Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Bukan Penakut

Oleh: Dahlan Iskan

INILAH cara mati yang paling tidak sakit. Tapi mahal. Perlu punya uang Rp 5 miliar. Yakni untuk membeli tiket naik kapal selam dan kapal itu harus meledak di kedalaman laut hampir 4.000 meter.

Seperti yang dialami si kaya dari Pakistan ini: Shahzada Dawood. Umurnya baru 48 tahun. Di Hari Ayah 19 Maret lalu muncul keinginan di konglomerat ini untuk liburan bersama istri. Satu bulan.

Hari itu ia mendaftar untuk ikut tur naik kapal selam mini di dekat Amerika. Ia mengajak serta sang istri: Christine Dawood. Ia pun membayar uang di muka: Rp 4 miliar. Berarti Rp 8 miliar berdua.

Anak sulungnya, Suleman Dawood mendengar itu. Suleman berumur 19 tahun. Ia sangat ingin ikut serta. Soal uang tidak ada masalah. Tapi tur kapal selam itu terbatas. Isinya hanya bisa untuk lima orang turis. Sudah ada Hamish Harding, Paul-Henri Nargeolet, dan bos perusahaan tur itu sendiri, Stockton Rush.

Tapi Suleman ngebet banget ingin ikut. Akhirnya sang ibu –inilah hebatnya Anda sebagai seorang ibu– mengalah. Jatahnyi diberikan ke sang anak –keluarga ini hanya punya dua anak.

Dawood pemilik industri kimia Hercules Inc. Dinamakan Hercules karena ia patungan dengan perusahaan Amerika: Hercules Incorporated. Dawood memproduksi pupuk kimia. Lalu punya perusahaan pembangkit listrik yang sangat besar: 3.000 MW.

Ayah-anak ini pun berangkat dari rumah mereka yang di London. Dawood memang punya 3 kewarganegaraan: Pakistan, Inggris, dan Malta.

Dawood dan anak terbang ke Kanada. Ke satu pulau paling timur di negara itu. St John’s Newfoundland. Di bibir lautan Atlantik. Pulau ini tidak jauh dari daratan Kanada. Hanya dipisahkan oleh selat sempit yang Anda sudah tahu namanya: Selat Lawrence.

Dari pelabuhan Newfoundland ini lima turis naik kapal selam kecil bernama Titan. Kapal selam turis itu milik perusahaan Ocean Gate: Jendela Lautan.

Kapal Titan pun meninggalkan pelabuhan. Berangkat. Tujuannya, Anda juga sudah tahu: ke tengah samudera Atlantik. Ke lokasi tenggelamnya kapal raksasa (kala itu) Titanic. Anda masih ingat kapan itu terjadi: tahun 1912, tahun lahirnya Muhammadiyah.

Lokasi yang dituju itu sekitar 700 Km di arah tenggara pelabuhan Newfoundland.

Dengan kecepatan Titan 5 Km/jam, mestinya perlu 4 hari untuk sampai. Tidak akan bosan. Sesekali kapal itu bisa berlayar di dalam laut. Seperti kapal selam. Lima penumpangnya bisa melihat biota di dalam laut. Ada jendela kapal untuk melihat keindahan laut dalam.

Ketika pelayaran sampai di sekitar Titanic, Titan pun mulai menyelam dalam. Seorang penumpang, pebisnis yang ahli penyelidikan laut dalam, Hamish Harding, posting ke sosmed: jendela cuaca baru saja dibuka. Maksudnya: cuaca baru saja membaik sehingga Titan berani mulai menyelam.

Hari-hari itu memang ada peringatan ke seluruh dunia maritim. Cuaca di atlantik utara sangat buruk. Yang terburuk dalam 40 tahun terakhir.

Setelah Titan menyelam 1 jam lebih 47 menit, kapal pasangannya yang mengambang di atas laut kehilangan jejak. Titan menghilang dari radarnya.

Harusnya Titan sudah sampai ke lokasi yang dituju: reruntuhan kapal Titanic yang ada di dasar laut. Di kedalaman 3.800 meter. Di situ onggokan Titanic terbelah dua. Jarak antar onggokan sekitar 500 meter.

Titanic, Anda sudah tahu: berangkat dari pelabuhan Southampton, Inggris selatan. Tujuannya: New York. Titanic kapal baru. Tercanggih saat itu. Satu-satunya kapal yang bisa menempuh jarak sejauh itu. Titanic mengangkut sekitar 2.200 orang. Tepatnya saya tidak tahu: saya bukan salah satunya.

Di pelayaran pertamanya, di lokasi itu, Titanic menabrak gunung es. Halangan itu sebenarnya sudah diketahui. Tapi kapten kapal yakin Titanic terlalu kuat menghadapi sekadar gunung es.

Selebihnya Anda sudah nonton filmnya.

Turis di dalam Titan itu juga sudah nonton film Titanic. Tapi mereka ingin melihat sendiri onggokan Titanic di dasar laut itu. Pemandangan itu, langka. Hanya orang kaya yang bisa melihatnya. Dawood dan anaknya ingin jadi orang pertama dari negara dunia ketiga yang bisa melihatnya.

Gagal.

Kapal selam Titan tiba-tiba kehilangan kontak dengan kapal pasangannya yang mengambang di atas laut.

Titan memang hanya bisa menyelam kalau ada dukungan komunikasi dari kapal yang di atas laut. Itulah sebabnya Titan hanya bisa disebut submersible marine. Tidak bisa disebut submarine (kapal selam).

Submarine punya semua fasilitas untuk menyelam sendiri. Titan tidak.

Hilangnya kontak itu bukan karena alat komunikasi rusak. Yang rusak adalah Titannya sendiri –rusak secara keseluruhan. Meledak di dalam laut.

Kata ”meledak” itu sebenarnya juga tidak cocok. Belum ada bahasa Indonesia untuk mengartikan implode. Lebih tepatnya Titan itu penyet sepenyet-penyetnya sampai hancur. Seperti cabai yang Anda taruh di panai batu, lalu cabai itu Anda hantam dengan ulek-ulek batu.

Di dalam laut itu, kian dalam, kian besar tekanannya. Saking kuatnya tekanan itu, kapal selam yang terbuat dari baja khusus pun bisa bernasib mirip dengan cabai di atas panai.

Tentu ada yang salah dengan desain atau pilihan material Titan. Tapi Stockton Rush, bos Titan, pernah mengatakan ”sistem keamanannya sudah dibuat jauh melebihi standar”. Tentu kita harus menunggu hasil penyelidikan tim, untuk mengetahui penyebab sebenarnya.

Memang ada yang mengkritik Rush terlalu berani. Ia pernah mengatakan keamanan yang berlebihan itu sebenarnya mubazir. “Kalau hanya mau aman, tidur saja terus di kasur”, katanya kepada media di sana.

Para jemaah haji tahun ini juga tidak takut dengan suhu sampai 49 derajat Celsius. Memang ada yang bilang sampai seperti di neraka, tapi tidak ada yang membatalkan haji karena takut panas.

Rush sendiri bukan penakut. Ia sudah berkali-kali ikut Titan menyelam sampai ke lokasi Titanic. Titan memang sudah 12 kali membawa turis ke situ. Tidak ada masalah. Baru yang ke 13 ini menemui takdir buruknya.

Rush sendiri memang seorang petualang. Pun dua orang kulit putih lainnya. Mereka orang yang sudah sering menyelam. Bahkan sudah ke kutub selatan.

Rush sudah kaya raya sejak dari kakeknya. Di masa kecilnya pun mimpinya sudah mimpi cucu orang kaya: ingin jadi orang pertama yang sampai ke planet Mars.

Umur 12 tahun Rush sudah jadi penyelam. Umur 18 tahun sudah jadi pilot pesawat komersial. Lalu bekerja di pabrik mesin pesawat McDonnell Douglas. Ia menjadi orang yang bertanggung jawab atas mesin pesawat tempur F-15 Eagle saat dilakukan test terbang.

Rush hanya gagal masuk militer karena ada masalah ketika tes mata.

Rush umur 62 tahun. Punya 2 anak. Istrinya juga istimewa: Wendy Weil. Dia cicit pasangan Isidor dan Ida Blun Straus yang Anda juga sudah kenal. Suami istri itu meninggal sebagai salah satu korban tenggelamnya kapal Titanic.

Rush kini meninggal. Sisi baiknya: gugatan hukum pada dirinya dicabut. Ia digugat seorang turis yang dibatalkan ikut Titan. Sang turis mungkin malu sudah telanjur syukuran para tetangga. Tapi karena Rush meninggal gugatan dicabut.

Sebenarnya Rush tidak bisa disebut meninggal. Meninggal adalah peristiwa ketika nyawa dicabut dari jasad. Saya pun membaca berbagai tulisan di sekitar meledaknya Titan ini. Yang paling menarik adalah proses kematian orang-orang kaya di dalam Titan itu: ketika Titan implode, mereka bukan lagi mati. Mereka langsung jadi jus. Cairan jus itu langsung tercampur dengan air dingin 0 derajat di dalam laut.

Hebatnya: mereka tidak mengalami rasa sakit sedikit pun.

Rasa sakit itu terjadi karena otak kita mendapat kiriman rasa sakit itu dari tempat lain di badan kita. Misalkan jempol kaki Anda kejatuhan ulek-ulek batu. Maka jempol itu akan mengirim rasa sakit ke otak. Begitu sampai di otak barulah rasa sakit itu terasa.

Perjalanan rasa sakit dari jempol kaki ke otak itu memerlukan waktu 0,1 detik.

Tapi ledakan akibat tekanan laut sedalam 3.800 meter itu terjadi dalam waktu 0,05 detik. Maka perjalanan sakit akibat ledakan itu belum sampai ke otak ketika otak mereka sudah jadi jus.

Alangkah enaknya mati dengan cara ini.@

Komentar
Loading...