Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Kampung Ampel Tidak Hanya Wisata Religi

REKAYOREK.ID “Kampung Ampel itu bukan kampung Arab, tapi kampung Arab ada di kampung Ampel”, itulah statement yang disampaikan Chotib Ismail, pemandu sejarah Surabaya Urban Track (Subtrack) di jelajah pusaka Ampel, Ampel Heritage Walk pada Minggu, 12 Desember 2021.

Ampel Heritage Walk adalah kegiatan jelajah warisan pusaka di kampung Ampel yang diselenggarakan oleh Subtrack dan Forum Begandring Soerabaia.

Kampung Ampel sendiri adalah sebuah wilayah kelurahan di kecamatan Semampir, kota Surabaya dimana disana terdapat kawasan Cagar Budaya sebagaimana terdaftar dengan nomor 188.45/243/436.1.2/2014 tertanggal 28 April 2014. Selanjutnya ketika mendengar nama Kampung Ampel, umumnya orientasi berfikir mengacu pada masjid dan makam Sunan Ampel. Selain itu juga tidak sedikit orientasi berfikir publik mengarah pada kampung Arab.

Kegiatan jelajah warisan pusaka di kampung Ampel yang diselenggarakan oleh Subtrack dan Forum Begandring Soerabaia. Foto: nanang

 

Pemandu sejarah Subtrack pada jelajah warisan pusaka Ampel (Ampel Heritage Walk), Chotib Ismail, menegaskan bahwa atraksi wisata Kampung Ampel bukan hanya makam dan masjid Sunan Ampel saja. Banyak varian dan obyek wisata yang dapat dijumpai di Kampung Ampel, mulai dari bangunan, kuliner, belanja hingga tradisi.

Memang tidak dipungkiri bahwa pada umumnya para pengunjung terbius dengan kharomah Sunan Ampel sehingga mereka datang ke Ampel utamanya adalah untuk ziarah ke makam Sunan Ampel.

Jika pas di waktu waktu sholat seperti saat Dhuhur dan Ashar, mereka baru masuk kedalam masjid untuk menunaikan sholat fardlu. Selebihnya sebelum meninggalkan kawasan wisata religi ini, mereka menyempatkan berbelanja untuk oleh oleh.

Jelajah benda pusaka di Ampel. Foto: nanang

 

Karena keterbatasan alokasi waktu tatkala singgah di Ampel, mereka pun bergegas meninggalkan Ampel untuk tujuan dan agenda wisata ziarah mereka selanjutnya baik ke wisata Walilimo (Jawa Timur) maupun Walisongo (Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat).

Akibat rutinitas itulah sehingga keragaman obyek wisata Kampung Ampel lainnya tidak sempat tereksplore. Padahal wisata Ampel tidak sekedar wisata religi, tapi ada wisata budaya, Cagar budaya dan kuliner.

Dosen Culture & Urban Tourism, Universitas Ciputra, Dewa Gde Satrya Widya Dutha, S.E., MM. yang mengikuti Ampel Heritage Walk mengatakan bahwa aktivitas pariwisata di Ampel ini tidak saja bersifat relegius, tapi juga kebudayaan (culture). Interaksi sosial di kawasan Sunan Ampel ini adalah contoh nyata konsep habitus dan ranah sebagaimana dikatakan menurut teori Pierre Felix Bourdieu.

Pemikiran Pierre Felix Bourdieu memberikan gambaran untuk memahami gejala sosial kemasyarakatan (misalnya kebiasaan masyarakat yang berkunjung ke komplek makam dan masjid Sunan Ampel), yang mana secara tidak sadar mereka berkontribusi melakukan praktik praktik interaksi sosial, yang selanjutnya disebut sebagai Habitus (habit).

Pada gilirannya kebiasaan ini adalah hasil perilaku yang dipraktikkan secara terus menerus dari dulu hingga sekarang. Dalam kurun waktu itulah maka terjadi perjumpaan antar umat manusia dari beragam latar belakang termasuk agama dan kepercayaan.

Tempat wisata religi Sunan Ampel memang sudah menjadi jujugan wisatawan dari berbagai negara yang agama dan kepercayaannya berbeda beda, juga menjadi bertemunya beragam etnis nusantara. Maka ranah kawasan wisata Ampel tidak sekedar menjadi ruang tempat bertemunya antar pemeluk agama Islam, tapi juga agama lain.

Wisata Ampel memang terbuka untuk beragam pengunjung dan keterbukaan itu terbukti secara formal dengan dipasangnya papan informasi tentang aturan berkunjungan yang ditulis menggunakan bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, China dan Jepang.

Berdasarkan teori Pierre Felix Bordieu, Kawasan Wisata Ampel tidak sekedar wisata relegi, tapi juga termasuk wisata budaya dan sejarah. Sekali lagi, menurut Cotib Ismail Kampung Ampel ini menawarkan wisata yang berbasis heritage seperti misalnya ada sumur Blumbang, arsitektur, kuliner, fashion dan tradisi.

Gagasan: Museum Ampel Denta

Melihat kekayaan nilai yang tersimpan di Kampung Ampel maka sebenarnya tidak hanya nilai relegi saja yang patut dilestarikan dengan cara dipraktikkan, tapi ada juga nilai nilai peradaban dan kebudayaan yang juga patut digali dan dipersembahkan kepada jutaan orang yang berpotensi akan datang ke Kawasan Kampung Ampel .

Sementara ini sudah ada jutaan orang yang hanya terekspose dengan nilai nilai relegi saja. Mereka datang berziarah ke makam Sunan Ampel dan sholat di masjid peninggalan Sunan Ampel.

Entah apakah mereka tidak punya waktu untuk mengeksplor potensi wisata lainnya di Kampung Ampel ini atau tidak adanya informasi yang memberitahu kepada mereka (pengunjung). Atau tidak ada pelaku bisnis pariwisata yang mengemas potensi wisata yang ada (tidak sekedar menawarkan makam dan masjid Sunan Ampel).

Dalam jelajah warisan pusaka Ampel Heritage Walk, peserta diajak menengok beberapa benda kuno yang diduga benda Cagar budaya. Benda benda itu berserakan di halaman gedung baru yang sedang dibangun. Ada gentong gentong kuno yang terbuat dari batu andesit, ada dua batu andesit yang diduga bagian dari bangunan candi, ada umpak andesit, ada nisan besar dengan panjang 1 meter lengkap dengan ukiran (relief) indah serta beberapa pasan nisan kuno.

Benda kuno di Ampel. Foto: nanang

 

Benda benda ini tidak menarik perhatian pengunjung yang pada hari itu (Minggu, 12/12) sangat padat dan berjubel. Tapi benda benda kuno itu menarik perhatian peserta Subtrack karena memang diajak untuk melihatnya.

Menurut Tepe Wijoyo, pendamping Subtrack dari Forum Begandring Soerabaia, benda benda kuno itu layak diamankan dengan cara disimpan di sebuah museum. “Kiranya perlu ada sebuah museum untuk mendisplay benda benda kuno yang ada kaitannya dengan Sunan Ampel, apakah terkait dengan makam atau masjid dan museum itu pantas dinamakan Museum Ampel Denta”, kata Tepe setelah memandu peserta melihat benda benda itu.

Lumpang, umpak dan batu andesit yang diduga bongkahan candi. Foto: nanang

 

Nama Ampel, yang sekarang sudah menjelma menjadi nama nama kampung di kelurahan Ampel, sebenarnya berasal dari satu nama. Yakni Ampel Denta. Ironis, justru nama Ampel Denta sudah tidak ada. Yang kemudian ada misalnya Ampel Suci, Ampel Kembang, Ampel Kejeron, Ampel Menara dan lain lain.

Mengangkat kembali nama Ampel Denta adalah penting karena dengan nama Ampel Denta bisa ditelusuri kembali seperti apa peradaban kampung Ampel ini.

Kehadiran Museum tentu akan memacu pemangku kota dan masyarakat untuk menggali dan mencari benda penting serta literasi terkait dengan Ampel Denta termasuk Raden Rahmad serta hal hal penting dan bersejarah lainnya di kawasan Kampung Ampel.

Nisan besar dan panjang diduga benda kuno bersejarah. Foto: nanang

 

Profesor Suparto Wijoyo, Wakil Direktur III Sekolah Pasca Sarjana Unair mengatakan bahwa kata “Denta” pada nama Ampel Denta berarti suara berdenta dari gesekan pepohonan, utamanya rumpun bambu, yang tertiup angin.

Secara ekologi, dikawasan Ampel Denta pernah ditumbuhi dengan subur pohon rumpun bambu yang secara alami mampu memproduksi sumber air yang baik yang salah satunya dimanfaatkan untuk kebutuhan masjid.

Hingga sekarang di dalam masjid masih terdapat sumber air, yang sebelum pengembangan masjid di era kolonial pada pertengahan abad 19, berada di luar masjid.

Berita ekologi terkait dengan sejarah Ampel Denta ini layak dipersembahkan dalam media informasi dan sekaligus preservasi. Yaitu Museum. Sudah selayaknya di komplek wisata Sunan Ampel dilengkapi dengan Museum. Jika di beberapa kompleks makam wali lainnya sudah memiliki Museum, maka saatnya di Sunan Ampel memiliki Museum sebelum semuanya terlambat dan terjadi missing link.

Yang dikuwatirkan tidak hanya terjadinya missing link, tapi juga terjadinya missing artefacts. Tepe Wijoyo, yang memiliki spesialisasi di bidang sejarah klasik, kawatir dengan tidak terurusnya benda benda dari komplek Sunan Ampel yang diduga benda Cagar budaya. Bisa bisa benda bersejarah itu akan hilang.

Kegiatan Jelajah warisan pusaka Ampel Heritage Walk selain mengajak publik mengenal sejarah, juga mendorong pengambil kebijakan tergugah akan upaya pelestarian dan pengamanan Cagar budaya. Ampel Heritage Walk pada Minggu, 12 Desember, diantaranya diikuti oleh dosen Culture & Urban Tourism, Universitas Ciputra, General Manager Hotel Majapahit, dan politisi.[nanang]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...