Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Cinderella Tapi Bukan Upik Abu #6

Cerbung

Oleh: Vyra Fame

KUTINGGALKAN mereka berlalu menuju kamarku dan menguncinya. Di dalam kamar kubuka bajuku kemudian masuk kamar mandi yang ada di dalam kamar dan membasuh tubuhku dengan air dari shower, rasanya sedikit bisa menghilangkan urat-urat yang sempat menegang karena perkelahian tadi.

Selesai mandi dan memakai baju rumahan aku merebahkan diri di kasur.

“Ah, nikmat sekali rasanya, huh, menghadapi mereka benar-benar menguras tenaga, kalau bukan karena aku ingin membalas perbuatan mereka, sudah ku usir mereka dari kemaren-kemaren.” gumamku pada diri sendiri.

Kuambil gawaiku dari dalam tas dan menekan nomor telepon toko yang menjual cctv, nomor itu aku dapatkan atas rekomendasi om Wira, katanya sih barangnya bagus dan berkualitas, soal harga tidak masalah buatku yang terpenting semua masalahku segera teratasi.

***
Keesokan harinya kebetulan tante Sindi sedang tidak ada di rumah, apalagi kalau bukan urusan arisan dengan geng sosialitanya itu, dan soal Bella, dia juga pergi entah kemana sedari pagi.

“Dasar, dua duanya memang betul betul tidak berguna, kerjanya hanya menghabiskan uang keluargaku saja, bisa bangkrut lama lama usaha ayah kalau begini terus, aku harus gerak cepat nih.” gumamku pasa diri sendiri.

Aku ambil gawaiku yang ada di kamar dan menghubungi tukang cctv.

“Hallo, pak tolong ke rumah saya sekarang ya, pasang cctv nya sekarang juga, tapi cepat sampai dan cepat selesai ya pak soalnya gak ada waktu banyak dan mumpung lagi pada pergi, nanti kalau kelamaan keburu pada datang.”

“Ok siap bu.” jawab yang ada di seberang sana.

Tak berapa lama menunggu akhirnya pesananku datang, mereka ada 6 orang, memang aku sengaja minta banyak yang bantu biar cepat selesai karena aku memang pasang hampir seluruh ruangan ini dengan cctv agar semua kegiatan mereka bisa aku pantau.

Setelah selesai aku bayar mereka sesuai harga yang disepakati di awal, tak lupa juga aku lebihkan untuk sekesar ucapan terimakasih karena sudab mau diburu waktu.

“Ah, akhirnya aku bisa dengan tenang mengetahui gerak gerik mereka, kalaulah memang kepergian ibu dan ayahku adalah ulah mereka awas saja, akan ku pastikan mereka menyesal telah melakukannya.”

***

Ketika aku sedang bersantai di depan televisi Bella pun datang, entah darimana dia pergi pagi pulang sore padahal dia tidak bekerja, dan pulang pulang bawa paper bag banyak sekali.

“Darimana kamu.” tanyaku pada Bella.

“Bukan urusanmu.”

“Tentu saja urusanku karena uang yang kamu pakai belanja itu uang milik ayahku.”

“Ayahmu kan ayahku juga, jadi aku berhak dong memakainya.”

“Enak saja, kamu itu cuma anak tiri ayahku, jadi kamu gak ada hak sesen pun dari hasil jerih payah ayahku, kalaulah aku tidak berbaik hati menampung kalian di sini mungkin kalian udah jadi gembel di luar sana.” Bella mencebikkan bibirnya mendengar penuturanku.

“Bodo amat, terserah mau ngomong apa yang penting aku puas bisa belanja brang barang kesukaanku.”

Bella pun melenggang bebas meninggalkanku di ruang Televisi, dia menuju ruang makan dan meletakkan makanan dan minumannya di meja, setelahnya Bella menuju kamarnya untuk menaruh barang belanjaannya itu.

“Aha, aku punya ide, kena kamu aku kerjain.” gumamku pelan sembari tersenyum lebar.

Setelah menuju ruang makan aku menghampiri makanan yang diletakkan Bella tadi di meja, aku ambil bubuk cabe yang ada di meja.

Aku memang selalu menyediakan bubuk cabe di meja karena aku penyuka makanan pedas, aku taburi makanan Bella dengan bubuk cabe itu bahkan levelnya mencapai level 30, tak lupa juga ku masukkan sesendok garam ke minuman milik Bella itu dan mengaduknya, setelah selesai bergegas aku kembali ke tempatku semula dan berpura-pura asik dengan siaran televisi.

Tak lama Bella keluar dari kamarnya, dia menuju meja hendak memakan dan meminumnya.

“Satu, dua, ti,” belum sampai tiga aku menghitung Bella berteriak.

“Aaaaaaaaaaaa, pedaaaassssssss.” kuintip dia lewat tembok sebelah ruang makan. Setelah kepedasan dia mengambil minumannya tapi baru satu sedotan saja dia memuntahkan kembali minumannya.

“Huekkk, apaan nih asin banget, kurang ajar siapa yang berani begini sama aku, ini pasti ulah Nadia, sialan akan ku beri dia pelajaran.

“Nadia….” [bersambung]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...