Pertukaran Mahasiswa Merdeka di ITS Ramaikan Kota Tua Surabaya
REKAYOREK.ID Kabar diresmikannnya Wisata Pecinan Kembang Jepun oleh Walikota Surabaya pada 10 September 2022 lalu menggembirakan. Pasalnya Wisata Pecinan ini menjadi bagian dari Wisata Kota Tua Surabaya, yang kini semakin populer. Wisata Kota Tua Surabaya terdiri dari Kampung Eropa, Kampung Pecinan dan Kampung Melayu.
Kawasan Kampung Melayu dengan Jalan Panggungnya telah dicat dan dipasang lampu lampu hias pada 2018. Baru saja (2022) jalan Kembang Jepun, Jalan Karet, Jalan Coklat dan Jalan Slompretan giliran dihias.
Jalan jalanya diaspalt halus mulus dan diberi marka hingga terlihat lebih rapi. Tiang tiang PJU dicat merah, kuning dan hitam. Tidak ketinggalan lampion lampion menghiasi koridor jalan. Bola bola beton di Jalan Karet pun telah bersoklek dengan warna khas Pecinan, merah. Semua itu untuk mendukung wisata kuliner di Kembang Jepun.
Wisata kuliner, yang dibuka mulai pukul 17.30 hingga 22.00, memang terlihat marak di akhir pekan, seperti pada Minggu (18/9/2022). Becak hias pun disiapkan dengan trayek jalan Slompretan, Jalan Coklat, Jalan Karet dan Jalan Kembang Jepun.
Pada pembukaan 10 September 2022 Rumah Abu Han telah disiapkan sebagai obyek kunjungan wisata Pecinan. Publik bisa masuk dan melihat keaslian rumah berarsitektur Pecinan. Obyek ini sekaligus menjadi jujugan wisatawan, yang menikmati becak wisata dengan tarif 20.000.
Seorang pengunjung, Ika (70) yang asli jalan Coklat tetapi sudah pindah ke wilayah Surabaya Barat, berasa bernostalgia ketika memasuki Rumah Abu Han pada Minggu (11/9/2022) lalu. Melihat indahnya rumah itu, Ia pun berencana akan mengajak keluarga nya pada Minggu berikutnya (18/9/2022) untuk mengunjungi Rumah Abu Han.
Kira kira betapa kecewanya Ika dan keluarganya jika mereka benar benar datang ke Wisata Pecinan dan berkunjung ke Rumah Abu Han itu. Pasalnya, ternyata pada Minggu (18/9/2022) Rumah Abu Han tutup dan tidak menerima tamu, yang sedang berwisata di wisata Kembang Jepun.
Rumah Abu Han diketahui tutup pada Minggu (18/9/2022), ketika Ketua Bidang Usaha Wisata Begandring Soerabaia, Taufan Hidayat, bersama Ketua Begandring Nanang Purwono datang sore itu untuk konfirmasi kunjungan wisata beserta rombongan dari Pertukaran Mahasiswa Merdeka yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Karena tutup, maka Ketua Begandring menghubungi ahli waris Rumah Abu Han, Robert, untuk minta ijin agar bisa berkunjung dan masuk ke rumah Abu Han sore itu sebagai bagian dari tujuan program Pertukaran Mahasiswa Merdeka. Yaitu belajar sejarah dan budaya.
Mengetahui maksud dan tujuan kegiatan jelajah sejarah dan budaya yang dikelola oleh Begandring Soerabaia itu, Robert dengan senang hati mengijinkan rombongan mengunjungi Rumah Abu Han. Namun demikian, Robert menjelaskan bahwa sebenarnya dirinya telah membuat perjanjian dengan Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar), jika ada tamu yang akan berkunjung ke Rumah Abu Han, harus disertai dengan surat ijin yang dibuat Pemkot Surabaya yang selanjutnya ditujukan ke ahli waris Rumah Abu Han.
Atas seijin Robert, rombongan jelajah sejarah bisa masuk. Lantas bagaimana dengan tamu umum, seperti Ika, yang asli jalan Coklat, yang sudah berencana mengunjungi Rumah Abu Han bersama keluarganya?
Jika ada prosedur seperti yang disampaikan Robert, maka dapat dipastikan bahwa Ika dan keluarga gagal berkunjung ke Rumah Abu Han. Menurut Robert, Rumah Abu Han hanya dibuka selama dua hari pada Sabtu dan minggu (10-11/9/2022) lalu.
“Kami punya perjanjian dengan Pemkot jika ada tamu yang akan berkunjung ke Rumah Abu Han, maka harus bersurat ke Pemkot dan Pemkot akan bersurat ke kami”, jelas Robert.
Kunjungan Pertukaran Mahasiswa Merdeka
Sebanyak 120 mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, yang tergabung dalam rombongan Pertukaran Mahasiswa Merdeka, berwisata sejarah di kawasan Kota Tua Surabaya. Mereka mengikuti program perkuliahan di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
Dalam jelajah sejarah ini, mereka dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok mengunjungi satu Kampung Tua. Satu kelompok berkeliling Kampung Eropa. Satu lainnya mengunjungi Kampung Melayu (Jalur Rempah) dan satunya lagi mengunjungi Kampung Pecinan.
Masing masing kelompok dipandu oleh pemandu sejarah profesional yang dibantu oleh 3 krew dengan berseragam ala pejuang Surabaya. Kostum pejuang ini sengaja dikenakan untuk menambah atmosfir wisata sejarah, yang memang terkait dengan kisah dan sejarah perang Surabaya di tahun 1945.
Setiap kelompok berisi 40 Mahasiswa. Bagi mereka, kegiatan jelajah sejarah ini merupakan bagian dari materi pembelajaran tentang sejarah dan budaya Surabaya. Jelajah sejarah memberi pengalaman empiris dimana peserta bisa secara langsung mengobservasi obyek obyek sejarah dan budaya.
Ada keberagaman etnis di kawasan Kota Tua Surabaya, yang dapat diobservasi melalui karya arsitektur, kegiatan bisnis dan dagang serta keberadaan tempat tempat ibadah di kawasan Kota tua Surabaya.
Di Kampung Melayu dengan jejak Jalur Rempah misalnya memberikan potret perdagangan Rempah, yang masih eksis dari jaman ke jaman. Pasar Pabean dengan komiditas Rempah Rempah menjadi bukti bahwa rempah Rempah pernah ada di Surabaya dan masih ada hingga sekarang dan berpotensi akan tetap ada di Surabaya sebagai pusat perdagangan Rempah Rempah Nusantara.
Sementara kelompok yang menjelajah Kampung Eropa dapat “mencium” jejak asap terbakarnya mobil Brigadir AWS Mallaby di dekat Jembatan Merah, yang akibatnya, waktu itu, membuat Sekutu murka dan membombardir Surabaya dari darat, laut dan udara ketika pecah perang 10 November 1945.
Kelompok lain yang menapaki kawasan Pecinan dapat menyimak kehadiran marga Han yang berasal dari Lasem, Jawa Tengah. Dari silsilah keluarga Han terbaca bahwa marga, yang berasal dari Lasem ini, sudah ada sejak tahun 1673 Masehi.
Jelajah sejarah tidak hanya jalan jalan, tetapi di setiap pemberhentian terjadi proses pembelajaran interaktif, tanya jawab, bagai di dalam kelas. Mereka sangat antusias karena materi pembelajaran nya nyata. Belajar sejarah adalah mempelajari masa lalu, namun dengan jejak sejarah yang masih ada di Surabaya, jejak jejak sejarah itu bagai tangga dan lorong waktu menggapai masa lalu.
Diharapkan dari proses refleksi masa lalu ini dapat menjadi suatu proyeksi dalam menatap masa depan.
Jelajah sejarah Subtrack ini dimulai dari pk 15.30 hingga pk 18.00 yang selanjutnya, mereka bisa menikmati wisata kuliner Kembang Jepun.@Nanang