Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Surabaya Dukung SDG UNESCO Melalui Pemajuan Aksara Jawa

REKAYOREK.ID UNESCO memiliki kerangka pembangunan dunia. Kerangka ini dinamakan SDG. SDG adalah singkatan dari Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

SDGs adalah suatu rencana aksi global, yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Salah satunya adalah melindungi warisan budaya dan pemanfaatannya demi meningkatkan kesejahteraan.

Dikutip dari laman Unesco bahwa SDGs adalah program pembangunan, yang berisi 17 tujuan dan 169 Target, yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Tujuan pembangunan ini disusun pada 2015. Tahun ini memasuki usia ke 10 tahun.

Indonesia adalah salah satu negara yang ada di dalamnya. Bertolak dari SDG nomer 11 tentang “Sustainable Cities and Communities” (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), khususnya point 11.4 tentang “Protecting the world’s Cultural and natural heritage” (Perlindungan Warisan Pusaka Budaya dan Alam Dunia), Komunitas aksara Surabaya bersama pemerintah kota Surabaya ambil bagian dalam perlindungan warisan dunia di Surabaya. Yaitu menjaga, melindungi, melestarikan dan memanfaatkan warisan literasi Aksara Jawa.

Eksekutif dan Legislatif Dalam Raperda Pemajuan Kebudayaan

Seiring dengan itu, dua platform krusial tentang pelestarian warisan Pusaka itu, Kota Surabaya menggodok Raperda Pemajuan Kebudayaan dan secara praktis pemerintah kota Surabaya sedang membumikan aksara Jawa (Nusantara).

Raperda Pemajuan Kebudayaan sedang digodok oleh Panitia Khusus (Pansus) DPRD Kota Surabaya agar nantinya Perda itu akan bisa memberi perlindungan hukum terhadap pelaksanaan pemajuan kebudayaan.

Sementara itu Pemerintah juga sedang merancang program program dalam pembangunan kebudayaan, khususnya dalam menjaga, melindungi dan memanfaatkan Aksara Jawa, sebagai salah satu identitas bangsa.

Aksara Jawa sebagai identitas bangsa Indonesia selama ini menjadi perhatian dunia. Beberapa artefak yang memuat aksara Jawa menjadi koleksi beberapa negara. Di India dengan prasasti Pucangan (Calcotta Stone), di Skotlandia dengan prasasti Sangguran (Minto Stone), di Jerman dengan prasasti Raden Saleh dan di Belanda dengan wall Poem yang menuliskan Serat Kalathida ciptaan Raden Ngabehi Ranggawarsita. Masih ada lagi lainnya.

Berangkat dari SDG no. 11, komunitas Aksara jawa Surabaya secara kolaborasi pentahelix akan mendokumentasikan keberadaan dan kenyataan Aksara Jawa dari Surabaya.

Surabaya membingkai aksara dunia. Aksara aksara, yang masih dimiliki beberapa negara ini, diharapkan dapat dijaga bersama demi kelestariannya. Karenanya dalam program UNESCO melalui seruan Hari Aksara Internasional, negara negara di dunia bisa tetap menjaga aksaranya untuk tujuan tujuan edukasi dan kesejahteraan.

Dokumenter dukung UNESCO

Dalam menjawab seruan UNESCO itu, kegiatan peringatan Hari Aksara Internasional telah menjadi agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Puri Aksara Rajapatni, yang bekerja sama dengan negara negara sahabat yang berkantor di Surabaya. Peringatan hari aksara ini juga bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap aksara Nusantara, khususnya Jawa.

Melalui rencana pembuatan film dokumenter “Javagraph: Surabaya merangkai aksara Dunia”, Surabaya berseru kepada semua akan pentingnya menjaga aksara daerah sebagai bagian dari Aksara Nusantara yang sekaligus kekayaan peradaban dunia.

Surabaya adalah rumah keberagaman etnis, mulai dari suku bangsa hingga kebangsaan. Maka adalah tepat jika komunitas budaya Surabaya menggagas upaya penguatan aksara demi menjaga warisan budaya, Cultural heritage sebagaimana menjadi SDG UNESCO no 11.4. tentang “Strengthen efforts to protect and safeguard the world’s cultural and natural heritage”. (Memperkuat upaya upaya untuk melindungi dan menjaga warisan budaya dan alam dunia) yang di dalamnya termasuk “Collecting programmes in place to protect, safeguard and make use of cultural and natural heritage, addressing the needs of communities and stakeholders, and ensuring that collections can be an effective resource for sustainable development”.

(“Mengumpulkan/membuat program-program untuk melindungi, menjaga, dan memanfaatkan warisan budaya dan alam, memenuhi kebutuhan masyarakat dan pemangku kepentingan, dan memastikan bahwa koleksi program dapat menjadi sumber daya yang efektif untuk pembangunan berkelanjutan”.

Selain itu juga terdapat point “Plans, policies and procedures in place for the identification, safeguarding and protection of cultural and natural heritage at risk”.

(“Rencana, kebijakan, dan prosedur untuk mengidentifikasi, menjaga, dan melindungi warisan budaya dan alam yang terancam).@PAR/nng

Komentar
Loading...