Melacak Manuscript Hingga ke Negeri Belanda

REKAYOREK.ID Manuskrip atau naskah kuno adalah segala macam dokumen buatan tangan manusia secara langsung, baik ditulis maupun diketik, bukan dicetak dengan mesin atau direproduksi dengan cara yang otomatis. Itulah definisi manuskrip berdasarkan literasi Wikipedia.

Menurut Undang Undang nomor 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, manuskrip adalah salah satu dari 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK). Adalah menjadi kewajiban warga negara untuk melindungi dan melestarikan manuskrip atau naskah kuno agar dapat dimanfaatkan untuk tujuan tujuan pendidikan, pengetahuan, penelitian dan kebudayaan.

Sementara itu, menurut Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, di Jakarta, pada Rabu (26/9/2023) lalu, bahwa di Indonesia tercatat ada sekitar 82.158 eksemplar naskah naskah kuno, yang tersebar tersimpan di Perpusnas, perpustakaan umum daerah, museum negeri di daerah, lembaga adat, yayasan milik masyarakat, pesantren, dan disimpan oleh masyarakat secara pribadi sebagai warisan dari leluhurnya.

Tidak sedikit pula naskah naskah kuno pilihan yang tersimpan di luar negeri. Bahkan mengiringi naskah naskah itu, ada juga ahli ahli epigraf dan filologi asal negara itu. Di kota Hamburg Jerman terdapat pusat studi manuskrip yang menjadi jujugan para scholars, Center For The Study Of Manuscript Cultures (CSMC) of the University of Hamburg.

Penulis ketika di Rijkmuseum Amsterdam. Foto: nanang

 

Di perpustakaan Rijkmuseum Amsterdam, naskah kuno dari Nusantara juga menjadi koleksinya. Termasuk di the British Museum, United Kingdom.

Naskah naskah kuno penting yang masih tersimpan di luar negeri ini sesungguhnya menjadi sumber yang mampu menjembatani antara masa lalu yang menjadi dasar untuk masa depan. Tapi sayang naskah naskah itu tidak menjadi jembatan bagi bangsa sendiri.

Yang menyedihkan lagi bahwa justru bangsa lain yang kemudian memajukan isi naskah naskah itu dengan menerbitkan buku buku yang berbasis dan bersumber dari naskah naskah itu. Akhirnya isi naskah itu dipelajari oleh bangsa lain. Salah satu naskah itu adalah Kakawin Bharatayudha yang ditulis kembali oleh Dr. G.J.H. Gunning dan diterbitkan Gravenhage, Belanda pada 1903.

Kakawin Bharatayudha ditulis dalam Bahasa Belanda. Foto: ist

 

Ada dasar pemikiran yang menyatakan bahwa manuskrip menyimpan kekayaan yang sangat besar kedepannya. Kita hendaknya bisa belajar dari masa lalu, untuk dimanfaatkan di masa kini demi pengembangan dan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Mendiskusikan mengenai manuskrip, sering ada sesuatu yang menarik darinya. Yakni lebih dari sekadar catatan. Manuskrip tidak hanya berbicara tentang masa lalu, akan tetapi ada nilai yang terkandung di dalamnya yang jauh melampaui itu.

Lantas mau diapakan puluhan ribu naskah kuno yang keberadaannya tersebar di mana mana itu. Mari kita fokus pada sejumlah naskah yang keberadaannya sudah jelas baik di perpustakaan maupun di museum. Apakah sekedar pajangan? @PAR/nng