Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Cinderella Tapi Bukan Upik Abu #4

Oleh: Vyra Fame

DENGAN sekali langkah aku mendekati meja Bella, betapa terkejutnya Bella mendapatiku yang tiba-tiba menghampirinya, tapi aku tak kalah terkejutnya karena ternyata aku tidak salah dengan dugaanku.

“Kamu…?

Pria itu menoleh dan sama terkejutnya juga denganku karena aku dan dia saling kenal, karena memang pria itu adalah…

“Andre…” terbelalak aku melihat pria yang ada di depanku, meskipun aku tadi sudah menduga-duga tapi tetap saja tidak menghilangkan keterkejutanku.

“Nadia…” gumam Andre tapi aku masih bisa mendengarnya.

Ya, dia Andre, laki-laki yang sempat ayah jodohkan denganku sebelum ayah meninggal.

Tapi aku sempat menolak karena aku memang kurang suka begitu melihat Andre pertama kali. Entahlah seperti ada hal yang tidak bisa aku jelas kan kenapa aku tidak menyukainya, padahal kami baru saja bertemu, tapi demi menghormati ayah aku tetap menerima perkenalan itu, meskipun aku belum mengiyakan tawaran ayah untuk menikah dengan Andre.

Tapi kini seolah Tuhan menunjukkan kepadaku kalau apa yang selama ini aku bingungkan tentang aku tidak suka terhadap Andre rupanya karena hal ini.

Yah, Andre sama jahatnya dengan Bella dan tante Sindi, dan tentu saja aku sudah sangat yakin tidak akan menerima Andre menjadi suamiku. Buatku dia seorang bermuka dua, baik bak malaikat di depanku dan ayah rupanya di belakang dia ular yang siap mengeluarkan bisanya untuk menyerang musuh.

Aku tidak menyangka kalau hari ini aku akan mendapatkan dua kejutan, kejutan dari Bella dan Andre.

“Jadi seperti ini kelakuan kamu.” ujarku sembari tersenyum sinis.

“Pantas saja selama ayah mengenalkanmu padaku ada rasa ketidaksukaan ku terhadapmu, rupanya kau sekongkol dengam perempuan benalu ini.” tunjukku kepada Bella, sedangkan Bella kulihat mukanya memerah entah malu atau marah karena ku sebut benalu.

“Nadia aku bisa menjelaskan semuanya, ini tidak seperti apa yang kamu fikirkan.” iba Andre berusaha merayuku, tapi aku tentu saja tidak akan termakan rayuannya.

“Memangnya kamu tahu apa yang aku fikirkan? Kalian berdua memang cocok, yang satu benalu yang satu munafik.”

“Nad, tolong dengarkan penjelasan aku dulu.” Andre berusaha memegang tanganku tapi tangnku langsung aku tarik.

“Jangan berani kau sentuh-sentuh aku, tak sudi aku disentuh orang sepertimu, mau jelaskan apa? Kau mau jelaskan kalau kau dan dia sedang membuat rencana untuk menyingkirkanku, begitu?” tunjukku tepat di depan muka Bella. Mereka terkejut karena aku tahu rencana mereka yang ingin menyingkirkanku.

“Hati-hati kalian bermain-main denganku, tak akan segan aku membuat hancur hidup kalian.”

Ketika hendak meninggalkan meja Bella dan Andre, Bella memanggilku.

“Nadia…” aku berhenti

“Aku tidak takut terhadap ancamanmu, lihat saja besok kamu pasti aku hancurkan.” ujar Bella dengan tingkat kepedean yang tinggi dan aku akui itu.

Aku menoleh dan menaikkan satu bibirku.

“Gak salah kamu ngomong begitu? Jangan kepedean kamu, uang yang kamu dan tante Sindi gunakan itu uang orangtua aku dan sekarang menjadi milik aku. Kamu itu cuma numpang jadi gak usah sok menjadi orang paling berkuasa. Hati-hati kamu bicara begitu padaku, belum lagi kalian menyingkirkanku, ku pastikan kalian tinggal nama, dan kau Andre, jangan pernah dekati aku lagi, aku tidak mau sama lelaki suka obral janji, itu menjijikkan buatku, cuihhhh.” ujarku sembari meludahi lantai dekat mereka.

“Dan kamu lupa Bella, kalau aku punya banyak uang yang tentunya bisa melakukan apapun, jangan kamu fikir aku ini lemah yang hanya bisa menangis memohon sama kalian, jangan mimpi!”

Bella dan Andre hanya terdiam mendengarkan ucapanku, mungkin mereka masih shock karena aku yang tiba-tiba mendatangi mereka.

Akupun berlalu dari hadapan mereka, dan kembali menghampiri om Wira yang masih ada di ruangan.

“Maaf om nunggu lama.” ujarku sembari menghempaskan tubuhku ke sofa di ruangan itu.

“Kamu kenapa Nad kok mukanya kusut begitu.” sahut om Wira keheranan yang melihatku masih emosi.

“Huh, gimana gak emosi om, aku tadi melihat Bella sama Andre lagi ngedate.”

Wajah om Wira seketika bingung karena beliau memang hanya sekali bertemu dengan Andre waktu ayah ngundang acara makan malam keluarga andre juga keluargaku.

“Maksud kamu Andre yang mau ayah kamu jodohkan sama kamu?”

“Siapa lagi om kalau bukan dia, dan yang lebih ngeselinnya ternyata mereka itu sekongkol om.”

Kemudian aku ceritakanlah apa yang aku dengar disana tadi, kemudiam aku menunjukan vidio yang sempat aku rekam tadi ke om Wira.

Mata om Wira membulat mendengar penuturanku dan melihat rekaman itu.

“Om tidak menyangka kalau orang yang keliatannya baik dan sopan seperti Andre akan tega berbuat seperti itu.”

“Itulah om, sebenarnya dari awal aku memang kurang yakin sama Andre, tapi aku belum punya alasan untuk menolaknya karena selama ini dia terlihat baik, tapi setelah kejadian ini tentu saja aku gak sudi menikah sama orang seperti itu.”

“Iya kamu benar Nad, o iya Nad, apa gak sebaiknya rumah kamu pasangi dengan kamera cctv, biar semua kegitan yang dilakukan ibu dan saudars tiri kamu terpantau dan terekam, bisa saja nanti kita menemukan bukti yang kita cari.”

“Nadia juga sudah memikirkan itu om, memang rencanaya Nadia mau masang itu di rumah, mungkin lusa om, aku cari waktu dulu, nunggu mereka gak ada di rumah baru aku pasang.”

“Atur aja sebisa kamu, kamu kan sekarang sudah besar sudah bisa mengatasi semuanya, kalau kamu membutuhkan bantuan kamu telepon om saja, insyllah om siap membantu.”

“Iya om, makasih banget, om udah sayang sama aku seperti anak sendiri, dan aku udah anggap om sebagai pengganti ayah.”

“Selagi om bisa pasti om bantu, biar gimanapun kamu adalah keponakan satu-satunya om, ayahmu sangat berjasa dalam hidup om, dan sekarang om hanya bisa membalasnya dengan menyayangimu dan menganggapmu seperti anak om sendiri.”

Aku tersenyum lega mendengar penuturan om Wira, merasa beruntung karena masih ada orang yang sayang sama aku dengan tulus.[Bersambung]

Komentar
Loading...