PDAM Surabaya dan Begandring Soerabaia Ungkapan Sejarah Kawasan Wonokromo

REKAYOREK.ID Bangsa bangsa di dunia serentak memperingati Hari Air Sedunia pada 22 Maret 2023. Pada hari itu terhitung paringatan ke 31.

Dalam rangka memperingati Hari Air Dunia (HAD) 2023 ke-31 itu, PDAM Kota Surabaya bersama Begandring Soerabaia menggelar Surabaya Unban Track (Subtrack) berjudul Wonokromo Heritage.

Dalam Subtrack khusus ini, spot penting terkait dengan air adalah Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) di Ngagel Surabaya. Terdaftar dalam kegiatan Subtrack itu ada 36 peserta. Mereka tidak hanya datang dari Surabaya saja, tetapi juga ada yang dari luar kota, seperti Bali.

Selain mengunjungi IPAM Ngagel, mereka juga mengunjungi Pintu Air Jagir yang di masa lalu disebut Bandjir Sluis. Jadi, pintu air ini adalah sarana yang dipakai untuk mengatasi dan mengontrol banjir yang terjadi di Surabaya.

Melihat sluis Ngagel yang menjadi pintu gerbang lalu lintas perahu di Kalimas. Foto: nanang

 

Selain itu, pintu air ini juga dipakai sebagai sarana untuk mendukung ketersediaan air sebagai bahan baku untuk proses pengolahan air yang dibutuhkan oleh perusahaan air pemerintah kota Surabaya di era Kolonial. Yaitu Gemente Waterleiding.

Spot lain terkait dengan air adalah Sluis Ngagel. Sluis adalah pintu air yang sekaligus pintu keluar masuknya perahu perahu dari dan ke Kalimas. Di Kalimas ada dua Sluis. Satu di Ngagel dan lainnya di Kayoon. Sayang kedua Sluis (pintu keluar masuknya perahu) sudah tidak berfungsi. Sluis sejenis di negara asalnya, Belanda, masih berfungsi. Tidak hanya sebagai sarana transportasi sungai, tetapi menjadi sarana edukasi bagi anak anak sekolah guna mengenali potensi lokal mereka.

Sebenarnya Sluis di Surabaya ini masih bisa dioperasikan lagi. Menurut Ali Yusa, ahli perkapalan yang selama ini mendesign dermaga dermaga di Kalimas mengatakan seiring dengan revitalisasi sungai Kalimas Sluis Sluis di Kalimas ini juga perlu direvitalisasi.

“Masih bisa bekas Sluis Sluis itu di revitalisasi sehingga transportasi air dari selatan (Ngage) hingga utara (Pelabuhan Rakyat Kalimas) bisa terkoneksi. Ini menambah kekayaan kita di Surabaya”, terang Ali Yusa usai diskusi bersama lurah Peneleh dalam upaya pengembangan kawasan Peneleh sebagai daerah tujuan wisata di Surabaya pada 14 Maret 2023 lalu.

Sluis Ngagel dan Kayoon memiliki keindahan lingkungan sungai. Bahkan tempat ini sempat digunakan sebagai pre wedding photography. Sejauh ini di kedua Sluis itu sering dinikmati oleh para pemancing. Bahagialah mereka yang bisa menikmati keindahan masa lalu itu. Bagaimana dengan lainnya?

Selain mengunjungi heritage yang berkenaan dengan air karena dalam rangka memperingati Hari Air Dunia (HAD), Subtrack Wonokromo Heritage ini juga meneropong masa lalu lingkungan IPAM Ngagel dan stasiun Kereta Api Wonokromo di masa kemerdekaan.

Ahmad Zaki Yamani, kepala bidang Pendidikan dan Latihan Begandring Surabaya, yang dalam Subtrack ini bertindak sebagai salah satu pemandu menceritakan bahwa pada 28 Oktober 1945 di saat pertempuran Surabaya fase 1, para pemuda pemuda pegawai air minum melakukan blokade dengan cara menutup kran air yang menuju ke Surabaya.

“Dampaknya sangat besar. Aliran air minum mati total, sehingga tentara Inggis tidak mendapatkan aliran air. Hal ini melemahkan fisik dan mental tentara Inggris. Aksi pemuda pemuda air ini memperkuat posisi arek arek Suroboyo dalam perang Surabaya”, demikian penjelasan Zaki dalam narasi yang disampaikan kepada peserta Subtrack.

Ia juga menjelaskan fakta historis di lingkungan stasiun Kereta Api Wonokromo. Bahwa di statiun jaba kota ini riwayat Gerbong Maut tertorehkan.

Peristiwa Gerbong Maut, yang terjadi pada 23 November 1947, adalah tragedi pemindahan tawanan yang dikawal Marinir Belanda dari Bondowoso ke Surabaya dengan menggunakan kereta api dengan angkutan gerbong yang tertutup rapat. Dari 90 orang tawanan, yang tewas sejumlah 46 orang. Mereka adalah para pejuang kemerdekaan Indonesia yang terdiri dari berbagai macam profesi. Ada tentara, polisi, pamong praja dan rakyat.

“Nasib para tawanan yang gugur tidak diketahui secara pasti, namun sebuah asumsi mengatakan jenazah mereka dibuang di sungai Jagir dari jembatan Kereta Api Wonokromo”, tambah Zaki.

Kelas Sejarah

Di spot terakhir, peserta Subtrack berkunjung ke Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Ngagel. Kehadiran Subtrack ini disambut hangat oleh jajaran direksi dan staff IPAM PDAM Kota Surabaya.

Binurwati Fitri, Manajer Tata Usaha dan Humas PDAM Surya Sembada Kota Surabaya, sangat bergembira bisa bekerjasama dengan Begandring Soerabaia dalam upaya menggali sejarah perusahaan air minum yang diawali oleh Belanda dengan nama Gemente Waterleiding pada awal abad 20.

“Kami siap terus bekerjasama dalam menguri uri sejarah perusahaan. Kami juga ada aset di jalan Basuki Rahmad yang menyimpan sejarah Waterleiding. Kehadiran perusahaan air di era kolonial ini sebetulnya menunjukkan udah adanya kesadaran akan air bersih dan sanitasi”, jelas Fitri ketika menyambut rombongan pemerhati dan pegiat sejarah dalam kegiatan Surabaya Urban Track (Subtrack) pada Minggu, 19 Maret 2023.

Sejarah masa lalu ini ternyata masih relevan dengan hari ini dimana dalam peringatan Hari Air Dunia (HAD) 2023 tema yang diusung adalah mempercepat perubahan untuk mengatasi krisis air dan sanitasi.

Kelas sejarah dengan peragaan penjernihan air. Foto: nanang

 

Karena manfaat air sangat besar bagi manusia maka mereka harus mengambil tindakan. Kegiatan Subtrack adalah salah satu tindakan dimana melalui jelajah sejarah ini para peserta diperkenalkan bagaimana mengelola air dan peduli dengan air.

Di lingkungan IPAM Ngagel, mereka diajak keliling lingkungan IPAM, temasuk melihat infrastruktur yang menjadi akses kuno jalur pengambilan air sebagai bahan baku pengolahan. Juga mereka melihat dari dekat tandon tandon pengolahan air sehingga menjadi air siap konsumsi untuk kebutuhan sehari hari.

Untuk memperkuat pemahaman peserta dalam belajar pengolahan air dari bahan baku menjadi siap konsumsi, dibukalah Kelas Sejarah. Dalam kelas ini dipresentasikan dan sekaligus diperagakan bagaimana air yang keruh dalam sekejap bisa berubah menjadi air yang jernih.

“Ini bukan sulapan, tapi kenyataan melalui proses teknologi yang bisa mengubah air keruh menjadi jernih”, jelas Agung Widyanjaya, pegiat sejarah dari Angkringan Pendopo Sidoarjo, yang ahli kimia jebolan ITS Surabaya.

Agung yang bersama sama Subtrack memang mengamati sejarah Pengolahan Air sejak era Hindia Belanda hingga sekarang. Ia mengamati dari proses yang masih sederhanan di era kolonial hingga yang moderen di era sekarang.

Ia pun membawa alat penjernihan air miliknya yang biasa dipakai di laboratorium. Dengan menggunakan alat itu, Agung bisa berbagai pengetahuan dengan semua peserta Subtrack.

Melalui proses kimiawi yang ia peragakan membuat peserta yakin akan kualitas air hasil olahan bagi manusia. Dengan menggunakan bahan dan proses kimia yang disebut tawas dan klorin, maka kotoran (suspendid solid) dan bakteri dalam air bisa hilang.

“Contoh paling praktis adalah ketika saya akan berenang di kolam renang. Sebelum berenang, saya akan ambil airnya dan saya bau. Kalau berbau tawas dan klorin, maka air ini aman meskipun ada orang yang kencing di dalam kolam”, jelas Agung.

Air siap minum dari kran di IPAM Ngagel, Surabaya. Foto: nanang

 

Setelah Kelas Sejarah usai, peserta diajak menuju ke Zona Air Minum Prima (ZAMP) yang memproduksi air siap minum. Dari kran yang ada air siap diminum dan ini langsung dibuktikan oleh peserta yang langsung menenggak air yang diproduksi dari olahraga tehnologi Korea.

Rasa dahaga di tengah panas yang menyengat langsung memberi kesegaran alami dari hasil proses produksi di IPAM Ngagel. Untuk sementara air siap minum ini masih menjangkau kawasan sekitar IPAM Ngagel.

Wahyudi warga Surabaya yang mengikuti Subtrack ini berharap agar air siap minum ini bisa menjangkau kawasan yang lebih luas di Surabaya.@Nanang

 

Komentar (0)
Tambah Komentar