Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Membuat Film Animasi Gubernur Soerjo

Pemerintah Propinsi Jawa Timur, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Disbudpar) tengah mempersiapkan memproduksi film animasi yang menceritakan tentang sejarah Gubernur Jawa Timur pertama yang asli orang pribumi, orang Indonesia. Yaitu RMTA Soerjo.

REKAYOREK.ID Kekuatiran akan keterputusan nilai nilai sejarah masa lalu dari generasi muda sebagai tulang punggung pembangunan masa depan sangat dirasa. Karenanya, perlu ada media sebagai jembatan yang bisa menghubungkan antar keduanya sehingga nilai nilai sejarah dapat menjadi dasar membangun optimisme untuk menatap masa depan tanpa meninggalkan ciri dan identitas bangsa.

Banyak format media yang bisa dijadikan sebagai jembatan penghubung, salah satunya adalah film animasi. Animasi mampu menghadirkan rekayasa gambar yang cocok sebagai representasi benda, bentuk dan alur cerita yang kesemuanya hendaknya sesuai dengan fakta dan data sejarah.

Pemerintah Propinsi Jawa Timur, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Disbudpar) tengah mempersiapkan memproduksi film animasi yang menceritakan tentang sejarah Gubernur Jawa Timur pertama yang asli orang pribumi, orang Indonesia. Yaitu RMTA Soerjo.

Persiapan ini dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) yang hasilnya bisa memberi dan menguatkan data dan fakta sejarah yang dibutuhkan sebagai sumber produksi film animasi.

Kepala Disbudpar Provinsi Jawa Timur, Sinarto S. dalam pembukaan FGD, yang diselenggarakan di Malang mulai 17-19 Maret 2022, mengatakan bahwa media diharapkan bisa menyampaikan pesan pesan penting yang mengandung nilai nilai kepahlawanan dari tokoh tokoh pejuang yang berjasa bagi Jawa Timur.

Focus Group Discussion (FGD) sebagai upaya memberi dan menguatkan data dan fakta sejarah untuk sumber produksi film animasi. Foto: nanang

 

Dalam hal ini adalah nilai nilai kepahlawanan Gubernur Jawa Timur pertama RMTA Soerjo.
Sinarto, yang berlatar belakang seorang dalang mengkomparasikan antara tokoh tokoh kepahlawanan dengan tokoh tokoh pewayangan.

Jika nilai nilai dan karakter tokoh tokoh pewayangan bisa terpublikasikan melalui pergelaran pergelaran wayang, tentunya nilai sifat dan karakter tokoh tokoh pahlawan bisa juga dikenali.

“Kita harus membuat agenda pendidikan formal maupun non formal seperti yang selama dua tahun belakangan telah dibentuk oleh Disbudpar. Yaitu komunitas Taruna Budaya yang aktivitasnya membicarakan produk produk kebudayaan. Jika produk animasi ini jadi, maka komunitas Taruna Budaya yang akan mendapat manfaat. Selanjutnya adalah sekolah sekolah formal untuk memperkenalkan ketokohan nenek moyang yang sengaja dihadirkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata”, jelas Sinarto.

Ditambahkannya, masih ada beberapa cara dalam rangka mempublikasikan pesan yang terkandung dalam film animasi nantinya, yaitu melalui aktivitas komunitas budaya, jalur pendidikan formal, ekonomi kreatif, seni budaya seperti festival sendratari dan pariwisata.

Diantara peserta FGD ada seorang dari kerabat keluarga Gubernur RMTA Soerjo, Muries Subiyantoro, yang berharap agar proses pembuatan animasi tentang sejarah Gubernur Soerjo ini sekaligus dapat menjadi titik temu perbedaan versi sejarah, khususnya tentang peristiwa kematian Gubernur Soerjo.

“Secara umum kisah kematian Gubernur Soerjo yang diakibatkan oleh gerombolan pemberontak yang berafiliasi pada organisasi terlarang perlu masuk dalam cerita animasi”, pinta Muries yang juga tergenda sebagai pemateri dalam FGD itu.

Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Disbudpar Jatim. Foto: nanang

 

Ia juga berharap agar pembuatan film animasi ini tidak sekedar proyek yang setelah produknya selesai tidak ada tindaklanjutnya dalam rangka mempublikasikan film animasi Gubernur Soerjo itu.

Menurutnya ada momen momen yang bisa secara rutin dilakukan dalam rangka mempublikasikan film dan menginternalkan pesan pesan kepahlawanan ke masyarakat.

“Harus ada upaya upaya yang terencana secara sistematis dan masif dalam rangka mempublikasikan film misalnya melalui kegiatan Haul Gubernur Soerjo dan Peringatan HUT Propinsi Jawa Timur Timur”, tambah Muries.

Kegiatan FGD ini diikuti oleh sekitar 50 peserta yang terdiri dari akademisi, guru sejarah, komunitas sejarah, animator film serta dari unsur pemerintah se Jawa Timur.

Sementara pemateri dalam kegiatan ini adalah Sri Sutjianingsih, penulis buku tentang Gubernur Soerjo; Muries Subiyantoro, perwakilan keluarga besar Gubernur Soerjo; Indra Fibiona, BPNB DIY; dan Dr. Wisnu, Unesa.[nang]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...