Rektor ITK Prof Budi Purwokartiko Sel Aktif Islamofobia?

Oleh: Asyari Usman

KALI ini, ujaran kebencian terhadap Islam (islamofobia) di Indonesia semakin jelas konstruksinya. Makin terang jaringan pembenci Islam yang mereka bangun.

Konsturksinya jelas ada yang membuatkan. Sedangkan jaringan pembenci itu memiliki semacam “loose connection” (koneksi longgar) yang menghubungkan para intelektual islamofobia di perguruan tinggi yang melihat Islam sebagai musuh dan ancaman.

Para intelektual islamofobia itu tidak berada di dalam asosiasi atau komunitas yang berstruktur organisasi. Mereka berjalan sendiri-sendiri. Tetapi, langkah yang mereka lakukan di dalam koridor islamofobia itu sangat rapi.

Para pemegang kekuasaan besar saat ini sangat pantas dituduh terlibat dalam islamofobia. Ada komando, atau setidaknyan restu, yang terhubung oleh garis putus (dash line) antara para pemegang kuasa besar tersebut dengan sel-sel aktif islamofobia. Dalam arti, hampir pasti ada ‘mutual understanding’ (saling pengertian) antara penguasa tinggi dengan sel-sel itu. Yaitu, ‘mutual understanding’ untuk terus mecaci, merendahkan, dan menista Islam.

Nah, apakah Prof Budi S Purwokartiko adalah salah satu sel islamofobia itu? Tentu perlu waktu tambahan untuk memastikannya. Yang jelas, postingan Pak Rektor ITK (Institut Teknologi Kalimantan) tentang “mahasiswi berhijab adalah manusia gurun” telah membukakan tabir tentang bagaimana dia melihat Islam. Sekaligus menguatkan sinyalemen bahwa islamofobia di Indonesia bukan sesuatu yang sporadis. Bukan kebetulan, melainkan terdesain.

Tentang Rektor ITK ini, ada rekam jejak islamofobia yang tertangkap dari komentar-komentar beliau di media sosial. Antara lain Prof Budi SP mengatakan bahwa “Kitab Suci kebanyakan isinya dongeng jaman dulu. Jadi, saya lebih suka baca sains atau berita terkini untuk menambah wawasan”.

Sejumlah pihak, termasuk kalangan DPR, meminta agar ujaran kebencian dan SARA yang disampaikan oleh pimpinan perguruan tinggi ini diproses melalui jalur hukum. Ada pula yang mendesak agar Mendiknas Dikti memecat Prof Budi SP.

Terlepas dari langkah-langkah yang akan diambil, kita masih bisa berterima kasih kepada Pak Rektor atas pencerahannya tentang jaringan islamofobia di Indonesia.[]

*) Jurnalis, Pemerhati Sosial-Politik

Asyari UsmanislamofobiaProf Budi Purwokartiko