Oleh: Asyari Usman
SUMUR resapan (sures) tangkal banjir yang dibuat secara masif oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, memang pantas dikritik. Sebab, sumur resapan itu hanya berfungsi untuk menyerap air. Tidak bisa digunakan untuk menyerap kotoran.
Ini yang menjadi masalah. Seharusnya sumur resapan itu bisa juga berperan untuk menyedot kotoran-kotoran yang keluar dari kepala orang-orang yang melihat sumur resapan itu sia-sia.
Itu yang membuat para penentang sures, baik yang berada di tempat-tempat resmi maupun yang berada di dunia maya, terus-menerus meributkan proyek yang rasional ini. Mereka sengaja mencari kelemahan sures. Dan tidak mungkin produk manusia tanpa kelemahan.
Karena itu, Pak Gubernur perlu mempertimbangkan modifikasi desain sures yang telah dibuat. Seharusnya bisa dilakukan. Misalnya, di semua sures dipasang antena yang bisa tersambung secara otomatis ke otak-otak yang banyak kotorannya melalui frekuensi khusus. Dengan begini, sampah yang ada otak-otak kotor di wilayah Jakarta bisa tersedot. Sehingga kemudian otak-otak yang telah disedot kotorannya itu akan memberikan penilaian yang bersih terhadap kerja keras Anies.
Kalau modifikasi tak mungkin dilakukan, bisa juga dibuatkan kios-kios penyedotan kotoran otak. Di sebar sebanyak mungkin di konstituen otak kotor. Pak Gubernur bisa melibatkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan juga PDIP DKI. Mereka tentu punya peta lengkap pemilik otak kotor.
Kios-kios otak kotor itu nanti dapat pula difungsikan sebagai “stasiun rehabilitasi” pemikiran yang selama ini didominasi oleh kedengkian. Bisa pula dijadikan tempat kursus singkat tentang cara melihat hal-hal yang bagus dan bermanfaat.
Ini memang menambah pekerjaan Anies. Tapi, yakinlah, penyediaan stasiun pembersihan otak kotor akan menghasilkan dampak positif jangka panjang. Kalau tidak bisa semua, paling tidak sebagian besar otak kotor bisa bersih kembali. Bisa dipakai untuk kebernasan berpikir.
Cuma, Anies harus jeli meluncurkan modifikasi sures atau penyediaan kios-kios otak kotor. Jangan sampai kontrak kerjanya jatuh ke tangan orang-orang yang berotak bersih.
Biarkan para otak kotor mengerjakan proyek pembesihan otak mereka. Supaya mereka tidak lagi menyalahkan Pak Gub seandainya sures yang dimodifikasi atau kios-kios baru pembersih otak kotor yang mereka kerjakan sendiri itu, tak berfungsi.
Mudah-mudahan proyek ini bisa terlaksana sesegera mungkin. Agar DKI Jakarta bebas dari kotoran otak orang-orang yang memusuhi kebaikan.[]
*) Penulis wartawan senior