Cinderella Tapi Bukan Upik Abu #1
Oleh: Vyra Fame
“HEI anak sialan, darimana saja kamu, jam segini baru pulang, daritadi kita kelaparan nungguin kamu tau gak! Begini ni kalau anak lahir dari seorang wanita pel*cur, gak jauh beda sama anaknya.”
“Iya tuh ma kalau ibunya saja pel*cur, sudah tentu anaknya jadi per*k”
“Hahahahahahahaha.” tawa mereka terdengar seisi rumah.
“Aku ni ya ma kalau punya ibu pel*cur udah dari dulu aku bunuh diri ma karena malu, tapi kok dia masih betah hidup ya,” tawa mereka mengejekku.
Plakk,,, tidak terima aku mendengar mereka menghina ibuku, anak mana yang terima ketika mendiang ibunya di hina. Sudah cukup aku selama ini diam ketika mereka hina dan tindas, sekarang saatnya aku balas semua perbuatan mereka.
“Bren*sek, kamu berani mukul anakku!”
“Sekali lagi kalian hina ibuku akan habis kalian di tanganku, jangan pernah bangun kan macan tidur kalau kalian tidak mau terkena kuku tajamnya, camkan itu!” bergegas aku masuk ke kamar dan membanting pintunya.
“Nadiaaaaaa,,,,, awas kamu ya, udah mula berani kamu sama saya!”
Namaku Nadia putri Wijaya, aku adalah putri seorang pengusaha sukses bernama Hadi Wijaya dan memiliki banyak cabang usaha di berbagai daerah. Sedangkan ibuku bernama Titin Putri Wijaya, seorang ibu rumah tangga dan juga yang membantu pekerjaan ayahku.
Dulu kami adalah keluarga bahagia, memiliki rumah, kendaraan, beberapa tanah di kota ini dan banyak barang-barang berharga lainnya. Semua ini diperoleh orangtuaku bukan cuma-cuma, melainkan dengan kerja keras mereka dari sederhana hingga sukses seperti sekarang ini,
Sayangnya kebahagiaan kami tidak lama, karena ibuku tiba-tiba saja meninggal dunia tanpa adanya tanda apapun. Belum hilang rasa duka karena kehilangan ibuku, setelahnya ayahku pun menyusul ibu. Sebelum ayah meninggal ayah memang sempat menikah dengan tante Sindi, seorang janda beranak satu, dan sekarang tante Sindi dan Bella tinggal di rumahku yang megah ini.
Yah… mereka berdua yang memaki-makiku itu adalah ibu dan saudara tiriku, awalnya mereka sangat baik terhadapku, tapi rupanya itu semua hanya kemunafikan belaka. Karena setelah ayahku meninggal keluarlah sifat asli mereka. Mereka tidak terima ketika ahli waris mengumumkan kalau semua harta milik orangtuaku jatuh ke tanganku dan mereka tidak mendapatkan sepeserpun. Tentu saja hal itu membuat mereka semakin membenciku.
Tadinya ku fikir mereka orang yang tulus mencintai ayahku dan aku yang butuh kasih sayang setelah kepergian mendiang ibuku di karenakan ayahku terlalu sibuk mengurus usahanya, tapi rupanya mereka hanya modus, baik di awal saja karena tujuan mereka ingin menikmati hasil kerja keras kedua orngtuaku dan ingin menguasai seluruh hartaku.
Untung saja sebelum meninggal ayah sempat membuat surat wasiat itu.
Satu tahun semenjak kematian orangtuaku, tante Sindi dan Bella memperlakukanku layaknya seorang pembantu gratisan, sedangkan kerjaan mereka hanya belanja dan belanja saja. Biasanya aku yang sabar entah kenapa mendengar makian tante Sindi kepada ibuku rasanya mendidih darah ini, mereka menghinaku aku diam tapi tidak ketika mereka menghina orangtuaku.
“Akan kubalas perlakuan mereka padaku. Sudah cukup selama satu tahun ini aku bersabar dan dijadikan kacung. Lihat saja apa yang akan aku lakukan. Kalian pasti menyesal sudah melakukan ini padaku.”
Apa yang akan dilakukan Nadia untuk membalas perbuatan ibu dan adik tirinya? [Bersambung]