Saksikan Saksi Perang Bersama Subtrack

REKAYOREK.ID Sang Saksi ganasnya perang Surabaya pada November 1945 dalam rangka mempertahankan kemerdekaan masih bisa disaksikan hingga sekarang. Saksi bisu, yang “hidup” melintas jaman itu, adalah viaduk kereta api Gubeng.

Disana masih tampak sejumlah bekas hantaman misil misil Sekutu. Bekas bekas itu melukai pagar jembatan, yang tak lekang karena terik mentari dan guyuran hujan.

Luka akibat misil misil itu membentuk bopeng pada raut wajah pagar besi baja yang terus tegar menyapa tanpa suara. Andai bisa bicara, Sang Pagar Tegar itu akan berkata “Hai semua… tengoklah aku… “.

Sayang, ribuan pengguna jembatan layang, buah karya dari era kolonial itu, hanya melintas tuk meraih harapan. Mereka lupa apa yang mereka lindas adalah lintasan perjuangan yang menjadi pertaruhan jiwa raga dalam semboyan “merdeka atau mati”.

Mereka, yang telah menjadi Kusuma Bangsa, perlu dikenang, dikenang dan dikenang. Mereka tidak lagi bisa menikmati buah perjuangan mereka yang berakar semangat dan berbatang tekad. Justru kitalah yang tidak berjuang tapi menikmati buahnya dengan nama buah kemerdekaan.

Kita bisa menikmati manis atas pahitnya perjuangan. Kiranya tidak fair kepada pendahulu jika kita melupakan kisah sejarah di viaduk Gubeng.

Itulah untaian kisah para pejuang Surabaya yang dinapak tilasi oleh mereka yang masih menaruh hormat kepada para pejuang dan pahlawan. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh Bung Karno di eranya yang ternyata “Everlasting”. Yaitu JAS MERAH. Jangan sekali sekali melupakan sejarah.

Jelajah sejarah dalam program Surabaya Urban Track (Subtrack) di kawasan Gubeng pada Minggu, 12 Juni 2022, yang diselenggarakan oleh Begandring Soerabaia, sengaja mengajak publik untuk tidak melupakan sejarah, khususnya yang terjadi di kawasan Gubeng dan Simpang.

Direktur Subtrack, Taufan Hidayat,  mengatakan kawasan Gubeng dan Simpang menyimpan banyak nilai sejarah. Kedua kawasan elit di era kolonial ini dipisahkan oleh sungai legendaris Kalimas tapi diikat  oleh jembatan bersejarah, Jembatan Gubeng.

“Dalam jelajah sejarah ini kita mengunjungi situs bekas Rumah Sakit Simpang, RRI Surabaya, Jembatan Gubeng, Viaduk kereta api Gubeng, Stasiun Gubeng dan situs pemakaman masal pejuang Surabaya di tepian Kalimas”, terang Taufan mengenai rute jelajah sejarah di kawasan Gubeng dan Simpang.

RRI Surabaya

Salah satu peristiwa penting yang menjadi catatan sejarah pertempuran Surabaya adalah pendudukan Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya oleh pasukan Sekutu. Singkat ceritanya adalah tentang  RRI ketika diduduki tentara Gurkha pada 28 Oktober 1945. Para angkasawan, yang sedang bertugas, diusir keluar dari studio. Mereka marah. Akibatnya mereka meluapkan kemarahannya bersama pejuang Surabaya lainnya dengan cara membakar stasiun radio itu. Tidak ada seorang pun dari tentara Gurkha yang selamat dari pembakaran gedung ini.

Tidak hanya memperoleh kisah sejarah yang disampaikan oleh pemandu sejarah A. Zaki Yamani, 50 rombongan jelajah sejarah ini juga disambut dengan cerita pengalaman angkasawan RRI, Hadi. Diceritakan bahwa dulu, RRI tempo dulu, Hadi pernah menjadi anggota orkestra yang dipimpin oleh musisi Belanda. Lagu lagu orkestranya selalu mengisi siaran hiburan RRI.

Interaksi dengan koleksi RRI. Foto: nanang

 

Pada kesempatan kunjungan ke RRI, rombongan Subtrack juga mendapat hiburan berupa permainan piano live di ruang museum RRI dengan lagu “Jembatan Merah” oleh Hadi. Ruangan pun riuh bak orkestra dadakan karena seluruh peserta ikut bernyanyi.

Di dalam museum ini tersaji aneka koleksi yang menjadi saksi bisu sejarah perjalanan RRI. Tersaji adalah macam macam rekaman mulai dari pita seluloid, piringan hitam hingga kaset, termasuk alat putarnya. Ada radio, basello, hingga piano.

Viaduk Gubeng

Betapa mematikannya aksi perang memang mudah dibayangkan, tapi suatu bayangan bisa menjadi lebih realistik ketika menyaksikan akibat secara langsung dari aksi perang itu. Perang identik dengan senjata api. Senjata api identik dengan peluru yang mematikan ketika dimuntahkan dari alat pelontar nya, senapan.

Di atas viaduk kereta api Gubeng inilah peserta Subtrack diajak melihat bekas bekas tembakan yang menghujam pagar besi viaduk kereta api Gubeng pada peristiwa perang Surabaya tahun 1945. Ada beberapa bekas tembakan yang melukai pagar jembatan. Ada yang mengakibatkan pagar Jembatan penyok hingga berlubang. Lobang dan penyok pada jembatan akibat peluru tajam itu memberi gambaran realistis akan mematikannya aksi perang.

Itulah dampak dan akibat perang yang harus ditanggung oleh pejuang dan arek arek Surabaya ketika mempertahankan kedaulatan bangsa. Mendatangi dan melihat saksi bisu viaduk kereta api Gubeng adalah memahami betapa arti perjuangan oleh para pendahulu.

Mengamati fakta sejarah di viaduk kereta api Gubeng. Foto: nanang

 

Viaduk Gubeng juga bercerita tentang wujud perkembangan kota Surabaya sebelum pecah perang untuk mempertahankan kemerdekaan. Gubeng dengan segala infrastruktur nya seperti stasiun kereta api, viaduk kereta api termasuk jembatan dan pintu air Gubeng adalah wujud pembangunan infrastruktur kota.

Gubeng dan Simpang adalah dua dari kawasan pemekaran dan perkembangan wilayah kota Surabaya di awal abad 20. Awalnya pusat kota Surabaya terkonsentrasi di kawasan Jembatan Merah mulai dari abad 18 hingga pertengahan abad 19. Pada paruh kedua abad 19, perkembangan kota bergerak ke selatan mengikuti alur sungai Kalimas. Di abad 20, perkembangan kota merambah ke Gubeng, Simpang, Ketabang, Darmo, Kupang dan Sawahan.

Infrastruktur kota yang dibangun di awal abad 20 misalnya viaduk kereta api Gubeng yang ditunjukkan dengan angka tahun 1915. Jembatan Gubeng dibangun pada 1923. Balai Kota dibangun 1925. Sementara rumah dinas Walikota pada 1927.

Surabaya Urban Track (Subtrack) ini diikuti oleh 50 orang dari beragam latar belakang dan usia. Mereka terdiri dari peserta dan penyelenggara. Atas terselenggara nya wisata sejarah ini, Begandring Soerabaia berterima kasih kepada Kepala Stasiun RRI Surabaya, Lahar Rudiarso, atas kerjasama nya.

“Kami ucapkan Terima kasih kepada Kepala Stasiun RRI Surabaya atas kerjasamanya dalam kegiatan jelajah sejarah ini”, ujar Taufan Hidayat, direktur Subtrck, menyudahi.@nang

Jembatan GubengkalimasRRI SurabayaRumah Sakit Simpangsaksi perangStasiun GubengSubtrackViaduk kereta api Gubeng
Komentar (0)
Tambah Komentar