Oleh: Asyari Usman
MORFIN Oligarki Cukong (MOC) adalah duit haram berdosis tinggi yang saat ini sedang meracuni hampir semua pemegang kekuasaan, baik itu di jajaran legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Ketiga cabang kekuasaan ini adalah darah Indonesia. MOC sudah sangat akut merusak darah bangsa dan negara ini.
Akibatnya, Indonesia sempoyongan. Pengaruh MOC sudah sangat dahsyat. Hampir semua penguasa di legislatif dan eksekutif tak bisa hidup tanpa MOC. Begitu juga di kalangan semua lembaga penegak hukum.
Situasi yang ada saat ini mirip dengan ketergantungan pada sabu di kalangan penggunanya. Akal sehat hilang. Fungsi otak seratus persen diduduki oleh halusinasi. Menipu dan ditipu sama saja bagi mereka.
Inilah jalan hidup para pengguna sabu kelas berat. Hidup tanpa masa depan. Emosi mereka tak stabil. Merampok akan mereka lakukan. Membunuh, termasuk menghabisi keluarga sendiri, juga biasa mereka lakukan kalau kehabisan uang untuk membeli sabu.
Para penguasa di Indonesia ini persis seperti para pengguna sabu kelas berat. Mereka sudah sangat jauh terperangkap MOC. Berat sekali bagi mereka untuk menghentikan ketergantungan pada duit cukong.
Sekarang ini para penguasa itu, tanpa mereka sadari, telah melakukan tindakan yang “membunuh” Indonesia demi mendapatkan uang haram dari para cukong. Bersama para cukong itu, mereka sudah lama merampok dan memeras rakyat.
Para penguasa pecandu duit cukong itu, kini, menjadi beban rakyat. Celakanya, rakyat berada dalam kondisi lemah. Tak bisa berbuat apa-apa. Rakyat akan berhadapan degan “satpam” peliharaan cukong. Mereka bersenjata lengkap. Semuanya tegap-tegap. Dan bengis-bengis. Siap membantai siap saja yang mengancam para cukong itu.
Belum lama ini, Menko Polhukam Mahfud MD mengakui situasi Indonesia yang sudah sangat kacau. Dalam wawancara dengan Total Politik, Mahfud MD mengatakan Indonesia memerlukan pemimpin yang kuat (strong leader) untuk mengatasi keadaan yang mengerikan sekarang ini.
Menurut Pak Mahfud, seandainya penyakit kronis Indonesia ini terjadi di Amerika Latin, biasanya akan diobati dengan “pil kudeta”. Tentu saja obat yang disebutkan Pak Menko itu mahal harganya.
Secara tersirat tetapi lantang, Pak Mahfud telah meneriakkan panggilan terakhir bahwa “Indonesia sedang sekarat”. Panggilan terakhir itu ditujukan kepada orang-orang yang masih memiliki nurani dan akal sehat.
Bangkitlah. Selamatkan Indonesia. Segera buang darah yang penuh MOC itu. Tapi, apakah Indonesia perlu dibawa ke Amerika Latin untuk pengobatan yang disebutkan Pak Mahfud tadi?
Entahlah! Yang jelas, Indonesia memerlukan perawatan intensif.[]
*) Jurnalis, Pemerhati Sosial-Politik