Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Desa Bedanten Kaya Sejarah

Bedanten yang kala itu masih bernama Madanten menjadi persinggahan terakhir sebelum keluarga Raja menyeberangi Selat Madura.

REKAYOREK.ID Sebuah aksi pengarungan sungai Bengawan Solo, yang dimulai dari hulu hingga hilir, berakhir di desa Bedanten, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik pada 14 Agustus 2022. Bukan tidak ada alasan mengapa pengarungan untuk menapaktilasi peradaban Majapahit ini berhenti dan berakhir di desa Bedanten.

Bedanten adalah salah satu nama desa di tepian Bengawan yang tercatat dalam prasasti Canggu yang dikeluarkan oleh Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit pada 1358 M. Nama Bedanten juga tercatat dalam Babad Madura (1833) yang mengisahkan tentang perjalanan keluarga Kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat ke Masdura untuk menemui keluarga kerajaan Madura. Bedanten yang kala itu masih bernama Madanten menjadi persinggahan terakhir sebelum keluarga Raja menyeberangi Selat Madura.

Di desa Bedanten, dalam rangka menyambut kedatangan aksi pengarungan Bengawan dalam rangka menapaktilasi peradaban Maritim Majapahit, diadakan sarasehan budaya. Tujuannya untuk lebih mengenal dan membedah desa kuno Bedanten. Dalam sarasehan itu hadir para pegiat sejarah, sejarawan dan arkeolog serta insinyur.

Mereka adalah DR. Mustakim SS, MSi, Ketua MSI Kab Gresik; dr. Sudi Harjanto, pendiri komunitas sejarah Sidoarjo Masa Kuno (MSK); Khairil Anwar, arkeolog; Kris Aji, komunitas sejarah Mata Seger Gresik; Ir. Yayan Indrayana, pegiat sejarah Begandring Soerabaia; Amir Syarifuddin, epigrafer Bungah dan Eko Jarwanto, Sejarawan Gresik.

Dari perspektif mereka masing masing, perjalanan sejarah Bedanten tersaji secara apik dan konstruktif. Misalnya Amir Syarifuddin memaparkan adanya sebuah manuskript yang bercerita tentang Bedanten. Yaitu manusript Sindujoyo. Kehadiran manusript Sindujoyo ini menambah daftar sumber sumber sejarah yang sebelumnya telah dijadikan rujukan dalam penelitian dan penelusuran sejarah Bedanten oleh Tim Begandring Soerabaia yang bekerja sama dengan Pengurus Pelestarian Makam Penggede (PPMP) Bedanten.

Penyerahan buku laporan penelusuran sejarah Bedanten dari Ketua Begandring Soerabaia kepada Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani di Pendopo Balai Desa Bedanten. Foto: nanang

 

Sumber sumber itu adalah prasasti Canggu (1358) dan Babad Madura (1833). Dalam aksi penelusuran dan penelitian yang dilakukan Begandring selama dua bulan (April dan Mei 2022), banyak temuan temuan serta rekonstruksi narasi perjalanan sejarah desa Bedanten. Hasil penelusuran dan penelitian itu dibukukan menjadi sebuah laporan yang berjudul “Jejak Peradaban Maritim Kerajaan Majapahit di desa Bedanten, kecamatan Bungah, kabupaten Gresik”.

Pada kesempatan seremonial penyambutan tim aksi pengarungan Bengawan Solo yang menamakan diri MEBS 2022 dan sekaligus mengakhiri jalannya pengarungan, buku laporan penelusuran itu telah diberikan kepada Bupati Gresik H. Fandi Akhmad Yani, SE., Camat Bungah Drs. Sugeng Istanto, S.Pd., M.M., Lurah Desa Bedanten Abdul Majid , S.Pd.I., dan PPMP Bedanten, Miftah.

Bupati Gresik, yang akrab dipanggil Gus Yani, setelah menerima buku laporan penelitian di pendopo balai desa Bedanten berharap dari hasil penelusuran termasuk hasil sarasehan dapat dijadikan petunjuk dalam rangka pembangunan berkelanjutan kabupaten Gresik ke depan yang berbasis kearifan lokal, khususnya di desa Bedanten kecamatan Bungah.

Sarasehan sejarah dan budaya, yang berlangsung hampir dua setengah jam sejak pukul 20.00 WIB, berjalan gayeng dan santai. Misalnya dr. Sudi Harjanto, yang memaparkan tentang adanya perubahan fungsi sungai, menyajikan dengan gaya kultur lokal. Menggunakan bahasa campuran. Indonesia dan bahasa Arek. Ia mengingatkan jika dulu sungai menjadi alur lalu lintas kapal dan perahu, kini Bengawan Solo sekarang menjadi lalu lintas limbah yang dibuang ke sungai. Sungainya tidak lagi menjadi peradaban transportasi air.

Sementara itu budayawan Kris Aji mewakili komunitas Masyarakat Pecinta Sejarah Gresik (Mata Seger) mengingatkan bahwa sejarah Gresik memiliki timeline yang sangat panjang dan menyimpan jejak peradaban yang sangat banyak baik yang sudah terungkap maupun yang masih terselubung. Dari yang sudah terungkap saja misalnya Damar Kurung, yang dipopulerkan oleh maestro Mbah Masmundari, masih perlu sosialisasi dan aktualisasi sesuai dengan perubahan jaman.

DR Mustakim, anggota Tim Kurikulum Sejarah Kabupaten Gresik dalam. Sarasehan. Foto: nanang

 

“Tidak semua warga Gresik mengenal Damar Kurung yang sudah tercatat sebagai warisan budaya nusantara secara nasional. Maka sarasehan menjadi salah satu media untuk memperkenalkan budaya lokal seperti Damar Kurung”, katanya.

Dari temuan temuan yang ada yang terangkup dalam laporan penelusuran oleh Begandring Soerabaia dan PPMP Bedanten serta dari paparan narasumber dalam sarasehan, DR. Mustakim SS, MSi yang juga sebagai anggota Tim Penyusun Kurikum Sejarah Lokal Kabupaten Gresik memandang temuan temuan itu bisa menjadi materi dalam pengajaran muatan lokal (mulok).

Atas temuan sejarah yang terungkap melalui penelusuran dan sarasehan, Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani mengatakan di pendopo Balai Desa Bedanten (14/8/2022) bahwa ini semua sebagai kado bagi generasi muda dalam menyambut HUT RI ke 77 dan sekaligus berharap ini bisa menjadi materi untuk belajar masa lampau demi masa depan.@nanang

Komentar
Loading...