Jejak Daendel di Surabaya
REKAYOREK.ID Nama Anyer di Jawa Barat dan Panarukan di Jawa Timur sudah sangat identik dengan nama jalan di kawasan pantai utara pulau Jawa. Yaitu jalan Raya Daendels. Jalan ini dibangun atas perintah Gubernur Jendral Hindia, Herman Willem Daendels (1808-1811). Pada masa itu pembangunan jalan raya ini tergolong mega proyek.
Proyek ini adalah salah satu usaha Daendels dalam mempertahankan Pulau Jawa. Hal itu ditujukan guna mempercepat mobilisasi militer dari ujung barat Pulau Jawa hingga ujung timur. Pembangunannya dipimpin oleh Van Breeuchem. Jalan, yang membentang sepanjang sekitar 1000 kilometer dari Anyer – Panarukan itu, dibagi ke dalam empat pos besar yaitu Banten, Batavia, Semarang dan Surabaya.
Kepentingan militer itu dengan alasan untuk membendung Inggris, yang diwaspadai akan menyerang Pulau Jawa. Surabaya sebagai salah satu pos besar di pulau Jawa dibangun menjadi kota pertahanan militer. Fasilitas pertahanan mulai dari pabrik senjata artileri, kantor militer, perumahan perwira militer, perumahan prajurit dan barak militer, penjara militer, termasuk rumah sakit militer hingga kantin militer mulai dibangun di Surabaya pada awal abad 19.
Dalam perkembangannya, fasilitas militer di Surabaya ini disempurnakan oleh Gubernur Jendral Van Den Bosch. Ia adalah Gubernur-Jenderal Hindia Belanda ke-43 yang memerintah pada 1830–1834 dan pernah menjabat sebagai komandan KNIL, Menteri Urusan Koloni, dan Menteri Negara. Perkuatan infrastruktur militer di Jawa ini setelah pecah perang Jawa pada 1825-1830. Surabaya tidak luput dari upaya penguatan sarana Militer itu.
Apakah sarana dan infrastruktur militer yang digagas oleh Daendels itu masih ada di Surabaya? Surabaya Urban Track (Subtrack) menjelajah dan menapak tilasi jejak Daendels di Surabaya pada Minggu pagi 12 Februari 2023.
Subtrack berangkat dari eks halte di jalan Jembatan Merah, persis di depan gedung PTPN X pada minggu pagi pk. 08.00. Adapun rute dalam jelajah sejarah Jejak Daendels di Surabaya ini adalah diawali dengan mengunjungi Tangis Militer Djotangan (Polrestabes Surabaya) yang di depannya pernah ada Kantor Militer (jalan Veteran), lalu ke eks Kantin Militer (Krembangan Barat), perumahan Perwira Tinggi Militer (Krembangan) termasuk gedung Cacat Veteran dengan bungkernya (jalan Rajawali), Rumah Sakit Militer (jalan Rajawali), Rumah Tahanan Militer (Kalisosok) dan Artileri Constructie Winkle (Pesapen).
Sebagai tambahan Subtrack ini, jelajah sejarah juga mengunjungi gedung PTPN XI yang dulu merupakan kantor HVA di jalan Merak, Gedung eks Javasche Bank (milik Bank Indonesia) dan pula mengunjungi gedung megah yang disebut Internatio di jalan Garuda. Di dalam gedung Javasche Bank inilah digelar kelas sejarah.
Dongeng Sejarah di Jalanan
Salah seorang peserta Subtrack, Listya Damayanti, kepada tim operator Subtrack mengatakan bahwa dirinya bangga menginformasikan kegiatan Subtrack ke kawan kawan dan saudaranya.
“Belajar sejarah bersama Subtrack itu enak dan menyenangkan. Kita ini jalan jalan ke tempat tempat bersejarah sambil didongengi. Sepanjang perjalanan kita didongengi oleh guide guide yang berwawasan luas tentang sejarah. Meskipun berjalan hingga 2 sampai 3 jam, gak terasa. Tau tau sudah selesai. Cara penyampaiannya sangat ngemong“, begitu kata Listya ketika menceritakan bagaimana ia menyampaikan kegiatan Subtrack ini ke kerabatnya.
Subtrack adalah sebuah media pembelajaran sejarah yang menyenangkan. Biasanya belajar sejarah itu membosankan.
“Saya sangat menikmati belajar sejarah dengan metode jalan jalan sesuai dengan tema sejarah yang dipelajari”, tambah Listya.
Tidak hanya Listya, pasangan keluarga Oktastika dan Nitnit beserta anaknya Omar juga rutin mengikuti kegiatan Subtrack ini. Bagi mereka, Subtrack adalah wadah dan metode pembelajaran sejarah yang menyehatkan raga dan sekaligus menambah wawasan. Sepanjang proses pembelajaran, mereka juga menikmati jalan jalan dan ngumbah moto (melihat lihat) tempat tempat dan bangunan bangunan bersejarah.
Taufan Hidayat, operator Wisata Subtrack mengatakan bahwa beberapa pihak sekolah di Surabaya sudah bekerjasama dengan Subtrack untuk pembelajaran sejarah melalui kelas merdeka belajar. Diantaranya adalah SMP Muhammadyah Surabaya, SMA St Agnes Surabaya, SD Lentera Cardas Surabaya hingga tingkat Universitas seperti ITS.
Kota Surabaya, secara historis, tidak hanya menyimpan sejarah pertempuran Surabaya pada 1945, tapi sejarah panjang Surabaya membentang mulai abad 13 hingga era kolonial dan revolusi kemerdekaan 1945. Karenanya Subtrack berkomitmen menggali dan mempersembahkan paket wisata jalan jalan sebagai bagian dari upaya pemasyarakatan sejarah kota Surabaya.
Paket paket wisata berbasis sejarah ini sangat menunjang khasanah kepariwisataan kota sejarah sehingga kota Surabaya tidak dipandang sebagai kota transit saja. Rombongan mahasiswa Politeknik Pariwisata di Bali, yang pernah berwisata dengan Subtrack, merasa kaget ketika mengetahui sebagian dari kekayaan wisata sejarah Surabaya. Karenanya ketika mereka melayani tamu tamu yang ber perjalanan ke Jawa hanya mentransitkan mereka di Surabaya. Mereka menganggap tidak ada yang harus dilakukan dan dilihat selama di Surabaya.
Setelah mengikuti Subtrack di klaster wisata sejarah Simpang, mereka baru menyadari bahwa masih banyak klaster klaster wisata berbasis sejarah dan budaya di kota Surabaya. Politeknik Pariwisata Bali, yang mahasiawanya sebagian sudah bekerja di biro biro perjalanan wisata, berinisiasi akan menjadikan Surabaya sebagai destinasi wisata sejarah.
Hal yang sama juga akan dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya dalam melayani tamu tamu dari Kapal Pesiar yang sudah mulai berdatangan di Surabaya. Klaster wisata Peneleh misalnya, yang telah dijadikan destinasi wisata sejarah oleh Subtrack, akan dijadikan jujugan wisata baru untuk melayani tamu tamu kapal pesiar.
Belum lama, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya melakukan survey lokasi bersama mitranya, Bank Indonesia, di kawasan wisata Peneleh. Sebuah dermaga sungai di Kalimas telah dibuat di kawasan Peneleh. Dermaga ini mengkoneksikan wisata Kalimas dengan wisata kampung Peneleh.
Subtrack dengan tema “Jelajah Jejak Daendels di Surabaya” di kawasan Krembangan adalah sebuah upaya memperkaya khasanah kepariwisataan kota Surabaya. Klaster wisata sejarah di kawasan Krembangan adalah meniti jejak Daendels dalam merancang sistim pertahanan pulau Jawa yang ada di Surabaya.
Rute Jejak Daendels
Gedung Polrestabes adalah bekas Barak Militer yang umum disebut Tangsi Djotangan. Pembangunan barak militer ini diinisiasi oleh Daendels. Lokasinya di luar tembok kota bagian selatan. Surabaya di era Belanda adalah kota yang dibatasi tembok (walled town). Tidak ada prasasti yang ditemukan sebagai acuan kapan gedung ini dibangun. Tapi ada sumber yang menyebut bahwa gedung barak militer ini dibangun pada 1828 dan ada pertengahan abad 19.
Sejak 2018, eks barak ini dihiasi oleh dua pucuk meriam hasil produksi Artileri Constructie Winkle (ACW) yang letaknya di utara dari batas tembok kota utara. ACW dibangun oleh Daendels sebagai pusat industri (pabrik) pembuatan. Kini lahan berkas ACW menjadi lahan PT Telkom. Disanalah meriam meriam itu ditemukan dalam keadaan terkubur dalam tanah.
De Nude adalah sebuah kafe yang menempati gedung kuno di tepi Kalimas dan persis di depan Tangsi Jotangan (polrestaber) di jalan Veteran. Gedung ini dulunya adalah Kantor Militer Belanda seperti yang ditulis dalam buku Soerabaja 1900-1950, Asia Mayor. Kini menjadi sebuaf kafe.
Eks Kantin Militer di jalan Krembangan Barat adalah tempat makan atau restoran yang berdiri di komplek militer Krembangan Surabaya. Kantin ini selain menjadi jujugan prajurit dan perwira militer, juga menjadi jujugan para seniman, aktor dan aktris yang biasa manggung di gedung komedi di jalan Komedistraat (jalan Merak). Selanjutnya gedung komedi dibongkar dan dibangun gedung kantor HVA (kini PTPN XI).
Perumahan Perwira Militer adalah petunjuk adanya kamp militer di Krembangan. Di perumahan militer Belanda ini, setiap unit memiliki ukuran yang lumayan besar dengan taman dan halaman untuk masing masing unit bangunan. Tidak hanya itu, disana juga dilengkapi bungker bungker perlindungan. Sekarang hanya tersisa sekitar 5 unit bangunan termasuk komplek bangunan yang dipakai sebagai Kantor Cacat Veteran kota Surabaya.
Rumah Sakit Militer, sebuah rumah sakit ini pernah berdiri di jalan Rajawali (Grisseweg). Kini gedung rumah sakit telah dibongkar dan dibangun Gedung Rajawali. Sementara rumah sakit Militer itu pindah ke kawasan Simpang yang kemudian dikenal dengan Rumah Sakit Simpang. Dalam perkembangan jaman berdiri Surabaya Plaza.
Jalan Raya Daendels atau Jalan Raya Pos pernah melewati Surabaya. Jalan ini adalah jalan Rajawali (membujur dari barat ke timur) dan jalan Jembatan Merah (membujur dari utara ke selatan). Surabaya menjadi pos penghubung Anyer di Jawa Barat dan Panarukan di Jawa Timur. Jalan Raya, yang melewati kawasan Lamongan dan Tuban di wilayah Pantai Utara, masih dikenal sebagai jalan Raya Daendels olen masyarakat setempat.
Jalan Raya Daendels di Surabaya melewati depan Kantor Gezaghebber Java’s Van Den Oosthoek (Pantai utara Jawa bagian Timur) atau juga disebut Kantor karesidenan Surabaya. Sekarang Kantor itu sudah dibongkar. Dulu berdiri di depan Jembatan Merah sisi barat.
Penjara Kalisosok adalah penjara Militer yang diinisiasi oleh Daendels. Letaknya di luar tembok kota sisi utara. Penjara Kalisosok ini menempati lahan, yang sebelumnya merupakan Taman VOC, tempat rekreasi warga Eropa di Surabaya.
Eks Atilerie Cinstructie Winkle
Satu sarana militer lainnya adalah pabrik artileri yang bernama Artileri Cinstruktie Wunkle (ACW). Dalam perkembangannya, pabrik senjata ini pindah ke Bandung yang kini bernama Pindad. Adapun perkembangan dari ACW menjadi Pindad adalah sebagai berikut.
Constructie Winkel (CW), 1808.
Artillerie Incrichtingen (AI), 1918.
Artillerie Constructie Winkel (ACW), 1861.
Dai Ichi Kozo (DIK), 1942
Leger Productie Bedrijven (LPB), 1947
Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM), 1950
Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD)
Perindustrian TNI Angkatan Darat (Pindad), 1962
PT Pindad (Persero), 29 April 1983 (ditetapkan sebagai BUMN)
Kelas Sejarah
Ini yang membedakan Surabaya Urban Track (Subtrack) yang dikelola Begandring Soerabaia dengan jalan jalan sejarah serupa yang ada di Surabaya. Subtrack selalu hadir dengan kelas sejarah dengan memanfaatkan ruang di gedung cagar budaya. Dalam Subtrack “Jejak Daendels di Surabaya “, kelas sejarah diadakan di dalam Museum Bank Indonesia atau gedung Javasche Bank.
Di kelas sejarah ini, peserta langsung mengamati dan menikmati pesona heritage dari Bangunan Cagar Budaya (BCB) itu sendiri. Kemudian kelas sejarah digelar. Di dalam museum, peserta duduk di atas lantai sambil merasakan sentuhan indera peraba terhadap lantai yang menyejukkan.
Tema yang disajikan dalam kelas sejarah disesuaikan dengan tema Subtrack. Di sana selain ada pemaparan, peserta bisa bertanya layaknya dalam sebuah kelas. Kelas sejarah ini dipakai sebagai penutup kegiatan Subtrack.@tim