Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Eksotika Kota Lama Surabaya Sayang Untuk Dilewatkan

Oleh: Nanang Purwono

SUDUT sudut dan lorong Lorong Kota Lama Surabaya sungguh eksotik. Apa lagi didukung dengan permainan cahaya natural yang datang dari kejauhan di ufuk Barat ketika mentari hendak ke peraduan. Bias cahayanya romantik. Pun demikian ketika fajar menyingsing, mentari mulai terlihat di ufuk Timur. Itulah eksotika mutiara alami, yang terpadu dengan karya peradaban di Kota Lama Surabaya.

Sekarang mutiara Kota Lama Surabaya ini bagai senjata wisata heritage Kota Surabaya. Jejak sang kala, tidak sekedar kembali ke belakang hanya sebatas kisah perang Surabaya 1945, tapi hingga jauh ke belakang ke peradaban jejak warga lokal hingga datangnya peradaban bangsa asing. Kehadiran warga asing, khususnya Eropa ini ditandai dengan tumbuhnya Dan perkembangan infrastruktur jalan, bangunan dan Jembatan serta sungai sebagai sarana transportasi dan perhubungan di Surabaya kala itu.

Dalam bingkai Wisata Kota Lama Surabaya, kawasan heritage ini bagai gula yang mengundang semut. Hampir setiap Hari, utamanya pada akhir pekan, kawasan Kota Lama Surabaya, zona Eropa, selalu berjubel manusia. Beragam aktivitasnya, mulai dari sekedar mencuci mata, ber fotografi, berkulineran hingga berkaki Lima. Semua berebut ruang di Kota Lama untuk sesuap nasi dan kepuasan diri.

Belum lagi fotografer jalanan yang berebut ruang dan panorama untuk memanjakan pelanggannya agar terlihat menawan bagai di negeri orang. Gayanya bagai gabungan antara profesional photografer dan koreografer. Mereka bebas berekspresi untuk menarik mata dan hati.

Sepanjang trotoar di jalan Rajawali tak pernah sepi. Ditambah pagar pagar gedung indah menjadi panggung peragaan busana yang luar biasa. Sementara di lorong jalan penyanggah seperti di Jalan Gelatik dan Mliwis berjubel warga lokal yang buka dagangan di himpitan bangunan yang sangat khas dari abad 18.

Kawasan Kota Lama Surabaya di Zona Eropa memang masih menyimpan bangunan yang memiliki kekhasan tiga zaman. Mulai dari zaman Abad 20 mundur ke belakang ke Abad 19 hingga Abad 18. Di awal Abad 18, ditandai dengan bangunan model atap pelana dengan kemiringan runcing ditambah mahkota piron pada puncak gawel.

Gaya Arsitektur ini adalah model rumah Jawa (pribumi) yang ditiru oleh pemukim Eropa ketika mereka belum memiliki orientasi Arsitektur saat membangun rumah. Bangunan bangunan model seperti ini masih berdiri di Kota Kama Surabaya.

Semua keindahan dan eksotika ini tidak disia siakan oleh pengunjung dan didokumentasikan sebagai setting fotografi Kota Lama Surabaya Dan kenang kenangan atas kunjungan. Keindahan ini juga pernah menjadi obyek obyek dalam lomba fotografi dan sketsa. Memang, eksotika ini terlalu sayang untuk diabaikan.

Mereka, yang mengerti akan nilai nilai seni, tentu akan melirik sudut sudut dan lorong Kota Lama Surabaya, utamanya di kawasan Zona Eropa. Ada yang mengabadikan lewat karya fotografi dan ada pula melalui karya sketsa. Keduanya berpotensi sebagai bahan karya cipta lanjutan.@

*Ketua Puri Aksara Rajapatni

Komentar
Loading...