (Eerst regent) dan pendopo Kanoman (Twee regent).

Sementara di Stad Van Sourabaya berkembang struktur dan sistim pemerintahan kota dan model tata kelola kota seperti di Eropa. Hal hal terkait dengan utilitas dan infrastruktur kota mulai dari balai kota, gereja, alun alun, kantor dagang, galangan kapal, gudang logistik, jalan, jembatan, pelabuhan, kantor militer, pabrik hingga perumahan warga Eropa.

Maka, kalau kita flash back ke belakang, akan ada kawasan yang disebut Sourabaya (Surabaya) dan Stad Van Sourabaya (Kota Surabaya). Dari dua nama “SOURABAYA” dan “STAD VAN SOURABAYA”, maka mana yang merujuk pada ” i Curabhaya “.[Nanang]

Curabhayasejarah kota surabayasurabaya