Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Cinderella Tapi Bukan Upik Abu #3

Cerbung

Oleh: Vyra Fame

KEESOKAN harinya aku dan om Wira bertemu di cafe Kolombia. Aku yang lebih dulu sampai meminta ruang vip kepada pelayan cafe. Ya, di sini memang meyediakan ruang vip bagi tamu yang memerlukan ruang khusus supaya tidak terganggu.

Kuambil gawaiku dan aku menekan nomor om Wira.

“Hallo om, aku udah sampai nih, om dimana?”

“Om masih di jalan, paling 10 menit lagi sampai.”

“Oke aku tunggu ya om, o iya, aku di ruang vip ya om, biar lebih enak ngobrolnya.”

“Siap meluncur,” sahut om Wira.

“Oke om hati-hati, bye.” klik, gawai kumatikan.

Setelah beberapa saat menunggu akhirnya om Wira sampai.

“Maaf ya nunggu lama, tadi ada urusan sedikit jadinya telat.” ujar om Wira.

“Gak apa om, Nadia juga gak buru buru, om mau pesen apa?”

“Om pesen minum aja, tadi om udah makan.”

“Oke.”

Sembari menunggu pesanan datang aku dan om Wira membahas semua yang sempat tertunda.

“Ehm… jadi gimana? kamu udah siap nerusin usaha orangtua kamu. Kamu itu anak tunggal jadi kalau bukan kamu yang mengurus lalu siapa lagi? kalau om ini udah tua Nadia, udah waktunya istirahat,” ujar om Wira.

“Setelah dipikir pikir memang Nadia harus turun tangan untuk melanjutkan usaha usaha ayah dan ibu om, Nadia gak mau usaha yang susah payah dibangun ayah dan ibu hancur karena orang-orang gak tau diri seperti tante Sinta dan Bella.”

“Ok jadi mulai lusa kamu sudah mulai masuk ya Nad, nanti semua orang dikumpulkan dan akan om umumkan kalau kamulah pemilik yang sebenrnya.”

“Oke, om atur aja, Nadia udah siap kapanpun harus turun.” jawabku sembari tersenyum.

“Oh iya Nadia, sebenarnya om mau menyampaikan ini dari dulu, tapi om urungkan karena melihat kondisi kamu yang sempat down.”

“Emang ada apa om?” tanyaku penasaran.

“Sebenarnya om curiga sama ibu dan saudara tirimu soal meninggalnya ibumu yang secara tiba tiba dan juga ayahmu. Karena begitu ibumu meninggal tidak lama si Sindi itu masuk ke kehidupan ayahmu padahal om tadinya juga gak tau mereka itu siapa. Darimana ayahmu bisa kenal mereka dan kenapa tiba tiba ayahmu menikah dengan mereka, dan lagi om sempat dengar ibu tirimu berbicara sama orang di telepon, dia sempat menyebutkan soal bayaran karena sudah berhasil mengerjakannya. Hanya itu aja yang om dengar makanya om juga masih ragu apakah benar mereka seperti itu.” aku terkejut mendengar penuturan om Wira, karena sebenarnya aku juga memikirkan demikian.

“Om juga berpikiran begitu? Nadia juga sempat berpikiran begitu om, tapi Nadia gak punya bukti kalau mereka penjahat. Tapi kenapa om gak bilang sama Nadia dari dulu kalau mencurigai kalau mereka dalang kematian ayah dan ibu?”

“Waktu itu kan kondisi kamu down karena kepergian orangtuamu, om takut kalau om cerita waktu itu akan mempengaruhi kondisi kamu dn semakin down.”

“Huhft, iya juga sih om.” kuhembuskan nafas berat untuk mengurangi kepenatan hati dan otak.

“Jadi gimana selanjutnya menurut kamu Nad?”

“Aku akan cari tahu dulu om tentang semuanya, aku akan cari bukti tentunya, dan ketika bukti sudah terkumpul akan kupastikan mereka mendekam di penjara seumur hidup.”

Selagi aku dan om Wira sedang berbincang sembari menikmati pesanan yang sudah datang, tanpa sengaja aku melihat Bella juga ada di cafe ini. Dia duduk di sana bersama seorang pria. Aku tidak bisa mlihat jelas pria itu karena posisinya membelakangi tempat aku duduk.

Ya, ruangan yang aku pesan juga ada kaca satu arah, terlihat dari dalam tapi tidak akan terlihat jika dari luar. Jadi aku bisa melihat siapa siapa saja yang ada di lur ruangan yang aku pesan.

Karena penasaran aku pun ingin menghampiri Bella.

“Om, Nadia mau ke toilet sebentar ya, om tunggu di sini dulu gak apa apa kan?”

“Iya tidak apa, kamu pergilah, om tunggu di sini.”

Setelah aku keluar ruangan aku mendekati meja Bella, tapi aku tidak menampakkan diri, aku bersembunyi di balik tembok dekat mejanya, karena memang posisi meja Bella yang mepet tembok.

Entah kenapa aku merasa kalau aku harus mengetahui apa yang dilakukan Bella. Padahal sebelumnya aku masa bodoh dengan apa yang dilakukannya. Tak lupa juga kukeluarkan gawaiku untuk merekam pembicaraan mereka.

“Sayang, jadi gimana rencana kita untuk menyingkirkan Nadia, aku udah gak sabar mau menikmati semuanya tanpa ada embel-embel nama dia, dan tentunya mau menikah sama kamu juga.” ujar Bella.

Mataku membulat mendengar namaku disebut Bella, dan aku semakin terkejut ketika mendengar suara pria itu, karena sepertinya aku mengenalnya. Aku tajamkan lagi pendengaranku.

“Sabar dong sayang, kita harus cari waktu yang tepat untuk melakukan rencana kita menyingkirkan saudara tiri kamu itu. Kalau perlu seluruh keluargnya kita singkirkan juga biar nantinya gak ada yang mengganggu milik kita.” ujar si pria itu.

“Iya, tapi kapan, pokoknya jangan lama-lama. Kalau nanti semuanya udah beres aku mau mengdakan pesta mewah sayang.” ujar Bella manja, dia memberikan senyum manjanya yang membuatku mau muntah melihatnya, sok manis.

“Tenang aja sayang, pokoknya kalau udah beres semuanya, apapun yang kamu mau akan aku berikan, tapi jangan lupa pelayanan kamu harus tambah dahsyat.” ujar pria itu.

“Apa benar dia… ah aku akan memastikannya sendiri, aku gak mau suudzon.” gumamku.

Dengan sekali langkah aku mendekati meja Bella, betapa terkejutnya Bella mendapatiku yang tiba-tiba menghampirinya, tapi aku tak kalah terkejutnya karena ternyata aku tidak salah dengan dugaanku.

“Kamu…?”

Pria itu menoleh dan sama terkejutnya juga denganku karena aku dan dia saling kenal, karena memang pria itu adalah…

Siapakah dia?[Bersambung]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...