Oleh: Amang Mawardi
RELIJIUSITAS adalah sikap yang merujuk pada tingkat keimanan, kesalehan, dan pengamalan ajaran agama seseorang.
Orang yang memiliki relijiusitas tinggi biasanya menunjukkan komitmen yang kuat terhadap keyakinan agamanya dan pengamalan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Premis di atas agaknya sepadan dengan puisi berjudul ‘Magrib’ yang terdapat pada halaman 35 buku kumpulan puisi Bicaralah yang Baik-Baik karya penyair M. Rohanudin.
Ketika seseorang sampai pada sikap sebagaimana hal tersebut, maka yang kita jumpai adalah tunduk, tawadu’, akan keagungan yang dipancarkanNYA.
Mari kita perhatian puisi tiga baris ini :
MAGRIB
ketika senja mulai membungkuk di tubuh bumi
kau lebih dari yang kuduga
kami bersujud di atas AlifMu
Kenapa Rohan memberi judul puisi ini ‘Magrib’ ? Di “titik” ini, biasanya manusia mulai menyadari eksistensi –kelebihan dan kekurangannya– mengakui dosa akan kesalahan yang diperbuat selama hidup.
Dan itu Rohan buka dengan baris yang sarat majas : ketika senja mulai membungkuk di tubuh bumi.
‘Magrib’ dimetaforakannya sebagai membungkuk di tubuh bumi. Wow! Penggambaran ‘ketundukan’ yang indah di senja usia!
Dan pada baris _kau lebih dari yang kuduga_ adalah keterkejutan yang selama ini boleh jadi tak disadari atas proses perjalanan kesadaran manusia.
Saat usia mendekati uzur –memasuki Magrib– maka manusia tersentak akan situasi dan kondisi yang melingkupinya.
Sebelum benar-benar terlambat, maka kami bersujud di atas AlifMu.
Sikap tunduk, tawadu’, itu –karena proses berjalannya waktu yang menyertakan moral dan etika yang bersumber dari ajaran agama– dalam kehidupan sehari-hari.
Kalimat _kami bersujud di atas AlifMu_ memiliki makna yang dalam : spiritualistis. Dalam konteks ini, mungkin
AlifMu bisa diartikan sebagai “Tuhanmu” atau “Allahmu”, dengan Alif sebagai simbol Keesaan Tuhan.
Hal ini mengarah kepada ungkapkan kesyukuran, penghormatan, atau pengabdian kepada Allah SWT.
Dalam ibadah atau ritual keagamaan, sujud adalah tanda penghormatan, kesyukuran, dan pengabdian kepada Tuhan. Kalimat itu digunakan dalam konteks doa, pujian, atau penghayatan relijiusitas.
Dan Rohan mengungkapkannya dengan rasa syukur yang begitu dalam.@
*) Wartawan senior dan penulis buku