Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Ganti Hari Santri Dengan Hari Resolusi Jihad

REKAYOREK.ID Dzuriah Laskar Hizbullah mendesak pemerintah untuk mengganti Hari Santri Nasional sebagai terbitnya Resolusi Jihad menjadi Hari Resolusi Jihad.

Menurut Koordinator Dzuriah Laskar Hizbullah, Yusuf Husni Syakir, Hari Santri Nasional tidak cocok untuk memperingati hari Resolusi Jihad.

Yusuf menjelaskan, fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri sebagai perintah perang dari para Kyai Nahdlatul Ulama (NU) kepada para santri dan pemuda pemuda Islam dimanapun berada.

Sikap PBNU ketika itu bereaksi keras memanggil para konsulnya se Jawa dan Madura untuk menentukan apa yang harus dilakukan terhadap NICA yang ingin menjajah kembali dengan dalih melucuti tentara Jepang.

Di kantor PBNU Jalan Bubutan Surabaya tanggal 21-22 Oktober 1945 diadakan rapat yang dipimpin oleh KH Wahab Hasbullah yang akhirnya menghasilkan sebuah keputusan Resolusi Jihad.

Bunyinya sebagai berikut :

1. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan.
2. Republik Indonesia sebagai satu satunya pemerintahan yang sah wajib dibela dan diselamatkan.
3. Musuh RI, terutama Belanda yang datang kemudian dengan membonceng tugas tugas Tentara Sekutu [Inggris] dlam masalah tawanan perang bangsa Jepang tentulah akan menggunakan kesempatan politik dan militer untuk kembali menjajah Indonesia.
4. Ummat Islam terutama Nahdlatul Ulama wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan kawan kawannya yang hendak kembali menjajah Indonesia.
5. Kewajiban tersebut adalah suatu Jihad yang menjadi kewajiban tiap tiap orang Muslim [fardlu ‘ain] yang berada pada jarak radius 94 Km. Adapun mereka yang berada diluar jarak terebut berkewajiban membantu saudara saudaranya yang berada di radius tersebut.

“Gemanya Resolusi Jihad tersebut dimana mana membakar semangat rakyat Indonesia di seluruh Jawa dan Madura untuk angkat senjata melawan sekutu khususnya dan diberbagai wilayah Indonesia pada umumnya. Demikian pondok pondok pesantren berubah menjadi maskas besar Hizbulloh dan Sabilillah. Para Kyai NU dan santri pondok pesanren serta pemuda Islam berbondong bondong mencatatkan diri sebagai laskar Hizbulloh dan Sabilillah untuk ikut mengangkat senjata,” terang Yusuf, Rabu (17/11/2021).

Fakta sejarah itulah yang menurut Yusuf harus tetap dikenang dan dabadikan untuk menciptakan nilai kepahlawanan kepada para pemuda generasi bangsa, dengan nilai kepahlawanan maka nasionalisme kebangsaan sebagai tumpah darah dan tanah air Indonesia merasuk ke sanubari para pemuda generasi bangsa.

Dengan pemerintah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, maka ini tidak sesuai dengan fakta sejarah dimana Resolusi Jihad tersebut terbit.

“Kami sebagai bagian dari Dzuriah Laskar Hizbullah dan Sabilillah mengusulkan kepada pemerintah agar dapat mengganti Hari Santri sebagai hari terbitnya Resolusi Jihad,” kata Yusuf.

Yusuf beralasan, Resolusi Jihad merupakan fakta sejarah yang tidak dapat diulang kembali. Karena itu pemerintah diminta untuk mencarikan solusi hari yang pas untuk peringatan hari terbitnya Resolusi Jihad. Tapi yang jelas bukan Hari Santri.

Pengertian Santri, lanjut Yusuf, adalah anak dan atau pemuda Islam yang belajar agama Islam di Pondok Pesantren dan atau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, santri adalah seseorang yang berusaha mendalami ilmu agama Islam secara sungguh-sungguh. Sehingga masyarakat menyebutnya santri itu karena belajar di pesantren.

“Sejarah mencatat tidak semua santri ikut angkat senjata kecuali santri yang mendaftarkan dirinya sebagai Laskar Hizbullah dan atau diperintahkan oleh kiainya untuk bergabung ke Laskar Hizbullah, karena dipandang santri tersebut mempunyai keunggulan kanuragan untuk berperang,” jelasnya.

Fakta sejarah juga menyebutkan, selain Laskar Hizbullah juga ada Laskar Sabilillah yang anggotanya dari para kiai khos yang karomah dan mempunyai keahlian di bidang kanuragan, sehingga harus mendapatkan penghormatan yang lebih dari seorang santri karena maqomnya memang beda.

“Karena itu usulan Dzuriah Laskar Hizbullah dan Sabilillah mengganti Hari Santri dimaksudkan agar para generasi selanjutnya paham fakta sejarah yang sebenarnya, selain untuk menanamkan rasa nasionalisme kepada pewaris bangsa,” demikian Yusuf.[]

Komentar
Loading...