Pelacur Kelas Berat #1

Ia, si berat dari Kremil. Jalan-jalan di lokalisasi itu seperti bergetar, setiap ia beranjak. Juga orang-orangnya. Yu Mblondot adalah raksasa yang membawa gempa. Tapi ialah penyemarak suasana. Tak ada sedih buatnya. Hidup dijalani dengan riang. Itukah yang membuat tubuhnya subur? 100 kilogram berat Yu Mblondot.

MELINTASI zaman, si tubuh berlemak itu, mencoba mengingat. Tapi gagal. Ingatannya pendek. Ia hanya tahu, desanya bernama Watu Kosek. Lahir Kamis Kliwon.

“Ya hanya itu yang diceritain sama orang-orang tua.” Selebihnya, tak banyak yang ia tahu. Mereka, orang-orang tua itu, enggan bercerita lebih panjang. Saat sudah agak besar, ia tak pernah bertemu dengan ibu atau bapaknya. Memang, mereka sudah mati. Ibunya, nggak ada saat melahirkan dirinya. Bapak, menyusul, tiga hari kemudian. Sakit paru-paru.

Kini, di usianya yang ke-30, hanya satu soal itu selalu berhasil memaksanya menangis. Ya, hanya soal kematian bapak-ibunya yang beruntun. Wajar pastinya. Bahkan sangat wajar, sebab, dalam usia tiga hari, Yu Mblondot menjadi yatim-piatu.

Belum cukup derita si bocah malang itu. Saat sedang belajar berjalan, orang tua yang mengasuhnya ikut mati. Nenek yang menjadi satu-satunya gantungan hidup, tak sanggup lagi mengasuh.

Jadi, lengkaplah penderitaan Yu Mblondot. Di usia sangat rapuh, dia sudah kehilangan orang-orang dekatnya. (bersambung)

Naskah ini diambil berdasarkan kisah seorang pelacur yang sering mangkal di Kremil, Surabaya. Sesuai dengan judulnya, pelacur yang dimaksud adalah pelacur yang memiliki postur tubuh sangat besar seperti pegulat sumo. Penulis sempat mengabadikan momen tersebut. Sayang sekali, mengingat satu hal dan lainnya, fotonya tak bisa dimuat di sini. Dan lagi, penulis juga ingin menghormati mereka. Biarlah orang tidak tahu orangnya, dan mereka cukup mengetahui jalan ceritanya.

kremilpelacurwtsyu mblondot
Komentar (0)
Tambah Komentar