Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Cinderella Tapi Bukan Upik Abu #8

Cerbung

Oleh: Vyra Fame

“DASAR tidak tahu malu, apa tante lupa, rumah dan semua harta benda ini milik orangtuaku dan tante tidak ada campur tangan apapun di dalam nya dan lagi aku anak satu satunya, jadi mutlak ini semua milikku, kalian itu cuma numpang, jadi tau dirilah sedikit, setidaknya jika tante tidak menyukaiku tapi jadilah manusia yang berguna, bukan seperti benalu yang siap menghabisi dan menghancurkan tuan rumahnya, ingat itu, kalau kalian menginginkan sesuatu, berusaha dan bekerja, bukan dengan meminta dan memaksa.” ucapku berlalu meninggalkan mereka.

***

Pagi sudah menyapa, dan aku sudah bersiap siap untuk berangkat ke kantor. Ya, lebih tepatnya kantor ayahku. Mulai hari ini akulah yang akan meneruskan usaha ayah ini. Aku tidak mau usaha yang sudah dibangun kedua orangtuaku akan habis begitu saja di tangan orang orang tak berguna.

Tidak banyak drama pagi ini, pun dengan pagi pagi sebelumnya, karena kedua parasit itu jika pagi mereka belum bangun, jadilah aku selalu merasa tenang jika di waktu seperti sekarang ini.

Selesai sarapan aku pun bergegas menaiki mobil dan meninggalkan rumahku itu, kunikmati perjalanan yang tidak terlalu macet ini.

Usaha awal yang orangtuaku rintis adalah bidang kuliner. Kami menggunakan sistem franchise, akan mendapat keuntungan ketika ada yang ingin bergabung, dengan sistem pembagian hasil 70/30, dan saat ini usaha franchise yang kami buka totalnya sudah mencapai 200 cabang di berbagai daerah.

O iya selain membuka usaha kuliner dengan sistem franchise orangtuaku juga membuka usaha penjualan mebel dan sudah menjadi toko mebel terbesar di kota ini.

Selain itu orangtuaku juga merambah bisnis jual beli tanah perumahan, jika ada yang berminat dan memesan rumah dengan sistem cash maupun kredit barulah kami membuatkan permintaan konsumen, kami memang sengaja tidak membuatkan langsung seluruh rumah seperti developer yang lain, karena menurut ayah jika rumah sudah dibuatkan tapi ternyata rumahnya tidak laku maka akan rugi karena sudah pasti rumah yang tidak di tinggali akan cepat lapuk dan rusak.

Tidak terasa mobilku pun sudah berada di parkiran gedung perkantoran, awalnya orangtuaku menyewa tempat untuk pusat usahanya di ruko milik orang, dan di sulap ruko kosong itu menjadi kantor, tapi setelah perkembangan usaha makin pesat ahirnya jadilah ayah dan ibu membeli tanah yang sekarang sudah berdiri gedung bertingkat ini.

Setelah turun aku berjalan masuk ke dalam gedung, di sana aku sudah di sambut sama om Wira dan semua karyawan sudah berkumpul.

“Baiklah karena semuanya sudah berkumpul, maka saya selaku yang di amanahkan oleh almarhum bapak Hadi wijaya, akan mengumumkan kalau mulai hari ini yang akan menjadi direktur sekaligus pemilik sah perusahaan ini adalah Nadia putri wijaya, putri satu satunya dari almarhum bapak hadi wijaya.

Prok prok prok, terdengar para karyawan begitu antusias dengan pengumuman singkat ini.

“Semoga kalian betah bekerja di bawah kepemimpinan saya ya, mohon untuk kerjasamanya, silahkan kalian bekerja kembali dan untuk sekretaris silahkan masuk ke ruangan saya.”

“Baik bu.” jawab mereka serempak.

Aku, om Wira dan mbak sekretaris yang ternyata bernama Intan memasuki ruangan khusus pimpinan.

“Intan, saya minta tolong kamu ajarkan semua yang berkaitan dengan usaha usaha kita ini pada Nadia, dan kamu Nadia saya harap kamu cepat mengerti dan menguasai tentang usaha kita.”

“Baik om, insyaallah saya akan memajukan usaha ayah dan ibu, aku janji tidak akan mengecewakan mereka.”

“Om bangga sama kamu Nad, kamu gadis yang tegar.” ucap om Wira menepuk bahuku.

“Terimakasih om, selama ini sudah mebantu Nadia.” om Wira hanya mengangguk.

“Ya sudah kalau begitu om pulang dulu, kamu kalau ada apa apa bisa hubungi om, selamat belajar dan selamat bekerja.” aku mengangguk sembari tersenyum.

***

Setelah kepergian om Wira, aku meminta bantuan Intan untuk mengajariku mengenai semua tentang perusahaan, penjelasan dari Intan cukup mudah di pahami hingga tak membutuhkan waktu yang lama akupun sudah menguasai semuanya.

“Intan terimakasih kamu sudah memberikan pengarahan untuk saya, o iya saya ada penawaran sama kamu.”

“Penawaran apa bu?”

“Kamu bekerja di kantor ayah sudah berapa lama?”

“Sudah 7 tahun bu.”

“Lumayan ya, gini saya mau minta kamu untuk jadi asisten pribadi saya, jadi semua yang berkaitan dengan saya kamu pun harus turut serta membantu, nanti tentu saja gaji kamu akan saya naikkan dua kali lipat.”

Mendengar itu ku lihat mata Intan berbinar, karena dari info yang ku tahu dari om Wira, Intan ini menjadi tulang punggung keluarganya. Dia masih memiliki adik yang harus dibiayai sekolahnya. Ibunya seorang janda dan lumpuh karena stroke. Makanya dia menjadi wanita pekerja keras demi membahagiakan ibu dan adiknya. Dan lagi kata om Wira, Intan ini orangnya sangat disiplin dan loyalitasnya terhadap perusahaan sangat tinggi. Itu alasan kenapa aku menjadikan dia asisten, aku yakin dia dapat membantuku menyelesaikan semua urusanku.

“Gimana dengan penawaran saya, apa kamu bersedia??”

“Saya bersedia bu, terimakasih sudah mempercayai saya.”

“Dan lagi aku minta kamu kalau di luar pekerjaan tidak usah memanggil saya ibu, karena usia saya jauh di bawah kamu, dan satu lagi, tolong carikan saya bodyguard dua orang.”

“Baik bu, ada lagi bu?”

“O iya saya lupa, tolong mintakan laporan keuangan satu tahun terakhir, terhitung semenjak meninggalnya ayah saya, saya mau lihat.”

“Baik bu, segera saya siapkan, saya permisi dulu.”

“Terimakasih.” ucapku tersenyum, dan Intan meninggalkan ruanganku.

“Tante Sindi, Bella, setelah ini kalian akan terima konsekuensi dari perbuatan yang kalian lakukan.” gumamku dalam hati sembari tersenyum sinis.[bersambung]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...