Museum Surabaya Kini Narasikan Alur Sejarah Dari Masa ke Masa

REKAYOREK.ID Selain merevitalisasi Kota Lama Surabaya, Kota Surabaya juga merevitalisasi Museum Surabaya, yang bertempat di gedung Siola di jalan Tunjungan 1-3 Surabaya. Walikota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan museum itu pada Selasa, 6 Agustus 2024.

Sekarang Museum Surabaya ini dengan sangat jelas menarasikan alur sejarah perkembangan kota Surabaya dari masa ke masa. Alurya mengalir dan enak diikuti. Lini masanya diawali dari riwayat perpindahan pemerintahan di era Medang dari wilayah Jawa Tengah ke Jawa Timur, yang kemudian diikuti oleh berdirinya kerajaan satu ke kerajaan berikutnya seiring dengan perkembangan zaman.

Peninggalan Surabaya di masa Klasik ternyata masih dapat dikenali jejaknya. Ini terbukti dengan adanya prasasti prasasti. Salah satunya yang secara otentik bisa dilihat bendanya adalah prasasti Canggu, yang berangka 1358 M. Prasasti ini tersimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.

Pada prasasti itu secara literatif tertulis nama Syurabhaya (Surabaya) dalam aksara Jawa Kuna (Kawi). Waktu itu Surabaya masih berbentuk sebuah desa di tepian sungai (naditira pradesa). Peradaban di tepian sungai ini dapat ditemui jejaknya yang berupa Sumur jobong. Sebuah bukti otentik berupa benda kebutuhan domestik yang digunakan kala itu. Tempatnya ada di tepian sungai Kalimas, tepatnya di kampung Pandean. Sumur kuno ini ditemukan pada tahun 2018. Setelah dilakukan uji karbon di Canberra Australia, diketahui bahwa sumur ini sudah di lokasi itu pada tahun 1430.

Bagaimana gambaran suasana klasik Surabaya itu dapat dilihat di Museum Surabaya setelah direvitalisasi.

Ruang Surabaya klasik. Foto: nanang

 

Rentetan kisah Surabaya pada masa klasik itu menjadi salah satu sekuil cerita, yang dipajang di dalam museum. Cerita ini mengawali urutan lini masa sejarah Surabaya. Setelah gunting pita sebagai tanda resminya Revitalisasi Museum Surabaya, Walikota Eri Cahyadi, yang didampingi istri Rini Indriyani, meninjau ruang pamer museum yang umumnya ditampilkan dalam bentuk naratif.

Ada juga duplikat prasasti Kamalagyan, yang aslinya masih in situ di desa Kemlagen, Krian, Kabupaten Sidoarjo. Selain itu ada pecahan gerabah dan beberapa fragmentasi arkeologi lainnya.

Pada lini masa berikutnya, disajikan cerita mengenai peristiwa perang Surabaya melawan Mataram, yang kemudian diikuti kisah perlawanan Trunojoyo melawan VOC yang dipimpin Speelman. Benteng Trunojoyo kala itu tersebar di kawasan yang sekarang dikenal dengan kawasan Kota Lama Surabaya.

Kekalahan Trunojoyo ini menjadikan Surabaya jatuh ke tangan VOC dan apa lagi selanjutnya Mataram menyerahkan wilayah Pantai Utara Jawa sisi Timur kepada VOC sebagai bentuk kompensasi atas bantuan VOC kepada Mataram.

Pelajar sekolah mengamati koleksi numismatik yang pernah beredar di masa kolonial. Foto: Kominfo sby

 

Sejarah Surabaya berikutnya adalah masa pemerintahan Hindia Belanda hingga pembangunan infrastruktur kota. Surabaya menjadi kota administrasi dan perdagangan.

Sebagai kota administrasi (pemerintahan), di sana dipajang pula sketsa para walikota Surabaya mulai dari walikota pertama di era Hindia Belanda hingga sekarang, yang dipimpin oleh Eri Cahyadi.

Dengan hadirnya Museum Surabaya setelah revitalisasi ini, walikota Surabaya, Eri Cahyadi, berharap seluruh sekolah mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) se Surabaya harus diagendakan kunjungan ke museum ini.

“Saya minta kepada kepada Dinas Pendidikan untuk membuat jadwal kunjungan siswa SD dan SMP ke Museum ini. Segera, jadwal itu harus ada di meja saya”, kata Walikota Eri sambil menunjuk kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh.

Dalam kunjungan itu Eri Cahyadi melihat setiap zona untuk mengikuti kisah yang ditampilkan. Eri juga mendengarkan narasi museum melalui alat story audio. Menurut kurator museum, MT Agus bahwa di setiap zona cerita sejarah Surabaya dikomunikasikan melalui alat audio set.

Eri Cahyadi mendengarkan cerita sejarah Surabaya melalui audio set. Foto: Kominfo sby

 

“Kami sajikan story dengan audio (voice over) mas. Tujuannya supaya bagi pengunjung yang tidak tekstual, bisa mendengar voice over, mas”, demikian kata Agus.

Menandai peresmian revitalisasi Museum Surabaya ini, Eri Cahyadi menandatangani batu prasasti yang didampingi oleh jajaran Forkopimda Kota Surabaya.@nanang