Aksara Jawa Menjadi Caraka Budaya Indonesia
REKAYOREK.ID Pernah pada suatu masa saya bertugas sebagai Caraka Muda di Kanada pada tahun 1989/1990 dan 1993/1994 dalam program pertukaran pemuda Indonesia-Kanada (PPIK). Sekarang tergabung dalam wadah Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI), yaitu wadah para alumni pertukaran pemuda Indonesia-Kanada. Caraka adalah duta.
Terpilih menjadi seorang caraka membutuhkan bekal yang baik tentang pengetahuan daerah dan bangsa (Indonesia). Bahkan ketika dalam sebuah training di ibukota negara, masih ada screening oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI sebagai bekal tambahan.
Satu tugas utamanya adalah dapat berdiplomasi dan memberi informasi baik tentang daerah dan negaranya di mata negara tujuan. Dalam setiap kegiatan edukasi (educational activities), setiap caraka dituntut bisa menjelaskan tentang negaranya dan bahkan mengkounter adanya informasi yang kurang tepat yang muncul dari pendapat dan pandangan mitra mitra (counterparts).
Keberadaan para caraka ini menunjukkan bahwa ada negara Indonesia ada dan para caraka itu sebagai jendelanya.
Para caraka itu bagai aksara Jawa, yang sekarang ada di mancanegara. Lepas dari latar belakang sejarahnya mengapa aksara Jawa dalam bentuk benda artefak atau budaya bisa berada di negara lain, bahwa benda benda beraksara Jawa itu menjadi dan mewakili keberadaan budaya Nusantara di mancanegara.
Benda beraksara Jawa ini ada yang berasal dari Indonesia. Ada pula benda, yang diproduksi di sana. Misalnya mesin ketik dan alat pencetak beraksara Jawa yang diproduksi di Belanda dan Inggris sekitar satu abad atau lebih. Kala itu aksara Jawa setara dengan aksara aksara lain di dunia.
Tetapi sekarang, apakah aksara Jawa masih setera dengan aksara lain seperti Jepang, China, India dan bahkan Thailand? Anda punya jawaban.
Dengan masih adanya artefak beraksara Jawa di mancanegara ataupun karya karya seni dan sastra beraksara Jawa yang dibuat di sana sesungguhnya menjadi alat diplomasi dan caraka (duta) budaya Nusantara. Ini menunjukkan bahwa karya dan identitas bangsa ada di mancanegara. Seperti di India dengan Prasasti Pucangan (Calcotta Stone), di Skotlandia dengan prasasti Sangguran (Minto Stone), di Jerman dengan Inskripsi yang dibuat Raden Saleh pada Blue House (Mushalla Biru), di Belanda dengan Wall Poems di kota Leiden yang menuliskan Serat Kalathida karya Raden Ngabei Ranggawarsito. Mungkin masih ada karya karya lain di Negera lain.
Dari laman VOA bahwa juga ada mahasiswa Amerika yang tertarik belajar menulis Aksara Jawa. Mereka ini para mahasiswa yang tergabung dalam Paguyuban Tiang Jawi (PTJ) di Washington DC.
“Semua mahasiswa yang belajar bahasa Jawa juga sangat tertarik untuk belajar aksara Jawa.” kata Nona Kurniani kepada VOA Indonesia.
Nona Kurniani adalah penggiat pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa di Amerika, yang berprofesi sebagai dosen bahasa Indonesia di Universitas Johns Hopkins. Dia juga mengajar bahasa Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia, Washington, D.C., serta menjadi kepala sekolah bahasa Indonesia di Rumah Indonesia di ibu kota Amerika itu.
Di sela-sela kesibukannya, Nona juga menjadi relawan untuk kelas menulis aksara Jawa bagi para anggota Paguyuban Tiyang Jawi (PTJ) di Washington, D.C., dan sekitarnya.
“Pelajaran menulis aksara Jawa untuk Paguyuban Tiyang Jawi itu saya berikan karena ada sejumlah anggota yang tertarik dan merasakan keinginan untuk bernostalgia belajar aksara Jawa,” jelas Nona.
Aksara Jawa dalam bentuk pembelajaran ini juga menjadi duta budaya Indonesia. Pembelajaran ini lebih interaktif karena ada komunikasi dua arah antara pembelajar dan pengajarnya.
Aksara Jawa di mancanegara adalah caraka (duta) budaya Indonesia.@PAR/nng