Bahu Laweyan #11

Hilangkan Kutukan, Menikahi Orang Sakti

Oleh: Jendra Wiswara

Nunuk trauma. Sudah empat orang meninggal selama menjadi suaminya. Hanya Bayu yang beruntung nyawanya bisa diselamatkan.

Harapan Nunuk menikah lagi sangat kecil. Perempuan bahu laweyan itu tidak tega menyaksikan pasangannya selalu mati. Yang terakhir, Pak Bondo, justru mati di sampingnya.

Berbagai cara ditempuh untuk menghilangkan kutukan dalam dirinya. Namun sia-sia. Nunuk bahkan kerap mendatangi orang-orang pintar. Semua angkat tangan. Tampaknya ilmu mereka masih kalah dari makhluk jahat yang bersemayam di tubuh Nunuk.

Terakhir, Nunuk datang ke kediaman paranormal di Banyuwangi. Kabarnya, orang tersebut ampuh. Punya 1001 cara untuk menyembuhkan berbagai persoalan non medis.

Nunuk percaya.

Ki Rogo Jampi namanya. Pasiennya banyak. Saben hari ada saja pasien yang datang. Nama Ki Rogo Jampi moncer.

Kediamannya terpencil. Masuk hingga pelosok. Jauh dari perkampungan. Suasananya benar-benar asri sekaligus menyeramkan di malam hari.

Untuk sampai ke tempat itu, Nunuk harus menerobos perkampungan dan keluar masuk alas.

Meski nama Ki Rogo Jampi terkesan tua, namun usia Ki Rogo Jampi sebenarnya masih muda. Kira-kira 45 tahun.

Di tangan Ki Rogo Jampi, Nunuk yakin kutukan bahu laweyan bisa dihilangkan.

Keyakinan Nunuk itu didasari saat pertemuan pertama dengan Ki Rogo Jampi. Saat itu Ki Rogo Jampi bisa menebak tujuan kedatangan Nunuk.

“Kamu bahu laweyan!” Seru Ki Rogo Jampi.

“Iya, Ki. Saya ke sini mau menghilangkan kutukan. Apa bisa?”

Ki Rogo Jampi terdiam sejenak. Duduk bersila. Matanya terpejam. Seolah-olah sedang menerawang. Mulutnya komat-kamit. Tampaknya sedang berkomunikasi. Entah dengan siapa. Sebab setelah itu, kepalanya manggut-manggut. Seperti mengiyakan sesuatu.

Lalu meluncurlah dari mulutnya. “Aku bisa mengobati kutukanmu. Tapi syaratnya berat!”

“Apa itu Ki?” Tanya Nunuk.

“Kamu harus menikah denganku.”

Sontak, kata-kata itu membuat Nunuk kaget. Dia tidak menyangka dengan permintaan Ki Rogo Jampi. Padahal, Nunuk datang ke Banyuwangi untuk berobat bukan menikah.

“Saya benar-benar kaget dengan permintaan Ki Rogo Jampi. Tapi saya juga ingin sembuh dari kutukan. Saya ingin hidup normal.”

Nunuk belum bisa menjawab permintaan Ki Rogo Jampi. Dia masih penasaran dengan permintaan menikah tersebut.

“Mengapa aku harus menikah dengan Ki Rogo Jampi. Bukankah aku seorang bahu laweyan. Sudah empat orang meninggal gara-gara aku, Ki!” Seru Nunuk, berharap Ki Rogo Jampi mengurungkan niatnya.

“Hanya dengan menikahimu aku bisa menghilangkan kutukanmu. Selain itu, tidak bisa. Bahu laweyan tidak mempan padaku,” Ki Rogo Jampi membanggakan kesaktiannya.

Sejenak Nunuk berpikir. Sesekali dia mencuri pandang ke lawan jenisnya. Tatapan mata Nunuk dibalas Ki Rogo Jampi. Tampaknya mulai ada tanda-tanda keterikatan di antara mereka.

Nunuk sendiri tidak sempat berpikir apakah Ki Rogo Jampi benar-benar orang sakit seperti yang dikabarkan orang-orang atau sekedar paranormal cabul.

Tidak. Nunuk hanya berpikir pengobatan dirinya. Agar dia segera lepas dari bayang-bayang makhluk jahat dalam tubuhnya.

Melihat kemampuan Ki Rogo Jampi yang berhasil menebak bahu laweyan, hal itu membuat keyakinannya menjadi mantap. Kesan pertama memang menggoda. Bahwa perempuan itu bersedia menyerahkan segalanya demi kesembuhan.

“Jujur, saya tidak pernah ragu dengan kemampuan Ki Rogo Jampi. Kesan pertama bertemu telah membuat keyakinan saya kuat. Saya tidak tahu Ki Rogo Jampi tahu darimana bahwa saya perempuan bahu laweyan. Sekedar menebak. Entahlah. Tapi tebakannya jitu. Itu yang membuat saya percaya padanya. Semua demi kesembuhan.”

Sebelum menerima permintaan Ki Rogo Jampi menjadi istrinya, Nunuk sempat menanyakan status pria tersebut.

Ki Rogo Jampi menjawab statusnya seorang pria beristri. Dan, rupanya Ki Rogo Jampi diam-diam juga menikahi banyak perempuan yang menjadi pasiennya. Alasannya untuk pengobatan. Namun semua pasien yang dinikahinya rata-rata perempuan muda. Hal itu diketahui Nunuk belakangan setelah dia menikahi Ki Rogo Jampi.

***

Nunuk akhirnya bersedia menikah. Ini adalah pernikahan keenam baginya. Sementara bagi Ki Rogo Jampi, entah sudah ke berapa kalinya.

Pernikahan Nunuk dengan Ki Rogo Jampi tidak umum. Mereka menikah disaksikan makhluk gaib.

Ya, sebelum Ki Rogo Jampi menjamah tubuh Nunuk, dia sempat mengkalungkan sebuah tali kain kuning di leher calon istrinya. Tak lama kemudian membakar menyan. Mulutnya mulai komat-kamit seperti sedang memanggil sesuatu.

“Hari ini aku nikahi kamu dengan disaksikan para makhluk halus di rumah ini. Aku jadikan kamu istriku,” kata Ki Rogo Jampi.

Nunuk hanya diam. Mendengar kata-kata ‘makhluk halus’, Nunuk menundukkan kepala. Tidak berani mendongakkan kepala, apalagi melihat sekelilingnya. Dia takut kata-kata Ki Rogo Jampi itu benar adanya.

“Baiklah. Sekarang kamu sudah menjadi istriku,” kata Ki Rogo Jampi.

Dalam hati Nunuk berteriak, “Pernikahan macam apa ini!”

Sayangnya Nunuk tidak mampu berontak. Dia sudah terlanjur percaya pada Ki Rogo Jampi.

“Kamu sekarang ikut aku ke belakang. Kamu harus segera dimandikan kembang tujuh rupa. Ini untuk mensucikan tubuhmu,” perintah Ki Rogo Jampi.

Hari menjelang sore. Pasien-pasien Ki Rogo Jampi dipersilahkan pulang. Karena sang paranormal sedang mengobati pasien berat dan butuh waktu lama. Hal itu disampaikan Ki Rogo Jampi pada cantriknya.

Suasana rumah mendadak sepi. Nunuk dibawa Ki Rogo Jampi ke kamar mandi di belakang rumah. Kamar mandi itu terbuat dari anyaman bambu. Atapnya tidak ada alias terbuka.

Sebelum mandi, Nunuk disuruh ganti pakaian dengan kain kemben yang sudah disiapkan.

“Kamu ganti ini. Sekarang. Aku tunggu.”

Nunuk minta izin ganti ke kamar lain, namun buru-buru dicegah Ki Rogo Jampi.

“Tidak usah. Kamu ganti di sini saja. Aku kan sudah menjadi suamimu.”

Ki Rogo Jampi tidak sabar melihat tubuh Nunuk.

Satu persatu pakaiannya dilepas. Yang tersisa pakaian dalam. Ki Rogo Jampi meminta agar seluruh kain dilepas.

Nunuk sebenarnya malu telanjang di depan laki-laki yang baru dikenalnya. Meski sudah dinyatakan sebagai istri abal-abal, tetap saja pernikahan dengan cara disaksikan makhluk halus adalah pernikahan aneh.

“Ki Rogo Jampi menyuruh saya untuk telanjang. Katanya agar prosesi mandi kembang tidak memiliki halangan. Saya manut. Tapi juga malu. Apalagi telanjang di depan orang yang baru kenal.”

Nunuk akhirnya melepas kain terakhir yang menempel di tubuhnya. Melihat pemandangan itu, jakun kelelakian Ki Rogo Jampi naik turun. Baru kali ini Ki Rogo Jampi melihat perempuan rupawan, berkulit kuning, mulus, dan seksi, telanjang di depan dirinya.

Kemolekan Nunuk membuat Ki Rogo Jampi tidak bisa fokus pada pengobatan. Dia memandang seluruh lekuk tubuh Nunuk tanpa berkedip.

“Ki, aku tutup dengan kain ya,” sahut Nunuk.

Ki Rogo Jampi tidak menjawab. Mulutnya komat-kamit dengan tetap memperhatikan tubuh Nunuk. Pura-pura dia tidak terpesona. Sebetulnya gairah kelelakiannya mulai tidak bisa diajak kompromi.

Ki Rogo Jampi meminta Nunuk berbalik. Tampak bahu kiri Nunuk terdapat tompel atau tahi lalat. Ya, itu ciri-ciri bahu laweyan.

Di punggungnya juga terdapat semacam lubang mirip lesung pipit. Itu juga menjadi ciri-ciri bahu laweyan.

Ki Rogo Jampi mendekat. Lalu menyentuh tahi lalat di bahu Nunuk. Setelah itu turun ke bawah, mendekati lubang di punggungnya.

“Tompel ini dan lubang di punggung adalah tanda-tanda bahu laweyan. Kamu memang seorang bahu laweyan,” kata Ki Rogo Jampi sembari matanya tidak berkedip meyaksikan pemandangan indah tersebut.

 “Iya Ki,” Nunuk membalas lirih dengan nada malu-malu.

Kemudian Ki Rogo Jampi menyuruh Nunuk berbalik. Kali ini keduanya saling berhadap-hadapan. Mata Ki Rogo Jampi mulai menjalar tidak karuan. Nunuk yang dalam kondisi telanjang telah membuyarkan konsentrasi pria tersebut.

“Ini ada lagi. Tahu lalat di atas kemaluan,” Ki Rogo Jampi meraba dan memegang tahi lalat itu.

“Ki, terus sekarang bagaimana?” Nunuk membuyarkan lamunan Ki Rogo Jampi.

“Sekarang pakai kain kemben itu,” perintahnya.

[bersambung]

bahu laweyancerbungcerpen
Komentar (0)
Tambah Komentar